Biang Lala

119 90 43
                                    

Malam itu hujan lagi lagi turun. membuatku keluar untuk memenuhi paru-paruku dengan oksigen gratis dari sang pencipta. di meja terdapat koran yang Ibu baca tadi sore, ku lihat di halaman depan terdapat kabar gembira untukku.
lapangan didekat sekolah lagi ada pasar malam. Tau sendiri permainan yang kusuka selalu ada saat seperti itu. Iya, BiangLala wahana kesukaanku setelah komedi putar.

---☀️☀️☀️---

Pagi sejuk meninggalkan embun di daun sisa hujan semalam.
Hari sabtu sekolahku libur,
Berharap Dira datang memberitahhuku ada bianglala di dekat sekolah lalu mengajakku Kesana. Bahkan, sudah ku susun harapan itu dari pagi buta manyapa.

"Rinjani, " sapa ibu menghilangkan lamunannku tentang bianglala.

"Iya Bu," jawabku beranjak dari bangku di teras menuju Ibu diruang tamu

"Ada Dhani tuh." Tunjuk Ibu ke arah laki-laki yang berdiri di depan pagar.  Ku lihat tangannya membawa sekotak coklat dan tiga tangkai mawar putih yang terikat dengan pita.

"Mau apa?" Ujarku sembari menghampiri laki-laki itu.

"Aku mau ngajak kamu jalan-jalan,"ucapnya dengan tangan kanan memberiku kotak coklat yang ia bawa.

"Udah pergi aja," ujar Ibu mengedipkan matanya, ia memberi kode kalau sudah mengizinkanku pergi.

"Bu, bukannya ibu." kata-kataku terhenti, Ibu menggiringku masuk ke kamar untuk berganti baju.

"Bukannya Ibu marah sama Dhani?" Tatapku, sepertinya Ibu menyembunyikan sesuatu di balik sikapnya itu.

"Sudah, beri kesempatan buat Dhani." Ibu, hanya tersenyum ke arahku sembari keluar dari kamar dan membuatkan teh hangat untuk Dhani.

"Baik Bu." Aku cepat-cepat berganti baju, tanpa dandan lebih lama seperti biasanya.

Dhani menungguku di teras, ku lihat wajahnya senyum- senyum sendiri. Entah itu senyuman yang benar benar tulus senang, atau hanya merasa jika aku sudah memaafkannya.

"Kenapa senyum-senyum sendiri ? " Tanyaku keluar dari balik pintu rumah, aku hanya memakai dress biasa dengan bedak dan lipglosh saja. Setidaknya, aku akan pergi dengan laki-laki itu.

"Ngga apa-apa. Ayo," ajak Dhani melingkarkan tangan di bahuku. Mengiringku ke dalam mobil setelah berpamitan kepada Ibu.

Di mobil dhani hanya terdiam saja, begitu juga aku. Netraku tak lepas dari pemandangan kota yang ku lihat dari jendela samping. Sedangkan, Dhani berkali kali menatapku, tanpa berani membuka percakapan. Suasana saat itu terasa sangat canggung. Seperti dua pasang yang baru PDKT.

"Dira mana?" Tanyanya membuka pembicaraan, ucapan nya membuatku meliriknya kesal.

"Mau ngajak aku jalan atau membahas Dira!" Jawabku, karena jika sudah membahas Dira. Maka, suasana akan menjadi lebih canggung dari sebelumnya.

"Iya maaf, aku hanya bertanya kabarnya aja." Dhani membuat suasana kembali hening. "siapa suruh merubah moodku yang sudah membaik " ~gumamku

"Kita mau kemana?" Tanyaku berusaha mencairkan suasana.

"Kita nonton ya," Dhani menggenggam tanganku dan aku hanya tersenyum kecil ke arahnya.

" Mau nonton apa ?" 

" bebas kamu mau nonton apa, aku ngikut aja "

" Oke " 

Di sebuah bioskop yang penuh dengan anak muda seumuranku, terpampang poster film romantis yang lagi di gandrungi saat itu, aku sebetulnya tak begitu suka dengan nonton bioskop. Karena terlalu banyak pasangan mesum di sekitarku saat lampu sudah gelap.

Tentang Rasa  Kde žijí příběhy. Začni objevovat