Bagian || 45

202 6 0
                                    

Kali ini author bakal sedikit curhat ya, mau keluarin uneg-uneg yang selama ini tersimpan di hati eakk😂

Aku tuh bingung sebenarnya kalian suka apa engga sih sama cerita ini huhu.
Kalian cuma jadi silent reader yang pasti bikin aku down kalau mau lanjut nulis 😭

Aku -author manis ini hehe- cuma pengen kalian dukung cerita ini dengan hujatan atau pujian issoke baby :)

Aku pengen tau kalian mau aku lanjutin cerita ini apa engga?
Kalo kalian suka kalian sabi banget buat vote dan komen lah:) tapi kalo kalian nggak suka mending kalian komen aja jahat-jahat di bawah, aku malah seneng serius. Soalnya entar kan author bisa perbaiki dan tau letak kesalahan author dimana waktu nulis, gitu loh!

Are you guys get it?? Ah kzl bingitz

Pokoknya jangan lupa aktif kalo jadi pembaca ku huhuhu and jangan lupa komen ya? Gapapa kalo mau hujat LOSS AJAH, aku ga bakal marah kok guiseeee :)

Akhiru kata
Keep reading guys😘

***

“Ibu?”

Aku benar-benar tidak mengerti kenapa ibuku bisa berdiri disini. Apakah beliau mengikutiku sampai kemari untuk memastikan apakah aku benar-benar bulan madu? Tapi kurasa itu mustahil. Dan disebelahnya juga sudah ada dua orang lagi. Isteri ku dan Bang Edo? Untuk apa abang laknat ku juga kemari? Sebenarnya ada apa ini?

“Ibu tidak menyangka kau ke Bali, Rio”

Aku masih belum bisa membaca situasi ini. Berakhir lah aku dengan segala kebingungan ku seraya menatap ketiga orang di sampingku ini secara bergantian.

“I.. ibu sedang apa disini? Ah–maksudku apakah melihat konser juga?”

“Iya. Ibu melihat konsernya calon mantu ibu”

Perasaan ku sudah mulai tidak enak. Firasatku mengatakan bahwa ini akan menjadi berita buruk. Aku memandang Bang Edo dengan pandangan bertanya-tanya tapi hanya dibalas tatapan datarnya. Ingin aku meninju wajahnya juga saat ini, tapi ini adalah tempat umum. Aku harus berpikir dua kali jika melakukannya.

“S.. siapa?”

“Entahlah ibu lupa. Siapa Do namanya?”

Ibu menoleh menatap Bang Edo, namun matanya yang menatapku sama sekali tak beralih. Aku balas menatapnya dengan pandangan bingung.

“Flo”

Aku membelalakkan mataku setelah Bang Edo menyelesaikan kalimatnya. Satu nama orang yang disebut olehnya membuatku langsung menatap gadis yang saat ini berdiri di depanku.

“Kau dan Bang Edo?” tanyaku lemah.

Gadis di depanku ini menunduk dalam. Entah apa yang dipikirkannya. Kenapa semua orang mengejutkanku dengan berita yang tidak masuk akal ini. Aku memegang pundaknya dan mengangkat wajahnya agar menatapku. Wajahnya sudah merah dan air matanya mulai mengalir turun di pipi chubby nya. Dia menggeleng lemah seraya terisak kecil.

“Bagaimana kau bisa—”

Tepukan di bahuku membuat diriku menghentikan ucapan dan menatap si pelaku. Dia melirik tanganku yang berada di bahu gadis ini lalu melepas paksa dan sedikit mendorongku menjauh.

ENDEAR [END]Where stories live. Discover now