Bagian || 02

1K 35 5
                                    

Keep reading guys

***

Ketika aku menuju ke parkiran kampus dan dengan segera masuk ke dalam mobil milikku, aku menerima telepon dari temanku. Namun atau detik setelahnya...


"PRAAANG...!"

Kaca mobil samping ku pecah terkena lemparan yang begitu kuat. Untung saja, aku cepat menghindar. Jika tidak, kemungkinan besar aku pasti akan terluka.

"Maaf ya, tadi aku emosi dan melempar batu soalnya dia mengganggu ku. Dan ternyata lemparan ku meleset. Maaf banget ya," pintanya padaku.

Ketika aku menoleh dan akan mengatakan sesuatu, hatiku serasa meletup-letup seperti ingin merebusnya hingga matang saja. Melihat gadis yang sama dengan masalah yang selalu menimpaku membuatku ingin mencakar wajahnya.

"Kau lagi?" Tanyaku.

"Aduh, mampus gue." desahnya sangat pelan yang jelas-jelas aku masih dapat mendengarnya.

"Kenapa Anda masih berada di sini padahal saya sudah meminta Anda untuk pergi dari hadapan saya?" gertakku geram.

"Saya tidak bisa pulang. Motor saya bannya bocor. Apakah Bapak mau menolong saya?" jawabnya dengan wajah melas.

"Apakah saya ini bapakmu?"

Raut wajah gadis itu berubah sedikit takut. Bagus. Setidaknya ia akan berlaku sopan jika dia takut padaku. "Lalu saya harus memanggil Anda bagaimana?"

"Bukan urusan saya."

"Bantuin saya dorong—"

"Dorong? Maaf, tidak bisa. Waktu saya terlalu berharga untuk membantu mahasiswi kurang ajar sepertimu."

"Anda malah meledek saya. Anda ini mau bantu nggak sih, Pak?"

"Tidak."

"Pak dosen yang baik, jika Anda tidak bisa membantu saya, apakah saya bisa menumpang mobil Bapak saja?" Tanyanya ragu.

"Apa? Tidak, kau sudah memecahkan kaca mobil saya. Kau harus bertanggung jawab dulu, baru kau boleh untuk menumpang."

"Oh ayolah, Pak. Hanya untuk kali ini saja. Lagian saya juga nggak sengaja dan saya juga udah minta maaf ke Bapak."

"Sengaja atau tidak, kaca mobil saya tetap pecah. Kau kira murah memperbaiki nya?" jawabku kesal.

"Ayolah, Pak dosen. Gaji Anda pasti besar, kan? Mobil Anda juga pasti banyak, dan saya kira ini juga nggak semahal harga tas para selebriti." jawabnya.

Aku pun menyerah dan meninggalkan nya pergi, tetapi dia menghalangi ku. Dia terus merengek dan mengeluh hingga akhirnya aku pasrah dan mengizinkan nya masuk ke dalam mobil. Benar-benar tidak tau diri. Gadis macam apa ini?

Dengan hati tak nyaman aku melajukan mobilku keluar kampus. Sial. Sepanjang perjalanan gadis ini terus saja bernyanyi sangat keras. Untung saja suaranya masih tertolong. Tapi apapun itu aku tidak nyaman dengan yang namanya musik.

"Kau ingin turun dimana?" tanya ku dingin.

"Disana. Oh iya, Pak dosen kita kan belum berkenalan, saya juga belum tau siapa nama Anda. Tidak lucu dong mahasiswi nggak tau siapa yang ngajar di kelas." jawabnya riang.

"Kau tidak perlu tau. Itu tidak penting." jawabku datar.

"Sombong sekali. Ya sudah, akan saya cari tau sendiri. Ngomong-ngomong, apa Anda sendiri tidak ingin tau siapa nama saya, Pak?" tanyanya dengan tertawa dan menatapku.

Sial.

"Singkirkan tatapan menjijikkan mu itu dari saya.", sergahku tanpa melihat nya balik.

"Anda ini jahat sekali dengan seorang mahasiswi. Baiklah, karena saya baik hati dan tidak sombong jadi saya akan memberikan satu kesempatan lagi untuk Anda." jawabnya.

"Kesempatan apa?" tanya ku bingung.

"Untuk tau nama saya. Ih si Bapak nggak ngerti amat padahal juga nggak tua-tua banget."


Seketika ku hentikan mobil ku dan beralih memandang nya dengan tatapan aneh. Aku belum pernah menemukan gadis gila seperti dia. Aku berpikir dia itu normal atau tidak. Aku sampai pusing memikirkan nya.

"Kenapa Anda berhenti mendadak? Masih mau hidup nggak sih, Pak?" katanya marah.

Aku tidak menggubris nya dan tetap menatap nya intens. Ku matikan mesin mobilku dan aku bersandar di kursi kemudi. Tanpa basa-basi lagi sekarang, aku sudah cukup jengkel kali ini.

"Keluar dari mobil saya, sekarang!"

"Kenapa?" tanyanya bingung.

"Kau ingin turun, kan?"

"Hah? Kapan saya mengatakannya?" wajah cengo nya tidak dapat dikontrol.

"Tadi kau bilang kau ingin turun disana, kan? Nah, sekarang sudah disana,"

Raut wajah cengo nya tergantikan dengan wajah kesal. Dia buru-buru turun dengan cepat dan cemberut. Setelah keluar dia membanting pintu mobil dengan kecepatan tinggi.

Tidak peduli dengannya aku segera melajukan mobil ku sambil menutup kaca mobil tanpa berniat menolehkan kepala ku ke arahnya, sama sekali.

Aku sangat benci melihat nya. Aku berharap semoga aku tidak akan bertemu dengan nya lagi untuk beberapa hari ke depan. Ya.. semoga..

🖌️🖌️🖌️🖌️🖌️

Ingatlah bahwa setelah huruf B itu C.
Jadi entahlah jika suatu saat hati akan diuji. Tuhan maha membolak-balikkan perasaan manusia.

🍁🍁🍁🍁🍁


ENDEAR [END]Where stories live. Discover now