Bagian || 48

879 11 2
                                    

Keep reading guys😘

Annyeong...🤗
Alhamdulillah 💚akhirnya udah selesai work author yang ini
Semoga reader nya makin banyak ke depannya 🤗
Author minta maaf ya kalau ada banyak kurangnya dari cerita ini..🙏
Makasih buat para reader yang udah luangin waktu buat baca ini dan makasih double kuadrat buat yang udah repot-repot kasih vote hehe.. 😂💚

***

Satu tahun kemudian

Aku menatap wajah teduh isteri ku dalam balutan piyama tidurnya yang memukau malam ini. Dia terlihat cantik, kontras dengan langit gelap yang berhiaskan bulan dan bintang.

Isteri ku tersenyum seraya menatapku dalam. Tatapan yang memancarkan kekuatan. Aku tau malam ini aku begitu rapuh dan butuh sandaran untuk melepas semua beban hidupku yang kurasa cukup berat ini. Aku memang pria. Tapi ada kalanya aku akan merasa sesak sebegitu dalamnya seperti saat ini.

"Kamu harus kuat ya? Ada aku disini. Kita jalani semuanya bareng-bareng. Aku yakin kamu bisa"

"Aku nggak akan dateng kesana" jawabku dingin.

Isteri cantik ku ini memelukku erat. Hal itu semakin menambah beratnya beban hidupku. Aku semakin tak kuasa menanggung beban berat ini.

"Kalau kamu mau kita nggak dateng ke-"

"Nggak. Kamu harus dateng kesana. Bilang aja aku lagi sakit. Tapi kan aku emang beneran sakit, jadi kamu nggak perlu boong sama mereka"

Dia mempererat pelukan kami. Membenamkan wajahnya di dadaku hingga aku merasa sedikit tenang. Hanya sedikit dan tak mengurangi rasa sesak ku sama sekali.

"Kalau kamu nggak dateng, aku juga nggak bakalan dateng. Kita kan udah suami isteri, jadi kemana-mana kita harus sama-sama. Kalau salah satu dari kita yang dateng, itu kayaknya bakal jadi omongan yang nggak enak," ucapnya.

Itu memang benar. Tapi aku tidak bisa jika datang ke acara sepenting itu dengan kondisi hatiku yang tidak baik. Tapi jika aku datang, aku takut akan mengacaukan semuanya.

Menghela napas lelah aku melepas pelukan hangat isteri ku. Aku menatapnya tajam, "baiklah. Kita datang minggu depan"

"Tapi hatimu?"

"Aku bakalan baik-baik aja. Nggak usah khawatir. Udah setahun aku berusaha lupain dia dan udah selama itu juga, aku berusaha numbuhin rasa cinta ku ke kamu" jawabku.

Isteri ku memandang ku dengan mata yang berkaca-kaca. Aku tau dia sedih karena aku tak pernah memperlakukan nya sebagai isteri ku. Aku belum mencintainya, bahkan sampai sekarang pun hatiku masih dimiliki oleh orang lain. Aku benar-benar berdosa dengan isteri ku ini. Ini sudah sangat lama dan aku masih belum bisa melupakan gadis bodoh itu.

Padahal aku sudah menjauh dari kehidupan mereka. Aku membeli rumah yang sangat jauh dari keluarga ku. Sangat. Iya benar, aku sudah membeli rumah dan tinggal berdua dengan isteri ku. Lalu masalah pekerjaan ku di perguruan tinggi itu, aku memutuskan untuk mengundurkan diri saja dan memulai bisnis yang ku rintis sejak SMA. Jadi pada kala aku menjadi dosen disana, aku juga sudah mengurus perusahaan itu. Walaupun kecil dan belum memiliki nama tapi aku yakin itu akan menjadi perusahaan besar nantinya. Semoga.

Lupakan itu. Sekarang aku fokus kepada isteri ku yang sudah meneteskan air matanya di depanku. Aku yang notabene memang membenci akan yang namanya air mata pun mendengus dan mengusap pipinya yang basah itu. Mengelus pipinya yang lembut. Sudah setahun tapi aku masih saja tak menyangka akan bersanding dengan orang asing seperti dirinya.

ENDEAR [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora