Bagian || 16

277 12 2
                                    

Happy reading guys 😘

***

Jam sore...

Aku berjalan ke taman belakang kampus menuju ke ruangan ku yang kebetulan melalui taman indah minimalis itu setelah aku memarkir sedanku.

Aku berjalan dengan santainya sambil mengamati kegiatan kampus yang selalu sama setiap harinya.

Seperti biasa, banyak mahasiswa berlalu lalang kesana kemari sambil membawa buku-buku tebal.

Menyusuri taman dan menatap karya buatan Allah dan dipadukan tangan manusia kreatif kagum hingga membuatku menghentikan langkah tiba-tiba.

Bukan karena taman indah itu saja. Namun, ada seseorang yang kubuat menangis beberapa hari terakhir ini.

Ku tatap dia cukup lama. Dia berada di antara mahasiswa lainnya. Tidak biasanya dia mau bergabung dengan yang lain. Namun, tetap saja dia kelihatan sendirian.

Minta maaf kah?

Terlintas di pikiranku kalimat laknat itu. Haruskah Rio Alvaro meminta maaf pada gadis songong tanpa adab itu?

"Kagak mungkin lah gue minta maaf" batinku.

Aku bimbang antara menemuinya atau tidak. Apakah aku harus langsung menuju ke ruangan ku atau..?

"Persetan.. samperin aja lah. Nurutin gengsi kagak pacaran gue, Eh? Bodo" batinku.

Akhirnya ku langkahkan kakiku ke arahnya, lebih tepatnya ke arah mereka. Ketika mereka melihatku sontak saja mereka beranjak pergi. Bahkan, sampai ada yang lari terbirit-birit ketakutan.

"Gue serem kali ya? Masa bodo" batinku.

Kini dia sendirian, aku pun mempercepat langkahku tanpa memedulikan gengsi yang menyelimuti ku.

Gadis itu tersentak mendengar suara gaduh langkah seribu dari mahasiswa yang berkumpul dengannya tadi. Dia menoleh ke arahku dan dengan cepat mencoba ikut melarikan diri seperti yang lainnya.

Tanpa banyak pikir, aku segera menarik tangannya dan dia tidak dapat lagi pergi dariku.

"Ada apa sih, Pak? Ganggu aja" gadis itu berdecak kesal sembari melipat tangannya.

"Sedang apa kau?" tanyaku padanya.

"Aku sedang membahas kerja dengan teman-teman ku. Dan karena Anda, mereka jadi kabur gitu aja" jawabnya kesal namun terkesan lebih dingin.

"Kau marah padaku?" tanyaku padanya sambil menatapnya intens.

"Enggak" jawabnya sambil melihat ke arah lain.

"Ya, maafkan aku" ucapku ragu-ragu.

Aku sangat bingung sekarang. Ada apa dengan ku hingga bibirku berkata demikian tanpa sadar?

"Hm" gumamnya pelan.

"Lagian, itu juga balasan untukmu karena kau sudah mempermalukan ku di acara Frans minggu lalu" ucapku mengelak.

"Tidakkah kau punya otak untuk berpikir? Kau tau kan siapa yang salah? Kau... Kau sendiri yang melamun, menumpahkan kopi, dan kau sendiri yang jalan tanpa mata" cerocos nya tanpa henti.

Merasa tak terima dengan apa yang dikatakannya. Namun, itu semua memanglah benar. Itu murni bukan kesalahannya. Aku sendiri lah yang salah.

"Sumbernya ada pada dirimu" ucapku jujur.

"Ya! Semua salahku dan kau selalu benar. Sudahlah, aku tidak ingin membuang-buang waktu ku dengan obrolan tidak bermanfaat dengan dirimu" ucapnya sambil beranjak pergi.

"Tunggu, Lala!" cegahku.

Dia pun berhenti lalu memutar tubuhnya ke belakang menghadapku dengan ekspresi wajah super datar, nyaris tanpa ekspresi.

Dia menaikkan dagunya, seperti mengisyaratkan aku untuk melanjutkan kalimatku.

"Aku ingin bicara padamu malam ini. Di Cafe Hometown jam tujuh" ajakku padanya seraya memandangnya.

"Baiklah, aku akan datang nanti malam. Tapi, aku tidak ingin bicara denganmu" jawabnya.

"Kenapa?" tanyaku bingung.

"Aku nggak dateng aja ah, males!" gumamnya pelan.

"Lala.." panggil ku pelan.

"Apa aku datang aja?" tanyanya padaku kah? Tidak, seperti nya dia sedang bertanya pada dirinya sendiri.

"Lala.." panggil ku kesekian kalinya.

"Yaudah deh, datang aja" gumamnya.

"Lala..!" panggil ku padanya dengan nada agak meninggi.

"Nggak perlu teriak kayak gitu juga kali, Pak. Aku udah dengar dari tadi" jawabnya sambil berbalik arah dan pergi meninggalkan ku dengan ekspresi entah seperti apa.

Aku terbengong-bengong mendengar ucapannya barusan.

"What the...? Kalo lo bukan cewek, gue jadiin samsak tinju lu. Berhubung lo cewek, liat aja! Nggak lama lagi lo bakal gue jadiin guling" batinku.

Siapa yang salah disini? Entahlah, yang pasti dia bersedia menemui ku nanti. Tapi, apa yang harus aku katakan padanya nanti? Minta maaf kah? Atau memintanya untuk menarik kembali kata-katanya yang tidak akan pernah ke rumahku lagi?

Sepertinya jika aku meminta maaf padanya, dia tidak akan memaafkan aku. Tidak mungkin kan seseorang bisa melupakan hal yang membuatnya sakit hati? Apalagi sumbernya adalah dari orang yang belum dikenalnya.

Aku harus mencobanya. Mau tidak mau aku harus memperbaiki hubungan ini. Hubungan? Haha.. kurasa ini sangatlah lucu. Hubungan macam apa ini? Pantaskah ini semua disebut sebagai hubungan?

Apapun itu, kuharap hubungan antara kami dapat kembali membaik. Agar tidak ada saling dendam dan aku juga memiliki teman berbagi.

🖌️🖌️🖌️🖌️🖌️

Semua dapat kembali membaik walaupun itu tidak lagi utuh.

🍁🍁🍁🍁🍁

Holla haiii gais..!
Balik lagi sama Lala Rio, nih!
Btw, ini aku ganti ya judulnya... Semoga suka ♥️♥️
Jangan lupa untuk selalu vote dan comment yak?
Komen-komen dungs 😉😉
Makin ngebosenin pasti nih!
Maapkeun kalo gitu..😁
Lopyu
Ghaits
L. A.

ENDEAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang