Bagian || 40

212 8 0
                                    

Keep reading guys😘

***

"Kak Flo?"

Gadis dengan rambut sebahu itu menoleh setelah sebelumnya berusaha menahan gejolak hatinya yang begitu sakit hanya untuk sekedar dirasakan olehnya. Gadis ini berantakan, benar-benar tampilan yang buruk. Wajahnya merah.

"Kak Flo maaf" ucapnya.

Gadis itu mendekat membuat Flo menghapus air matanya cepat-cepat. Ia tak ingin bersedih atas kebahagiaan orang di depannya sekarang.

"Kenapa kau meminta maaf? Ini bukan salahmu"

"Apa kau sedih?"

Pertanyaan bodoh yang diucap Tia membuat gadis berambut pendek itu menggeleng pelan. Siapapun bisa menebak kalau ia tengah sedih, tapi gadis ini malah berusaha menyembunyikan kesedihannya yang justru sia-sia.

"Aku tidak apa-apa"

"Lalu kenapa kau menangis, Kak Flo?"

Flo tersenyum. Ia mencoba baik-baik saja walau sebenarnya tidak sama sekali. Gadis ini malah terkekeh kecil sambil menunduk membuat Tia merasa miris melihatnya.

"Aku hanya.. ini.. efek aku melihat drama kemarin sore bersama Re. Sungguh drama yang menyedihkan"

Tia tersenyum miris. Gadis cantik di depannya ini tidak pandai dalam hal berbohong, tapi kenapa ia terus-menerus melakukannya?

"Kak Flo aku-"

"Kemarilah! Lihat, pemandangannya bagus dari sini. Kurasa kau akan menyukainya, walaupun sedikit dingin"

Tia menunduk sambil melangkah kecil mendekati Flo yang kini memunggunginya. Ia melihat hamparan yang menyuguhkan keindahan di kota ini. Indah, tapi tidak segar sama sekali jika dipandang. Semuanya berwarna-warni.

Ia berhenti di ujung balkon dengan pembatasnya, tepat di samping Flo yang kini melihat ke depan dengan penampilannya yang berantakan. Hidung dan matanya yang merah semakin memerah kala sinar mentari menyerang wajahnya. Tia yakin gadis di sampingnya ini sedang dalam kondisi yang kacau.

"Kak Flo maafkan aku"

"Apa yang perlu dimaafkan? Kau sama sekali tidak salah disini," jawabnya.

Tia menggigit bibirnya. Ia tak tega melihat seniornya ini-bahkan seperti kakaknya-menderita sendirian seperti ini.

"Tapi pernikahan ini-"

"Aku tidak apa-apa" potong Flo cepat membuat Tia semakin merasa bersalah.

"Kak Flo, aku-"

"Kau berhak bahagia, Tia. Jangan pedulikan aku. Aku bisa mendapatkan yang lebih dari Rio"

Tia ikut menitikkan air matanya saat mata Flo tiba-tiba mengalirkan cairan beningnya. Tia yakin, seniornya ini pasti merasakan sakit yang hebat. Dan kini, ia tak tau harus melakukan apa.

"Aku bahagia, bahkan sebelum ada Rio pun-"

"Lalu apa yang akan kau lakukan? Membatalkannya? Kurasa itu mustahil"

Flo mengatakannya tanpa berniat menoleh sedikitpun untuk menatap Tia. Pandangannya tetap fokus ke depan menatap bangunan-bangunan pencakar langit yang menghiasi penglihatannya.

"Kak, apa kau marah?" tanya Tia sedikit ragu. Ia sudah tau jawabannya, tapi kenapa gadis ini tetap menanyakannya.

"Aku tidak munafik, Tia. Dan kau juga pasti sudah tau jawabannya,"

Skakmat!

Tia bungkam. Ia tak tau harus berkata apa lagi. Ia pikir, seniornya ini tak mampu mengendalikan perasaannya dan menangis seperti kebanyakan wanita pada umumnya. Tapi ia salah. Seniornya ini bahkan sangat pandai menyembunyikan sakit hatinya. Menangis dalam diam adalah pilihannya yang justru akan menambah rasa sesak dalam dadanya.

ENDEAR [END]Where stories live. Discover now