15 : Mimpi Buruk

1.5K 153 64
                                    

𝐓𝐞𝐫𝐤𝐚𝐝𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐧𝐲𝐚𝐭𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐬𝐮𝐚𝐭𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭.




| 𝕀 𝕃 𝕐 |

Maniknya menatap lamat pada baton yang sedari tadi ia pegang. Tangannya bergetar, terlebih saat Nathan memperagakan beberapa gerakan yang terlihat mudah, namun susah jika dilakukan.

"Coba lagi." Nathan lesehan, meneguk air mineral yang telah disediakan. Atensinya masih pada Ily yang terlihat ragu untuk kembali mencoba.

Sambil mengangguk kecil, Ily mulai memainkan tongkat mayoretnya dengan ekspresi serius. Tak mau membuat Nathan kecewa karena telah mengajarinya dengan susah payah.

Nathan manggut-manggut, merasa bahwa Ily mengalami perkembangan yang begitu pesat.

"Lumayan, tapi jangan terlalu kaku. Lo udah bagus kok." Kurva lengkung Nathan sematkan di wajah tampannya. Menyodorkan sebotol air mineral pada Ily yang tampak kelelahan.

"Makasih." Ily meraih botol yang Nathan berikan lalu meneguk hingga tersisa setengah.

"Tinggal empat hari lagi kita tampil, lo tinggal ngulang-ngulang aja. Kalo ada gerakan yang masih susah dilakuin, jangan sungkan minta tolong gue," ujar Nathan lembut, mendongak menatap Ily yang hanya mengangguk.

Ily meletakkan baton ke atas lantai, membagikan pandangan pada anggota lain yang sedang mengulang display. Ikut lesehan di sebelah Nathan lalu menekuk kedua lutut.

"Kamu kok bisa keluar dari display sih? Kamu juga bisa main baton, kenapa enggak kamu aja yang jadi mayoret?" Ditopangnya dagu di atas lutut, Ily menatap Nathan yang sedang membuang pandangan. Mencoba menghindari kontak mata dengan Ily dan sebisa mungkin menahan senyum.

Seketika Nathan teringat percakapan tempo lalu dengan Siska.





"Kamu aja deh yang jadi mayoret, kamu kan jago." Alis Siska terangkat, menatap Nathan sambil memiringkan kepala.

Nathan menghela nafas pelan. Kembali membalas dengan jawaban yang sama. "Saya gak minat, Bu."

Menanggapi hal itu Siska hanya tersenyum maklum, tak mau lagi memaksa Nathan karena jawabannya pasti akan sama. Cowok itu sekali menolak akan tetap menolak.

"Yaudah, kamu cariin kek orang lain yang bisa main baton. Toh, posisi mayoret juga gak ribet-ribet amat, kan?"

Nathan membenarkan ujaran Siska. Membagikan pandangan ke arah depan lalu mulai berpikir. Namun pikirannya buyar kala ekor matanya tak sengaja melihat Ily dan Jeno yang sedang berjalan di koridor. Dan entah apa yang merasuki Nathan, cowok itu langsung mengambil keputusan tanpa pikir panjang.

"Ily aja, Bu."




"Ck, Nathan! Kok malah ngelamun sih? Ditanyain juga." Alis Ily menukik, mengalihkan pandangan dengan wajah cemberut.

Melihat itu, Nathan hanya tersenyum tipis lalu kembali menatap aksi display dengan gurat tenang.

"Perkusi tanpa gue rasanya hambar," jawab Nathan santai. Mengacuhkan Ily yang tampak tercengang setelah mendengarnya. Bisa sombong juga nih cowok teman-teman.

ILYOnde histórias criam vida. Descubra agora