13 : Mereka Berbeda

1.5K 145 112
                                    

𝑲𝒂𝒎𝒖 𝒊𝒕𝒖 𝒊𝒃𝒂𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒏𝒋𝒂.
𝑻𝒂𝒎𝒑𝒂𝒌 𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉, 𝒏𝒂𝒎𝒖𝒏 𝒇𝒂𝒏𝒂 𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂.




| I L Y |


Kacau.

Mungkin itulah kata yang tepat untuk mendeskripsikan keadaan kelas 11 MIPA 1.

Di hari Rabu ini, kelas mereka sedang jam kosong. Hal yang jarang sekali terjadi. Tentu saja para oknum pembuat ulah memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Kapan lagi coba.

"HOI JENGLOT SQUAD!"

Joshua, Jefta, Jeremy, dan Jovan refleks menoleh, menatap sosok dibalik seruan itu dengan wajah jengah. Jaebi, cowok itu menyunggingkan senyum jahil andalannya. Membuat keempat cowok tadi yang merasa ditipu kembali melanjutkan kegiatan masing-masing.

"Lo juga jenglot btw," celetuk Joshua, menghiraukan sorot tajam yang Jaebi berikan.

Memilih berpura-pura tak mendengarkan, Jaebi lantas tersenyum ramah kala Gena mulai mengatur kamera dengan gesture profesional. Gena biar bobrok-bobrok kayak gini, dia anak jurnalistik teman-teman.

"Okey gess, welcome back to my channel, cihuy huy!" Seperti biasa, Jaebi memulai intro videonya dengan heboh.

Sama halnya dengan Jaebi yang sedang sibuk dengan konten youtube-nya, anak lain juga demikian.

Di pojok kelas sebelah kanan ada Biwa, Lizzie, Selena, Naya, dan Joshua yang sedang nobar film The Conjuring. Di pojok kelas sebelah kiri ada Jeremy dan Jefta yang sedang bermain game. Tak jauh dari mereka ada Jaebi dan Gena yang sedang syuting pembuatan video untuk youtube Jaebi.

Saga, Jeno, Ula, dan Dara sedang asyik menyelami alam mimpi masing-masing. Di meja guru ada Jovan yang tampak sibuk dengan buku latihan fisika. Depan sana ada Amy, Chika, dan Chipa yang asyik bermain SOS di papan tulis. Sisanya ada Ily yang hanya diam menonton keributan yang dibuat oleh Jaebi dan Gena.

"SEBERAPA KAYA LO?!" Jaebi mengarahkan sebuah botol air mineral ke arah Jefta yang sedang mabar game bersama Jeremy.

Jefta menggeram marah. "Bangsat lo, Ja! Ganggu tau gak?!" decaknya kesal karena fokusnya pada game kini sudah pecah. Jaebi memang mengganggu konsentrasinya.

"Jawab aja napa, Jef?!" Jaebi balik ngegas, membuat Jefta yang sudah kalah dalam game memilih tersenyum paksa ke arah kamera.

"Gue gak kaya, orang tua gue yang punya," jawab Jefta kalem. Cih, padahal tadi saja mengumpat, sekarang tiba-tiba jadi baik. Golongan sok alim kayak Jefta memang kudu dimusnahkan dari muka bumi Indonesia.

Sembari mengangguk-angguk malas, Jaebi langsung mengalihkan botol alias mikrofon kebanggaannya pada Jeremy yang sedang duduk lesehan di sebelah Jefta. "Seberapa kaya lo?"

Jeremy tampak berpikir sejenak, hingga senyuman kecil terpatri indah di wajah tampannya. Melihat itu, Gena yang sedang merekam sontak bergidik ngeri.

"Anjir, mikir jorok ya lo?!" tuding Gena membuat Jeremy lantas mengerjap tak mengerti. "Hah, apaan sih?"

"Lo senyum-senyum mesum gitu, kan gue jadi curiga," sambung Gena polos, lantas Jeremy melayangkan tatapan membunuh pada Gena yang malah cengengesan tak berdosa.

ILYWhere stories live. Discover now