8. Ayah, Bunda Murka

38.3K 2.8K 70
                                    

"Ra, gue...gak mau janin di kandungan lo jadi sampah juga." Ucap Felix dengan suara yang bergetar dan mata berkaca-kaca.

"Kita rawat aja...sama-sama," Lanjutnya dengan suara kecil setelah menunggu respons Lira yang ternyata hanya diam. 

Lira yang mendengar itu langsung menolehkan kepalanya cepet ke arah Felix, "Kamu yakin? Gak semudah itu Lix."

"Jadi lo maunya apa?" Tanya Felix putus asa.

"Aborsi."

"Setelah lo lihat kejadian tadi, pasien pingsan, janin dibuang gitu aja di tempat sampah, lo masih yakin mau aborsi?" beber Felix.

"Yakin. Masih ada klinik aborsi yang gak kaya gitu." Lanjut Lira lagi setelah beberapa detik.

Mendengar itu Felix hanya bisa mengusap wajahnya kasar agar air mata yang sejak tadi dia tahan tidak jatuh. Ayolah, Ia sudah bersusah payah mengungkapkan apa yang ada di kepalanya namun Lira dengan mudahnya menolak. "Lo pikirkan baik-baik. Lusa kita bicarakan lagi." Ujar Felix final menjalankan kembali mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata.

"Bukannya kamu ya yang harus mikir? Tiba-tiba berubah pikiran." Tuding Lira yang tidak terima seakan-akan Felix menyalahkannya.

"Jelas-jelas tadi lo juga ketakutan."  Balas Felix dalam benaknya. Laki-laki itu mencoba untuk tidak membahasnya lebih panjang, pasalnya ia juga masih menjernihkan pikirannya yang baru saja mengambil keputusan besar untuk membesarkan anak itu. 

"Mau makan apa?" Tanya Felix yang tiba-tiba mendapatkan topik baru mengingat waktu sudah lewat tengah hari.

"Di rumah ada tumis sawi." Singkat Lira.

"Oke." respon Felix yang membatalkan niatnya untuk membelikan gadis itu makanan.

Sesampainya di depan gang rumah Lira, lagi-lagi Felix mengingatkanya, "Pikirkan janin itu, jangan pikirkan diri lo sendiri aja."

***

Di hari senin atau yang dikenal dengan hari ter-unwanted nasional bagi setiap orang apalagi pagi ini mendung dan angin pun berhembus kencang, Lira dan Felix menjalankan aktivitas seperti biasanya. Masing-masing dari mereka sibuk siap-siap untuk turun sekolah.

Setelah sarapan dengan lauk ikan goreng beserta susu, Lira langsung pamit dengan ibunya dan berjalan sekitar 6 menit menuju halte bus, hampir dekat dengan tempat tujuannya, matanya sudah sibuk mencari tempat duduk yang kosong diantara penumpang bus yang lain karena Lira tentunya tidak tahan berdiri lama mengingat keadaannya yang sedang hamil ditambah lagi sebelumnya ia sudah berjalan kaki sejauh 400an meter.

Belum ada lima menit perempuan itu menunggu kedatangan bus, mobil Civic berhenti di depannya dan nampaklah Felix  setelah menurunkan habis kaca mobilnya, "Ra, ayo cepet." Ajaknya.

Lira yang diajak pun tidak menolak, segera ia masuk tanpa bersuara. Sepertinya perempuan itu masih kesal karena keputusan tiba-tiba laki-laki itu kemaren.

"Lo bawa bekal kan? Jangan ke kantin dulu." Ujar Felix.

"Iya. Lix..." Jawab Lira, sedetik kemudin ia terlihat sedang menimbang-nimbang. "Waktu dua hari buat mikir itu kelamaan. Aku sudah putuskan, tetap aborsi." Lanjutnya.

"Ck. Nanti pulang sekolah gue jemput, kita bicarakan sekalian." Balas Felix yang hanya dibalas anggukan oleh Lira.

Tit tit tittt

Teen Unplanned PregnancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang