45. END

59.3K 2.9K 1K
                                    

Yuk Ramein Part ini

🖤

Masa bodoh jika orang-orang mengatai Lira tidak sopan. Pokoknya dia sudah tidak tahan dan memilih mengurung diri di kamar.

Di sana, tempat yang jauh lebih sepi, Lira menangis sambil terus mengamati foto berisikan tiga orang di galeri HPnya, tangannya menggengam kuat HP itu saat isakannya semakin menjadi.

"Ini gak adil," protes Lira membawa HPnya ke dadanya, berharap dapat mendekap erat orang yang ada di foto itu.

Dari kamar ini, Lira bisa mendengar bahwa beberapa surat pendek dan surat yasin sudah selesai dibaca. Perempuan itu kemudian ikut mengangkat kedua tangannya ketika ustad melanjutkannya dengan berdoa. Suara para lelaki yang mengaminkan pun juga terdengar walapun samar-samar.

Tak berapa lama, suara dentingan sendok dan piring mulai terdengar, tanda bahwa semua kegiatan sudah selesai dan makanan mulai disuguhkan untuk orang-orang yang datang.

"Ini gak adil," ujar Lira lagi sambil menatap wajah orang yang ada di foto. Entah sudah berapa kali air matanya jatuh di layar HPnya.

Hal serupa juga terjadi pada Felix yang segera mengasingkan diri ke kamar Bunda, meninggalkan keluarga dekat dan sahabatnya yang datang, saat acara utama yaitu memanjatkan doa arwah selesai.

Di kasur bak singgasana raja ini, pemuda yang mengenakan kemeja batik itu memilih berbaring telentang dan menutup wajahnya dengan pergelangan tangannya.

"Anak bunda jangan putus asa ya sayang." Ujar Bunda dengan suara yang mulai bergetar. "Kamu harus ikhlas, rencana Allah itu jauh lebih baik." Lanjut Bunda sambil terisak

Sialnya, ucapan bunda itu malah membuat matanya memanas.

"Pelix?" Panggil Bagas dari luar.
"Bunda boleh gak pintunya di buka?" Sambung Daniel.

"Nah tuh, temen mu sudah nyempatkan ke sini, padahal bentar lagi mau berangkat."

"Bunda nanti kasih tau Lira, Felix mau ngantar mereka dulu." Ujar Felix pelan bangun dari baringnya.

"Kamu jangan murung begitu, bunda sedih jadinya." Ujar Bunda sambil memeluk Felix.

***

Setelah melewati 20 menit di perjalanan, sampailah mereka di bandar udara atau yang orang-orang singkat menjadi bandara ini. Felix dengan senyum dan tawa lepasnya memeluk satu persatu Sahabatnya yang akan ke luar negeri untuk kuliah. "Perasaan, gue gak lebih nakal dari kalian tapi kenapa gue yang sial terus." Ketus Felix sambil tersenyum miring, "tapi gue tetap beruntung karena kalian gak se-ngenes gue." Lanjutnya mengusap ujung matanya sambil terus menarik ujung bibirnya.

Bagas, Daniel dan Fatur yang sejak tadi juga memasang senyum palsu pun, menghambur saling merangkul satu sama lain hingga membentuk lingkaran yang rapat. "Kami cuman bisa ngingat 'kan lo untuk ikhlas Lik." Ujar Bagas menundukkan kepalanya dalam.

"Lo hebat banget, bisa bertahan sampai sekarang." Sambung Fatur sambil menepuk-nepuk kepala Felix.

"Gue, gue-mbbhh brett." kali ini Daniel mencoba untuk berbicara namun segera menutup rapat mulutnya dengan telapak tangannya untuk menahan tangis dan tekanan pada mulutnya itu tidak sengaja membuat suara aneh.

"Anjir lo bikin gue mau ketawa," Ketus Felix dengan mata yang masih berair. Suasana haru pun seketika mencair saat Fatur, Felix dan Bagas sadar bahwa mereka menjadi pusat perhatian orang-orang disana. Sementara Daniel yang sibuk dengan suasana hatinya sendiri itu masih berusaha agar air matanya tidak jatuh.

Teen Unplanned PregnancyWhere stories live. Discover now