D U A P U L U H S A T U

5.9K 356 28
                                    

Vote dan Komen sayang!!!!

Mungkin bagi sebagian orang, hari ini terasa seperti hari-hari biasanya. Namun berbeda dengan keluarga Alexander, hari ini merupakan hari paling dinanti oleh mereka. Hari dimana mereka akan menemukan titik kebahagiaan baru setelah belasan tahun silam hilang. Hari dimana cahaya keluarganya kembali.

Siang ini cukup cerah. Matahari bersinar dengan terangnya. Jordan sudah lengkap dengan setelan jas mahalnya, sedangkan sang istri siap dengan gaun yang harganya tak kalah mahal. Kedua anaknya tak jauh berbeda. Marcel dengan baju casual dipadukan kaca mata hitam yang menambah kesan cool. Sepertinya Bryan tak mau kalah dengan kakaknya, meskipun hanya menggunakan hoodie hitam yang dipadukan celana jeans senada. Tapi hal tersebut justru membuatnya terlihat tampan dan juga menawan.

Mereka memasuki mobil yang telah disediakan untuk membawanya ke rumah sakit. Tempat dimana mereka akan mengambil hasil tes DNA. Sepanjang perjalanan, senyum Jordan dan Joana tak pernah luntur, begitu pun dengan Marcel dan Brian. Marcel yang biasanya jarang tersenyum, kini menunjukkan senyum menawannya. Jika kaum hawa melihatnya, sudah dipastikan akan pingsan karena terpana.

"Ma, rumah sakitnya masih jauh,kah?" tanya Bryan memecah keheningan. Sepertinya ia juga sama dengan mamanya, tak sabar ingin mengetahui hasilnya. Joana yang duduk di samping suaminya yang menyetir, menoleh ke belakang. Ya memang Jordan tak menggunakan sopir untuk mengantarnya, ia menyetir sendiri. Padahal di keluarganya memiliki sopir pribadi.

"Dekat sayang, sebentar lagi kita sampai," jawabnya tak melunturkan senyumannya. Seakan tak takut jika bibirnya akan sobek karena terlalu sering tersenyum.

"Mama juga gak sabar, semoga hasilnya positif," harapnya. Jika mengingat putrinya, ia jadi sedih. Bagaimana kehidupan putrinya yang hilang? Apakah hidup bahagia atau malah sengara. Bagaimana ia bisa hidup mewah bergelimang harta, sedangkan putrinya belum tentu bisa merasakannya. Ia menyesal tidak bisa mengetahui perkembangan putrinya. Jika hasilnya positif, ia berjanji akan menjaga dengan baik putrinya. Meskipun ia tahu pasti putrinya sudah remaja, mampu menjaga dirinya sendiri. Namun ia ingin menebus waktu belasan tahun yang tanpa putrinya.

Tak terasa, sampailah mereka di rumah sakit. Rumah Sakit yang bisa dibilang besar. Hal tersebut membuat Joana terpekik senang. Tak sabar rasanya mengetahui hasil tesnya. Lalu keempatnya berjalan memasuki rumah sakit tersebut.

"Bisa bertemu dengan Dokter Smith?" Joana bertanya pada resepsionis. Dirinya paham jika suami dan kedua anaknya tak mau membuka suaranya untuk hal-hal yang tidak penting. Jika selama di mobil ketiganya selalu tersenyum, tapi kini malah menunjukkan wajah datar.

"Sudah membuat janji sebelumnya?"

"Bilang saja Tn. Alexander ingin bertemu," ucap Joana dengan nada sesabar mungkin. Rasa penasarannya membuatnya tak sabar, apalagi menghadapi resepsionis tersebut.

"Nyonya bisa bertemu di ruangannya. Lantai dua, ruang paling ujung." Tanpa menggubris ucapan resepsionis tersebut, Joana menyeret suaminya menuju lantai dua. Tempat dokter Smith berada. Diikuti kedua anaknya yang berjalan di belakangnya.

Kini, sampailah di ruangan dokter Smith. Setelah berbasa-basi, dokter Smith menunjukkan hasil tes DNA tersebut pada Jordan.

"Ini hasilnya tuan. 99% positif," ucap dokter Smith dengan senyum. Joana sudah tak mampu membendung air mata harunya, kini ia sudah terisak di pelukan Marcel. Karena suaminya, Jordan masih berbincang dengan dokter Smith.

KENAIRA Where stories live. Discover now