D E L A P A N B E L A S

6.4K 356 22
                                    

Happy reading....
Budayakan tekan bintang ya
Komen juga....
Jangan jadi siders !!!

Terhitung sudah 2 jam, Aira masih terbaring tak sadarkan diri di UKS. Kenan dengan setia menemani Aira tanpa mau beranjak sedikit pun. Sedangkan kelima sahabatnya sudah lebih dulu pamit untuk mengikuti pelajaran di kelas. Kenan dan Aira sudah diizinkan kepada guru yang mengajar.

"Huft, kapan kamu bangun sih?" tanya Kenan bermonolog. Tangan besar Kenan menggenggam tangan kecil Aira yang dingin. Tangan sang kekasih yang terasa pas digenggamannya.

Saat sedang mengamati wajah pucat sang kekasih, Kenan dikejutkan dengan pergerakan kecil dari tangan Aira. Perlahan kelopak mata yang tadinya terpejam, mulai membuka sedikit demi sedikit.

Aira memandang ruangan serba putih tersebut dengan bingung. Seingatnya tadi, ia dibully oleh kakak kelas di kamar mandi. Tapi kenapa kini dirinya bisa berada di ruangan ini. Mengingatnya kembali membuat kepalanya pusing.

Matanya menelusuri ruangan tersebut dengan seksama. Menerka-nerka bagaimana ia bisa sampai di ruangan ini, hingga retinanya menangkap sosok Kenan yang juga tengah menatapnya.

"Kenan," panggilnya lirih. Tubuhnya lemas. Bahkan untuk berbicara pun, ia masih sulit. Sudut bibirnya masih perih saat ingin berbicara.

"Iya sayang, ada yang sakit? Mana yang sakit? Kasih tahu aku, jangan diam aja," ucap Kenan berbondong-bondong. Dirinya terlampau senang sekaligus khawatir secara bersamaan. Senang karena mendapati Aira yang sudah  membuka matanya. Dan khawatir karena Aira terus saja memegangi kepalanya sambil meringis pelan.

Aira tersenyum, mendapati wajah khawatir Kenan yang terlihat lucu di matanya. Jika biasanya Kenan akan berwajah datar, kini Kenan menunjukkan ekspresi yang jarang dilihat banyak orang.

"Mau minum?" tawar Kenan. Aira mengangguk. Dengan cepat, Kenan mengambil teh yang tadi sudah dibeli Reyhan di kantin, meskipun sudah sedikit dingin. Kenan memberikan sedotan agar Aira lebih mudah meminum tehnya.

"Kamu bikin aku khawatir," ucap Kenan menghela nafas panjang. Aira yang mendengarnya pun merasa bersalah. Bukan maksudnya membuat Kenan khawatir, dirinya juga tak mengira akan menjadi bahan bullyan seperti tadi.

"Maaf," cicit Aira menundukkan kepalanya dalam.

"Gak papa, yang terpenting kamu ada di sisi aku. Itu udah cukup."

"Siapa yang lakuin itu semua sama kamu?" tanya Kenan geram. Aira bingung harus menjawab jujur atau bohong. Jika ia menjawab jujur, maka dipastikan Kenan akan berbuat yang tidak-tidak pada Farah. Tapi, jika ia berbohong, Kenan juga pasti akan marah padanya. Ah ia jadi bimbang.

"Jawab jujur!" tegas Kenan. Mau tak mau, Aira harus berkata yang sebenarnya.

"Janji jangan marah dan jangan lakuin apa-apa ke dia ," Aira menyodorkan jari kelingkingnya ke hadapan Kenan. Persis seperti anak kecil. Kenan menautkan jari kelingkingnya dengan Aira.

Udah dijahatin, masih aja baik. Berasa pacaran sama malaikat. Ucap Kenan dalam hati. Tapi ia tetap mengiyakan permintaan Aira.

"Iya janji, gak akan marah," ucap Kenan seraya tersenyum.

"Kak Farah, dia yang bully aku di toilet tadi. Dia gak suka sama hubungan kita. Katanya aku harus jauhi kamu kalau mau selamat. Tapi aku gak akan bisa jauhi kamu," jelas Aira yang tanpa sadar sudah meneteskan air matanya. Tak sanggup jika ia benar-benar harus menjauhi Kenan.

"Shttt, don't cry dear." Kenan membawa tubuh Aira ke pelukan hangatnya. Menenangkan kekasihnya yang sepertinya takut akan ancaman Farah. Tangannya mengepal di samping badan, yang jelas Aira tak melihatnya. Karena ia sudah berjanji pada Aira untuk tidak marah. Meskipun ia sudah berjanji untuk tidak mencelakai Farah, tapi jangan larang Kenan  menyuruh anak buahnya, untuk memberi sedikit pelajaran berharga  pada Farah. Agar tidak mengganggu kekasihnya. Tentunya tanpa sepengetahuan Aira.

KENAIRA Where stories live. Discover now