[20] Tersadar

1.6K 100 6
                                    

Semirik angin sore menerpa tubuh lunglai seorang namja. Ia berdiri mematung di rooftop rumah sakit. Sendiri, sedari tadi, menyaksikan gemerlap lampu kota yang sebentar lagi akan terlihat lebih bersinar. Entah mengapa ia betah disini, hatinya masih gundah. Merasakan dirinya begitu hina setelah membiarkan seseorang sakit karenanya.

Pandangan kosongnya enggan berpindah. Ia masih sama sejak pertama memutuskan tinggal di atap ini. Seolah tak ada tujuan kemana ia akan pergi, mungkin rooftop adalah tempat ternyamannya sekarang.

Banyak pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Salah satunya menanyakan keadaan Jungkook saat ini. Ingin ia melihat wajah imut adiknya, menatap dan berbicara bersama. Namun rasanya mustahil. Sudah sejak dulu ia tak suka padanya, memperlakukannya semena-mena, bahkan ia pernah memintanya untuk pergi. Alasan itulah yang menyumbat niatnya untuk bertemu dengan Jungkook siang tadi.

"Aku tidak bisa terus seperti ini. Aku tak bisa mati dengan penyesalan yang menumpuk didadaku. Sebelum aku melihatnya dan meminta maaf, aku tak tenang."

Nyawanya bangkit, ia beranjak dari tempatnya berdiri, meninggalkan ruang yang sedari tadi ia singgahi. Berjalan menjauh, menuju tangga dan menuruninya satu persatu.

Hatinya mulai mantab, sebelum terlambat ia harus bisa melihat Jungkook, walau hanya sekejab. Niat bertemu padanya dan mengutarakan permintaan maafnya begitu kuat. Ia sudah tak ragu lagi dengan kehendak hatinya. Tak peduli seberapa besar egonya mengekang, sebisa mungkin akan ia tepis, demi Jungkook, demi mendapat maaf darinya.

Langkahnya semakin cepat, ia bergegas menuju ruang inap yang sempat ia pandangi beberapa saat lamanya tadi siang.

Tepat saat tubuhnya berada di balik dinding itu, lagi, ia melihat Namjoon dan Hoseok tengah menunggu diluar ruangan. Ada apa lagi sebenarnya?

Sempat hatinya mengkerut, niatnya menciut melihat kedua saudaranya saling memberikan kekuatan batin. Namun ia berusaha sebisa mungkin untuk melawannya. Menepis rasa malu yang ia punya buah sikapnya yang dulu.

Perlahan kaki jenjang Yoongi melangkah maju. Mendekat ke arah Namjoon dan Hoseok. Entah apa yang akan ia terima nanti, yang jelas ia tak sanggup menahan rasa bersalah ini terus menerus.

"Hyung" Lirihan suara Yoongi mengalihkan atensi Namjoon dan Hoseok. Mereka terkejut mendapati Yoongi yang sekarang berada tepat dihadapan mereka.

Namjoon segera menghentikan tangisnya, menyeka air matanya yang tersisa. Kembali ia menatap Yoongi yang masih dalam raut wajah penyesalan.

"Kau... Dimana saja kau?! Tidakkah kau tahu Jungkook selalu mencarimu?! Dia selalu menanyakan keberadaanmu!" Seperti dugaannya, Namjoon akan bereaksi seperti ini. Yoongi hanya bisa menerima, tak perlu ia melawannya karena memang ia salah.

"Mianhae, hyungnim. Aku tidak mempedulikannya. Aku menyesal. Aku ingin meminta maaf padanya, hyung." Sebisa mungkin Yoongi menahan tangisnya yang hampir pecah setelah mengatakan ia meminta maaf.

Namjoon menggeleng. Ia tak percaya dengan tindakan bodoh dongsaengnya itu. Jungkook sangat memperlihatkan itu, namun Yoongi tak pernah tahu dan tak peduli dengannya.

"Andwe! Aku tidak akan pernah membiarkanmu bertemu dengannya lagi!" Meskipun Namjoon tahu Jungkook sangat menginginkan kedatangan Yoongi, ia tak ingin membiarkan Yoongi dengan seenak hatinya melukai Jungkook. Sudah tahu ia sikap dan watak Yoongi yang selalu berubah-ubah, pun dengan cerita Taehyung dan Jimin kemaren. Sungguh Yoongi belum berubah.

"Jebal hyung, aku ingin meminta maaf. Aku menyesal telah berbuat kasar padanya. Aku sangat menyesal hyung." Yoongi memohon, tatapannya tulus mengarah pada netra Namjoon.

Jeongmal, Jeoseonghabnida HyungWhere stories live. Discover now