[13] Jangan Paksa Dirimu, Hyung

1.7K 112 3
                                    

Kebahagiaan mungkin diciptakan untuk direbutkan

Kesengsaraan jua bagian dari hidup manusia

Tak ada keburukan yang diciptakan Tuhan

Karena Ia telah menyuguhkan pilihan

Bahagia, atau sengsara

Author's Pov

Sang surya kembali menampakkan cahayanya dari ufuk timur. Menyisip masuk menembus celah-celah ventilasi. Kicauan burung ikut membangunkan tidur mereka. Denting irama jantung menggema mengisi keheningan ruang inap.

Terbaring lemah tubuh itu diatas brankar. Tak bergerak, diam. Hempasan angin nafasnya jelas. Mengembang kempiskan dada bidangnya. Ya, berkat sebuah tabung oksigen, ia bisa bertahan.

Gerakan kecil jarinya memberi tanda. Ia masih memiliki nyawa. Dugaan itu bertambah yakin, sebab manik indahnya mulai terbuka. Mengerjap beradaptasi dengan cahya. Bila sebelumnya hanya gelap yang dirasa.

Tak ada apa-apa, hanya bola lampu itu yang memenuhi pandangannya. Menyilaukan, hingga ia harus beralih. Dilihatnya sebuah kantung plastik berisi cairan bening tergantung disana. Itu memiliki selang yang terhubung ke jari kirinya. Masih dengan pengamatannya, sekotak monitor memperlihatkan garis bergerak dan berbunyi. Seperti irama jantung manusia.

"Apa aku masih hidup?" Batinnya.

Haruskah ia merasa senang atau sengsara? Dirinya masih memiliki jiwa. Lagi-lagi ia gagal meninggalkan dunia yang fana. Memulai kembali pengorbanannya untuk meraih maaf sang kakak.

Berhenti berfikir sejenak, rupanya ada seorang namja yang tertidur di tepi brankar.

Perlahan tangan lemahnya meraih surai coklat itu. Menggerakkannya lembut layaknya elusan.

"Hyung..." Lirihnya. Suaranya serak, membuat kata itu tak terucap jelas.

Ada perasaan bersalah yang mengganjal hatinya. Tentang namja ini, yang rela menjaganya entah sejak kapan. Ia tak tahu pasti. Yang jelas hyungnya itu pasti lelah.

Hingga namja bersurai coklat itu menyadari, ada usapan dikepalanya. Ia mulai terbangun dan menatap si pelaku.

"Kau sudah bangun?" Ucapnya tersenyum.

Bukan balasan senyum yang ia dapat, justru tatapan iba dari sang penerima tanya.

Jungkook, matanya bertemu pandang dengan netra Namjoon. Dia terkejut mendapati wajah hyungnya hancur. Bukan karena pukulan, namun visual itu memberikan kesan kesedihan. Manik Namjoon sembab dan bengkak. Begitupula dengan pakaian yang dikenakan, nampak lusuh dan kumal. Beberapa kancing terlepas dan dibiarkan begitu saja.

Pria yang menjadi pusat perhatian kini mulai menyadari. Dongsaengnya sedang mencemaskannya.

"Ada yang sakit?" Ucapnya mengalihkan perhatian. Naas, tanya itu tak ditangkap Jungkook. Ia masih tetap memfokuskan netra pada hyungnimnya.

Lemah tangan Jungkook tak membuatnya hanya diam. Namja itu membawanya mengelus pipi Namjoon yang terasa dingin. Menyeka bekas aliran air mata yang mengering. Hingga ia tak sadar, matanya pun mulai mengumpulkan cairan itu.

"Gwen-chana?" Sebuah kata yang ia yakin telah salah ia lontarkan. Hyungnya bahkan tak terlihat baik-baik saja.

Tangan Namjoon meraih telapak Jungkook. Menahannya untuk tetap bertengger di pipi.

Namjoon mengangguk. Tersenyum. Lagi-lagi ia menguatkan hatinya dan hati dongsaengnya dengan ulasan bibir.

"Bohong!" Gumam Jungkook. Senyum Namjoon menghilang. Menyisakan pandangannya yang kian menurun.

Jeongmal, Jeoseonghabnida HyungWhere stories live. Discover now