Mama dan Papa yang melihatnya hanya bisa mengulas senyum dengan beribu kata maaf dan sesal di dalam hati mereka. Anak semata wayangnya nampak kurus dan tidak terurus.

"Selama di sini, Ciko punya teman," ujarnya memulai kisah. "Biasa disebut Teman Perkumpulan Akhir Pekan. Ada Jian, Kak Jovian, Kak Januar, Kak Hardi, Kak Raanan, sama Kak Mark."

Melirik dua presensi di hadapan, nampak begitu menanti lanjutan ceritanya.

"Jian orangnya kadang ngeselin, tapi gemes. Kagetan. Untung gak latah. Dia itu... orang tersabar yang pernah Ciko temuin selama hampir delapan belas tahun hidup."

"Kak Jovian badannya--ototnya gede. Petinju ulung dia itu. Sering tanding illegal di gedung kosong."

"Ciko berteman sama preman?"

Ciko berdecih. "Mana ada preman. Toh sama kucing aja bersin-bersin terus. Dia itu sama kayak Jian, penyabar dan penyayang. Yang paling penting, dia seseorang yang berusaha selalu menjaga orang tersayangnya."

"Kalau Kak Januar... Hah, males jelasinnya. Nggak bisa diam! Apalagi mulutnya, tuh. Bawaannya bikin emosi terus! Tapi tetap aja, dia orang yang patut dijadikan teladan. Ramah, percaya diri, setia, dan romantis."

"Kak Hardi itu... manis. Definisi semenjana namun hati seluas mayapada. Pintar akting, padahal kita tahu siksa dunianya melintang di sepanjang jalur. Terkadang Ciko iri atas rasa bersyukur yang selalu ia ucap."

"Kalau Kak Raanan sih, lucu. Pintar nyerempet jenius. Cerminan orang beradab yang sesungguhnya. Ia tegas dalam menjalani hidup. Penuh ambisi dan kaya akan nyali."

"Kalau Kak Mark...." Kurva tertarik dengan sendirinya. Terlintas kekehan lucu si tetua yang nampak ringan tiada beban.

"Definisi malaikat terindah tanpa sayap yang diutus ke bumi."

Kedua orang tuanya cukup terkejut atas apa yang ia ucap.

"Penuh wibawa dan bertanggung jawab. Tipikal laki-laki yang akan memimpin kehidupan di waktu mendatang. Dia itu panutan Ciko selain Papa dan Mama."

"Pasti mereka sangat berharga bagi kamu," ujar Papa menggenggam jemari Ciko dan mengelusnya lembut.

"Tentu. Mereka adalah separuh hidup Ciko."

Ketiganya saling lempar senyum kecil. Saling merinci rupa yang sudah lama tak bersua. Terutama kedua orang tua yang tak sangka sudah absen dalam masa remaja anaknya. Tertinggal kisah yang telah berjalan panjang dan penuh kenangan.

"Ciko, ayo ikut Mama dan Papa ke China. Mama nggak mau jauh dari kamu lagi. Sudah cukup," celetuk Mama yang langsung dibalas gelengan.

"Nggak mau."

"Kenapa?"

"Kota ini begitu berarti bagi Ciko dan teman-teman. Semua kisah pahit dan manis sudah menuang tinta di kertas putih kami. Ciko nggak mau ninggalin kota yang dibentuk kala sang pencipta tengah tersenyum ini. Nggak mau, dan nggak akan mau."

"Ciko akan tetap di sini.

















Di Bandung."








"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


panggilan ciko ke keluarganya mami papi tapi sekarang nyebutnya mama papa. astaga...

maaf banget i'm screwed up 🙏

bener bener lagi pusing sama hidup yang ga tau juntrungan ini hngg

btw thank u so freakin much buat kamu kamu yang udah rekomendasiin ini ke orang lain uhuhu 😭❤

sampe pengen mewek nemu ada yang rekomen youth di twt:(

dan makasih banyak banyak banyak atas doa kalian ya. semoga dan semogaaaaaa aja diijabah sama tuhan :)

youth | nct dream ✔Where stories live. Discover now