21. Si Adek

339 41 96
                                    

"Mama, Mama!! Kuenya enak, yah?"

"Astaghfirullah─!!!"

Genna terbangun dari tidur singkatnya, dan menatap langit-langit kamar sambil terbayang akan wajah anak kecil, yang belepotan oleh coklat kue balok, terus nyengir begitu manis kepadanya, dengan senyum yang memperlihatkan gigi kelincinya, juga sekembar nentra hazel yang menyipit dengan lucu, dan demi Tuhan mengingatkannya terhadap sosok dari Rivanno Alvaro.

Lantas, tersadar akan lantunan dari surat Al-Maryam yang sedang Elang bacakan disamping ranjang tidurnya, otomatis bikin Genna berkaca-kaca, dan membelai perut buncitnya sambil melirik kearah Elang.

"Wa barram biwālidaihi wa lam yakun jabbāran 'aṣiyyā."

'Itu tadi Dedek, yah? Hehe. Cantik.' Batinnya, sambil menerawang kembali, dan tersenyum.

Anak perempuan cantik, yang rambutnya dikepang dua. Wajah agak bule, dengan kulit cenderung pucat. Namun memiliki surai sehitam jelaga, dan hidung mancung menyerupai Genna, yang sedikitnya mengingatkan Genna akan masa kecilnya, didalam album photo lama yang sering sekali dia lihat, dan jadi objek bernostalgia antara dia dan Mamanya.

Tapi─

"Shadaqallahul-'adzim'."

'Omong-omong... kok anak kecil itu rambutnya kriting, yah? Udah kayak Elang aja?'

Hihihi!

'Kayak mie.'

"Ge??"

"Hmmh?? Ya??"

Elang menutup Al-Qur'an ditangannya, dan menyimpannya keatas meja, selagi dia menempatkan diri untuk duduk di tepi ranjang, dan menatap Genna dengan wajah sedikit cemas.

"Kamu kenapa? Hm? Mimpi buruk?"

"Emm..." Genna tersenyum tipis, dan menggeleng. "Gapapa, kok."

"Serius? Kok sampai istighfar?" Tanya Elang, penasaran, sambil meraih tangan kanan Genna, dan digenggam hangat bersama tasbih didalam telapak tangannya.

Bikin Genna sekiranya ngerasa sedikit tenang, dan cenderung hangat menerima afeksi darinya.

"Iya~" Genna mengangguk sekali lagi, dan tersenyum manis.

Menepuk tempat kosong disebelah kanan dirinya, dan membuat Elang dengan reflek tersenyum, terus naik ke atas ranjang, dan berbaring disampingnya, dengan keadaan yang masih pakai baju koko, plus peci di kepala, yang membuat Genna dengan jelas melihat wajah gantengnya, tanpa sehelai poni gondrong pun, yang menghalangi jidat bahkan sampai ke mata.

'Sip...'

Muka bangsatnya langsung hilang kebawa angin, dan jadi adem, udah kayak ubin mesjid.

Sial.

Kok ganteng sekali sih kamu bangsat?

Jantung Genna kan' jedag-jedug, jadinya!

Disko ramai :(

;
"Kamu kenapa~? Hm? Cerita. Nggak mungkin lho, kalau kamu nggak mimpi buruk. Atau... jangan-jangan ada yang sakit, yah??! Iya???" Elang lanjut tanya, dengan makin khawatir.

Satu tangan menopang kepala, dan satu lagi memeluk Genna di pinggang,

Elus perutnya sayang, dan naik sedikit buat belai rambutnya lembut.

Lalu Genna...

Aduh,

Nggak tau lagi melankolis banget atau gimana, tapi Genna ngerasa tersentuh, karena dia disayang orang dengan cara sebegini halus.

TOO GOOD -ChaeKyulNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ