16. Pengantin Baru

342 38 130
                                    

Buka tutup panci, Genna memasukan irus kayunya untuk mengaduk sayur asam yang menggelegak diatas nyala api sedang dari kompor miliknya. Lantas menyendoknya untuk sekedar cicip-cicip, dan mengecek; apakah takaran gula, garam dan penyedap rasa yang sudah dia tabur benar-benar pas─sesuai perkiraannya, atau, justru ada bumbu yang kurang, yang harus ia tambah. Dan, Slurp! ─Genna menyipit,

'Panas!' batinnya.

Ditiup pelan ternyata rasa panasnya masih menempel di lidah. Tapi secara keseluruhan, dia mengangguk merasakan sayur asamnya ternyata cukup lezat, dengan bumbu-bumbunya yang menyerap pas; seiras dengan harum sayurnya, yang menggoda. 'Oke!' Genna tersenyum dan membatin, bahwa tinggal menata piring, maka lauk sarapan pagi ini sudah siap dihidangkan.

"Wah~ tau aja aku udah lama nggak makan sayur asam, yah? Di masakin, lho. Mana baunya harum, lagi. Jadi laper."

'Hm?'

Genna menoleh kaget terhadap eksistensi Elang yang berdiri dibelakangnya, mengintip isi panci dengan rambut ikal basah sehabis keramas, dan bau sabun menyeruak dari tubuh kekarnya, yang hanya terlilit handuk dan bertelanjang dada; memamerkan otot bisepnya, tulang selangkanya, serta dada bidangnya dan kotak-kotak abs yang menggugah pandangan diantara pusar ber-pierching; juga pinggang kurusnya, yang menjadi batas sehelai kain menutupi paha juga pusat privasinya hingga atas lutut kaki.

Damn!

Elang Danuartha, pagi ini kelihatan jauh lebih panas dari pada suhu sayur asam didalam panci miliknya!

'Oke.' Genna mengerjap, dan buru-buru mengalihkan arah pandangnya sebelum Elang memergokinya, dan menyadari bagaimana kedua pipi Genna bersemu merah dengan degup jantungnya yang tiba-tiba menggila seakan dia baru selesai lari marathon.

"Pakai baju dulu, sana. Baru habis itu makan." Tegur Genna tanpa noleh, dan Elang cuma bisa cengengesan sambil tarik tangan Genna yang masih pegang irus kayu, terus seruput air sayurnya, sambil ngangguk cukup santai. "Enak, Ge."

"Elang~!"

Genna menoleh, dan mereka saling pandang. Elang tersenyum puas, lantas dalam hitungan detik melayangkan sebuah kecupan diatas pipi kanan Genna.

'Manis!'

Genna mengerjap, hampir mengomel lagi atas apa yang Elang lakukan, tapi Elang buru-buru bilang kalau dia udah nggak punya stok baju lagi, buat ganti, di lemari Genna. Dan bajunya yang tadi itu basah karena jatuh ke ember yang ada airnya. Maka pilihan selanjutnya, terpaksa, mereka harus tunggu seorang Farest buat dateng lebih dulu membawakan baju-bajunya. Dan Genna... "Sebenernya kamu udah kehilangan hak buat ngelarang aku telanjang dada, tau? Bahkan telanjang bulat sekalipun, dihadapan kamu. Kenapa? Karena kita..." Elang menegangkan tangan kanannya, dan memperlihatkan sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya, sambil menyeringai, mengerling; memainkan alis, membuat Genna makin merah di pipi, dan nggak tau lagi harus berkata bagaimana. "Kita udah menikah!"

Deg...

'Oh─ya,'

Mereka menikah, dan Genna udah kehilangan hak untuk memperlakukan Elang sebagai tamu didalam rumahnya sendiri, sebab...

'... Betul.'

Sekarang mereka tinggal bersama, dan sekarang mereka adalah suami istri.

Rumah Genna adalah rumah Elang juga. Dan memperlihatkan privasi didahadapan satu sama lain, bukan lagi jadi hal yang tidak dibolehkan, dimana keduanya harus saling menghindar dari pandang, dan saling menegur. Apa lagi, kalau disana mereka cuma berdua, dan nggak ada mata lain yang harus dijaga.

TOO GOOD -ChaeKyulTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon