06. Jadi Gimana?

422 74 79
                                    



Sebelumnya, Gennara Bianca Galuh bukan orang yang punya krisis percaya diri.

... Dia menikmati hidup sebagaimana mestinya.

Tidak pernah menyesuaikan diri dalam menerima sesuatu. Namun menyesuaikan segalanya, dengan bagaimana dia.

Genna, layaknya tuan putri yang sangat pemilih.

Seluruh hal dihidupnya ditentukan tergantung dia menyukai itu.

Tapi setelah badai datang ke hidupnya dengan bentuk Rivanno Alvaro, Genna merasa... Perubahan hidup yang ia alami merombak total gaya hidupnya hingga jauh berbeda pula.

—Memaksanya menjadi orang yang harus menyesuaikan, bukan lagi disesuaikan. Serba kekurangan, merasa rendah, Genna berpikir bahwa dia nggak lebih dari sampah dan barang yang rusak juga sempit pilihan.

Nggak bisa menilai sesuatu; bersikap kritis. Karena diberikan apapun sekurang-kurangnya, sebenarnya dia sudah sangat bersyukur.

Tapi.....

"Nikah yuk Ge?" —Pertanyaan Elang membuat Genna tertegun.

Itu seperti... Genna kembali diberikan hak untuk memilih jalan hidup. Namun, bukan pilihan yang harus diputuskan antara suka dan tidak. Melainkan: pantaskah dia menilai Elang untuk menerima atau menolaknya?

Genna paham standar mereka sudah jauh berbeda. Bahkan dengan julukan preman, algojo, tukang gebuk dan biang kerok kampus, Elang termasuk orang yang jauh sempurna untuk Genna Bianca Galuh.

—Orang yang hamil diluar nikah, diusir dari rumah, dihujat keluarga, dijauhi teman-teman dan hidup sebatangkara dengan stigma masyarakat; cuma karena dia mengandung anak tanpa suami.

... Elang nggak pantas untuk Genna.

Walaupun Genna sayang, dan sepertinya punya rasa yang sama.

... Mereka berbeda...

Genna berpikir, ada banyak perempuan yang jauh lebih baik dari pada dia, diluar sana. Dan Elang sudah pasti akan sangat beruntung, jika dapat memilikinya dari pada harus mendapat Genna.


Jadi...


"Soal yang semalem, aku—minta maaf. I-itu... reflek, Ge. Aku..."

"Rumah makan Cita Rasa! Hoi, turun, turun!"

... Genna memutuskan untuk tidak memperpanjang, meski dia penasaran, apakah Elang memang tertarik kepadanya ataukah tidak. Dan... Apakah yang semalam memang hanya meracau saja, atau... Itulah sesuatu yang ingin Elang sampaikan.

"Kita pisah disini, yah? Kamu mau langsung ke bengkel Edgar, kan?"

Genna mengambil uang dari dalam dompetnya, lantas menyerahkan itu kepada kernet sambil bilang kepadanya, bahwa dia membayar untuk Elang dan dia.

"G-Ge..." Elang lupa cara bicara. Suaranya seakan hilang dan dia nggak tau harus berbuat seperti apa.

'Udah nanggung keceplosan', niatnya pagi ini mau confess sekaligus memperjelas bahwa Elang semalam, memang melamar sungguh-sungguh. Tapi... "Dah, Elang!" Genna sudah turun dari angkot lebih dulu, dengan berlari memasuki gedung tanpa menoleh sedikitpun.

Itu membuatnya... seperti mendengar bunyi 'kretek!' dari hati yang retak.

Dan dia kecewa; merasa belum apa-apa tapi Genna sudah jelas menjaga jarak seakan itu penolakan.

TOO GOOD -ChaeKyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang