19. Cerita Gibran

215 38 67
                                    

"GIBRAN!!! BERHENTI NGGAK LO!!! WOY!!!"

Vroom!!! Vrooom!!!!

Elang menggas motornya cukup kencang mengikuti arah punggung Gibran. Menimbulkan terror, memancing rasa kurang aman serta takut bagi diri cowok itu, yang terus saja meliuk-liuk ditengah parkiran mobil berharap bisa melarikan diri. Tapi apa daya, semua jalan nyaris buntu. Dan diantara mobil-mobil itu, para pemiliknya sungguh sangat berhati-hati untuk nggak meninggalkan kunci mobil mereka sembarangan didalam mobil masing-masing (mengingat disana memang terjadi banyak sekali kasus pencurian setelah Elang dan Edgar memutuskan untuk cabut) sehingga sulit bagi Gibran menemukan cara lainnya untuk bisa melarikan diri, selain hanya dengan terus berlari dan berharap kalau Elang nggak akan mampu mengejarnya diantara mobil-mobil itu.

"GIBRAN!!!" Teriak Elang dengan sangat amat murka.

"BERHENTI, PENGHIANAT!!! JANGAN KEJAR BOS KAMI!!!" Seseorang bangkit setelah terkapar dari celah parkiran sempit. Merogoh sarung senjatanya dan mengeluarkan pistol dari sana untuk bisa menghentikan Elang dengan menembak punggungnya, ataupun juga kepalanya. Namun baru saja ketika dia menodongkan pistolnya dan bersiap untuk menembak, tiba-tiba seseorang datang menendang wajahnya dengan gaya heroik, dan membuatnya kehilangan pistolnya yang terlempar refleks entah kemana, sementara dia sudah tergeletak kembali ke tanah dan menerima pukulan Edgar yang cukup membabi buta.

BUGH!!!

"DASAR NGGAK TAU TERIMAKASIH!!! Lo nggak akan ada disini, dan makan dari sini sampai perut lo jadi buncit kalau dulu gue sama Elang nggak ngajak lo kesini karena kita kasihan!!! Dan sekarang, berani-beraninya lo nodongin pistol ke dia dan berkata kalau dia penghianat??! Ngaca!!! Lo yang penghianat, bangsat!!!"

BUGH!!!

BUGHH!!!

BUGHH!!!

"AKH─!!!"

"GIBRAN!!!"

Vroom!!! Vroooooom!!!

Elang menoleh kearah Edgar sejenak, dan kemudian mencari Gibran kembali dengan menggas motornya cukup kencang, dan memutar, mengambil sebilah katana patah yang tadi sempat Gibran buang, lantas kembali kearah Gibran, mengangkat stang motornya tinggi, melakukan lompatan berulang dengan gaya salto di udara, dari dua sampai tiga mobil yang berjejer didepannya, hingga akhirnya dia memutuskan untuk melompat dari motor, terjun kearah Gibran yang berlari dibawahnya, dan membuat cowok jangkung itu terjatuh menabrak mobil didepannya, sebelum dia berkahir terlentang dibawah kungkungan Elang, dan mendapati sebilah katana patah miliknya yang tadi Elang bawa, ditodongkan kepadanya; mengetat kuat di permukaan lehernya. Seakan-akan... seperti siap membunuh Gibran kapanpun, andaikan Gibran bergerak sedikit saja dari posisinya saat ini.

"O-OKE, OKE!!! GUE JELASIN!!! GUE JELASIN, OKE??! GUE JELASIN!!! M-MINKYEUNG.... MINKYEUNG ITU PACAR GUE!!! GUE NGGAK BENAR-BENAR MENJADIKAN DIA BARANG TARUHAN!!! GUE... GUE CUMA LAGI MARAH, WAKTU ITU!!! M-MEMANG!!! GUE TANTANG ORANG LAIN BUAT BALAPAN SAMA GUE, DENGAN DIA ADALAH SEBAGAI TARUHANNYA, TAPI DISAAT ITU, GUE JUGA TAU, MUSTAHIL BUAT ORANG LAIN MENANG DARI GUE KETIKA GUE PUNYA MESIN MOBIL YANG JAUH LEBIH BAGUS DARI PADA MEREKA SEMUA!!! GUE... GUE─!!! GUE NGGAK BERMAKSUD!!!"

"Lo yakin? ─Lo nggak ngibul, kan? Soalnya jujur, dengan kehidupan lo yang kayak gini, gue curiga lo ada koneksi sama sindikat penjualan manusia."

"A-ADUH, L-LANG!!! LANG!!! SUMPAH, SUMPAH!!! KITA ITU UDAH PACARAN DARI LAMA!!! UDAH... UDAH HAMPIR SATU TAHUN SETENGAH!!! D-DAN... DAN DIA KESINI BUAT LIBURAN SAMA GUE!!! TAPI─"

"Tapi lo malah bikin dia kayak gini???"

"L-Lang!!!"

Elang memicingkan mata nggak suka, dan tanpa sadar mendesak kuat katana itu hingga melukai leher Gibran dengan sebuah goresan panjang. Membuat Gibran menjerit-jerit ketakutan seperti: "J-JANGAN BUNUH GUE!!! J-JANGAN BUNUH GUE!!!" Sementara dia mengeritkan rahang semakin kesal, dan kemudian berkata kepada Gibran dengan penuh penekanan:

"Nggak ada cowok sejati yang memperlakukan ceweknya dengan rendahan kayak gitu, lo tau??!"

"─Meskipun lo emang punya mesin yang bagus, nggak akan ada jaminan kalau lo nggak akan ada kendala ataupun juga kecelakaan, di malam itu! Dan Minkyeung, bisa aja lo operin dengan bodoh ke orang lain!!! Dan kalau gue berada di posisi Farest, saat itu... gue mungkin bakal ngelakuin hal yang sama kayak dia! Buat bawa pergi Minkyeung dari sini!!! Dan dari lo!!! ─Sekarang, mana barang-barangnya???! Lo bawa kesini, CEPET!!!"

"A-ADA DI RUMAH!!! B-BIAR GUE AMBIL!!!"

"Nggak, nggak. Jangan lo! Gue nggak percaya kalau lo yang ambil sendiri. Karena lo bisa aja kabur dari kita, dan bawa lari barangnya apapun alasan lo. Suruh aja anak buah lo! Biar lo nungguin barangnya disini, bareng sama kita. ─Gimana?" Edgar muncul dari arah samping mereka. Berdiri dengan bossy, tersenyum miring; menodong Gibran dengan pistol yang ia rebut dari anak buahnya, sementara Farest yang udah sangat sempoyongan dan babak belur, duduk di sebuah kap mobil geep, dan menatap Gibran dengan sangat amat puas.

"G-gue nggak akan mungkin bawa kabur barangnya, kok!!! Sumpah!!! Dan malah... G-gue..." Gibran bergetar ditempat, menelan salivanya. Menatap Elang takut, beserta ujung katananya, namun tetap melanjutkan ucapannya meski juga terpenggal-penggal, dan membuat Farest maupun Edgar membelalak kaget dengan apa yang dia katakan. "G-gue mau minta maaf sama Minkyeung. G-gue... M-mau ketemu dia langsung dan... Dan perbaiki semuanya. G-gue─gue... Gue mohon Lang! Kalau bisa, gue... Gue pengen banget buat ketemu sama dia─!"

"T-tunggu, tunggu. Kenapa lo pengen ketemu sama dia? Dia penting, gitu, buat lo?" Potong Farest penasaran.

Karena maklum, dia sendiri baru aja datang, kan? Jadi belum dengar penjelasan Gibran tentang siapa itu Minkyeung.

"D-DIA PACAR GUE!! Puas lo??!"

"HEH! MANA MUNGKIN??!" Pekik Edgar.

Farest mencelos, namun Edgar otomatis mendendang pelan Gibran di lengan, sambil mengarahkan pistolnya terus dan memicing tajam.

"Nggak mungkin kalau dia pacar lo, dan lo dengan seenak hati memperlakukan dia kayak gitu!!! Itu bukan hal yang manusiawi, lo tau??! Dan sebrengsek-brengseknya orang, gue belum pernah nemuin satu orang pun, yang memperlakukan ceweknya dengan kayak gitu!!! Bahkan gue sendiri, nggak pernah!!! Lo pikir dia barang, apa??! Gila!!! Nggak, nggak!!! Lo nggak boleh ketemu sama dia apapun alasan lo!!!" Kata Edgar emosi, dan didalam hati, Farest menyetujui.

"Ya, ya. Dia cuma orang yang suka sok-sokan di jalanan. Mikir pendek tentang 'keren' tapi sendirinya nggak mikir tentang resiko. ─Dia hutang kata maaf buat Minkyeung, Gar. Tapi... ya. Gue setuju sama lo." Kata Elang kepada Edgar, namun netranya malah menatap kearah Farest.

"Kita nggak tau gimana perasaan Minkyeung sama lo, apa lagi... setelah lo memperlakukan dia dengan kayak gitu. Bisa aja takut, dan... itu menimbulkan rasa trauma buat dia. Jadi untuk kali ini, lo lebih baik nggak usah ketemu dulu sama Minkyeung, untuk kebaikan dia dan juga hubungan lo. Cuma... Oke, gue mungkin bakal kasih lo kesempatan untuk minta maaf sama dia, lewat sambungan telepon aja. Tapi sebelum itu, lo cepet suruh anak buah lo buat ambilin barangnya juga. Setuju?"

"S-setuju!" Kata Gibran tersenyum dan mengangguk dengan cepat.

'Ya, gapapa deh nggak ketemu sama Minkyeungnya secara langsung.' Asal bisa minta maaf ke dia secepatnya, buat Gibran... itu udah lebih dari pada cukup.

Namun sementara itu, Farest yang masih diam ditempat nampaknya nggak suka dengan apa yang diputuskan oleh Elang. Dan mengambil ponselnya yang sempat jatuh dari saku, lantas menghadirkan goresan miring disepanjang touchscreen miliknya itu, Farest mendengus, memutar mata malas. Rela nggak rela menyerahkannya kepada Elang, ketika Elang meminta, selagi Farest juga sibuk meringis karena luka-lukanya yang kini hiasi wajah, dan hampir membuatnya nggak bisa melihat sebelah, dengan kelopak mata bengkak berwarna biru dan lecet.

"Thank you!" Elang menyeringai, dan Farest mengedik.

***

Pikasquirtle 200622

Selamat sore ❤

TOO GOOD -ChaeKyulWhere stories live. Discover now