Chapter 16 : Another Terror

21 1 0
                                    


Sesampainya di mansion daddynya, ia pun bergegas menuju kamarnya. Ia bergegas membersihkan dirinya. Setelah rapi, ia berbaring di tempat tidurnya. Ia memandang foto keluarganya yang ia taruh di dekat meja belajarnya.

"Daddy, mommy, bagaimana kabar kalian disana? Kalian pasti senang ya? Oh, iya daddy, mommy apakah kalian sudah bertemu dengan malaikat disana? Kalau sudah, sampaikan salamku padanya. Kalau kalian tanya kabarku disini, kabarku baik-baik saja. Aku bersyukur bertemu kembali dengan Jongin. Itu loh anak tetangga kita yang sering sekali main ke mansion. Aku sangat senang ia kembali berada disisiku." gumam Alexandra dalam hati.

Lamunannya terbuyarkan dengan suara dering dari ponsel pintarnya. Wajahnya sangat senang ketika ia melihat orang yang memanggilnya. Dengan semangat ia mengangkat telepon tersebut.

"Hallo, sayang. Ada apa kau meneleponku? Kau sangat merindukanku, sayang?" ujar Alexandra dengan senang.

"Hahahahahah. Ternyata pacarmu so sweet sekali ya, Jongin. Aku tidak menyangka kau akan mendapatkan pacar se so sweet ini, hahahaaha." balas suara tak dikenal di sebrang sana.

"Siapa kau? Apa maksudmu melakukan ini? Dimana Jongin?" tanya Alexandra bergetar. Ia sangat takut sebenarnya tapi ia juga tidak mau kekasihnya itu dalam bahaya.

"Wah, cantik-cantik galak juga pacarmu ini, Jongin. Hai, gadis cantik jangan galak-galak, dong sayang!" balas suara tak dikenal itu lagi.

"Jangan menggodaku! Dimana Jongin? Aku ingin berbicara dengannya!" ucap Alexandra dengan nada meninggi. Kali ini ia tidak peduli rasa takut yang sedari tadi menghinggapinya.

"Jongin? Mengapa kau perlu berbicara dengan Jongin apabila kau bisa berbicara denganku sayang! Hahahahaha" balas suara tak dikenal itu lagi.

"Dimana Jongin?" ucap Alexandra lagi kali ini ia menaikkan suaranya.

"Hahahahaha, kau ingin tahu dimana Jonginmu? Jongin, bicaralah dengan wanitamu ini!" suara tak dikenal itu memberikan hp Jongin kepadanya.

"Sayang, ini aku. Kamu harus menolongku, sayang. Aku dalam bahaya. Mereka mengancam akan membunuhku apabila kamu tidak menuruti perintah mereka. Kumohon, sayang." ucap Jongin sambil meringis kesakitan.

"Sayang, kamu harus kuat. Aku akan kesana aku akan menolongmu." ujar Alexandra. Ia berusaha untuk kuat. Ia tidak ingin membuat Jongin khawatir.

"Kau sudah dengar kan! Hahahahaha!" balas suara tak dikenal itu lagi.

"Lepaskan, Jongin! Jangan berani-beraninya kau menyentuh Jongin atau aku akan membunuhmu!" ujar Alexandra. Ia sebenarnya takut tapi rasa khawatirnya terhadap kondisi Jongin membuat ia melupakan ketakutannya..

"Ya, aku akan melepaskan Jongin sesuai dengan kemauanmu. Aku juga tidak akan menyentuhmu sedikitpun. Tapi dengan syarat, kau harus menuruti kemauan kami." ujar suara tak dikenal tersebut.

"Apa kemauanmu? Aku akan menurutinya asalkan kau jangan menganggu hidupku dan Jongin lagi." ujar Alexandra menantang.

"Kau yakin? Baiklah, aku ingin kau bawakan zat uranium yang dimiliki oleh ayahmu kepada kami." ujar suara tak dikenal tersebut.

Alexandra terdiam. Ia bingung. Membawakan zat uranium pada orang yang ia tidak kenal sama sekali merupakan suatu hal yang bodoh. Tapi, ia juga tidak mau kehilangan nyawa kekasihnya itu.

"Hai, cantik. Mengapa kau terdiam saja? Kau bilang kau akan mengabulkan semua permintaan kami?" balas suara tak dikenal itu dengan licik.

"Kau boleh meminta yang lain. Tapi bisakah kau tidak meminta zat uranium milik ayahku. Kau boleh mengambil semua barang berharga ayahku asal jangan zat uranium tersebut." ujar Alexandra sambil bergetar.

MissionWhere stories live. Discover now