Chapter 15 : Zat Penting

27 2 0
                                    

Sudah beberapa bulan Alexandra membantu Dosen Minseok untuk mengerjakan project besarnya. Alexandra masih saja tidak tahu bahwa project ini merupakan project yang akan mengancam dirinya dan warga Korea Selatan.

Di Laboratorium Kim Corp

Dosen Minseok sedang kebingungan mengamati percobaannya yang sedari tadi gagal terus. Alexandra yang memperhatikannya langsung menuju ke arah Dosen Minseok.

"Dosen Minseok, apa yang terjadi?" tanya Alexandra melihat Dosen Minseok yang kebingungan.

"Ehm, begini Alexandra. Aku kebingungan mengapa percobaanku ini masih saja gagal." jawab Dosen Minseok dengan raut wajah kebingungan.

"Apa kau sudah memasukkan semua bahan-bahan yang dibutuhkan, saem? Apakah semua takarannya sudah pas?" tanya Alexandra lagi.

"Aku tidak tahu, Alexandra. Coba kau lihat, sepertinya aku sudah memasukkan semua bahan-bahannya dengan tepat." jawab Dosen Minseok lagi.

Alexandra tidak tega melihat wajah Dosen Minseok yang begitu kebingungan. Ia pun mencoba melihat percobaan yang dikerjakan oleh Dosen Minseok. Ia meneliti setiap bahan yang digunakan. Dan, betapa terkejutnya Alexandra ketika ia mengetahui bahan yang kurang.

"Ehm, pantas saja tidak berhasil. Ada bahan yang kurang. Tunggu, bahan yang kurang itu adalah uranium. Uranium merupakan bahan peledak. Jadi, selama ini Dosen Minseok akan membuat bahan peledak. Dan tunggu ia juga menggunakan nuklir. Apa yang sebenarnya ia pikirkan selama ini?" gumam Alexandra dalam hati. Ia ketakutan setengah mati karena ia tidak ingin terjebak dalam sebuah project yang illegal. Ia tidak ingin tersangkut paut dalam masalah ini.

Dosen Minseok pun menyadari bahwa Alexandra sedang terdiam memikirkan sesuatu.

"Ada apa, Alexandra?" tanya Dosen Minseok.

"Tidak aku tidak memikirkan apapun." jawab Alexandra.

"Kau sedang ada masalah?" tanya Dosen Minseok lagi.

"Tidak, saem. Aku hanya sedang memikirkan apa yang kurang dari percobaan tersebut." jawab Alexandra lagi. Ia berusaha tenang agar Dosen Minseok tidak mencurigainya.

"Baiklah, Alexandra. Ku harap kau tidak ada kenapa-kenapa." tambah Dosen Minseok lagi.

Dosen Minseok bukanlah seorang yang bodoh. Ia juga bukan orang baru yang baru mengenal Alexandra sehari dua hari. Dosen Minseok tahu pasti ada yang tidak beres dengan Alexandra.

Alexandra hari ini pulang lebih cepat dari biasanya. Ia mengeluh tidak enak badan pada Dosen Minseok. Bersyukur Dosen Minseok mempercayainya dan memperbolehkan ia pulang lebih cepat. Jongin pun khawatir ketika melihat Alexandra keluar terburu-buru dari gedung Kim Corp.

"Kau kenapa sayang? Ada masalah apa?" tanya Jongin ketika melihat kekasihnya itu keluar dengan terburu-buru.

"Cepat bawa aku pergi dari sini, sayang! Aku takut!" jawab Alexandra sambil menarik tangan kekasihnya itu.

Jongin pun segera menuruti kemauan dari kekasihnya itu. Mereka langsung bergegas menuju mobil Jongin dan mengendarai mobil tersebut ke rumah Alexandra.

Sementara itu, di Mobil Alexandra terus menunjukkan wajah ketakutannya.

"Kau kenapa sayang? Dari tadi kau terus saja menunjukkan wajah ketakutanmu. Aku sangat khawatir akan keadaanmu." ucap Jongin dengan lembut. Ia berusaha memberikan ketenangan untuk kekasihnya.

Secara tiba-tiba, Alexandra menangis. Jongin pun memeluknya.

"Mereka sudah menjebakku, sayang! Mereka sangat jahat padaku! Aku pikir mereka akan menggunakan kemampuanku untuk benar-benar mengerjakan project besar yang berguna bagi masyarakat luas. Tapi, apa nyatanya? Mereka berbohong padaku." ucap Alexandra terisak. Alexandra terus menerus mengusap air matanya yang sedari tadi mengalir. Jongin yang melihatnya pun menjadi tidak tega. Ia memeluk Alexandra untuk menenangkannya.

MissionNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ