23

3.9K 404 62
                                    

Sebuah awal ketika aku hanya ingin menerima permohonan Tamara untuk mengisi narasi dalam program televisi Poros Petualang membawaku pada ikatan batin bersama para team yang digalangi mas Yoga. Aku tidak tahu apa jadinya jika aku harus diberhentikan dari team mereka karena sudah tidak diperlukan atau sudah menemukan pengganti. Rasanya rutinitas bersama mereka sudah jadi rutinitas penggenap diantara rutinitasku yang seperti itu itu saja.  Jadi sering kali tiap aku dipanggil ke ruang mas Yoga aku selalu was was takut, apa sampai sini saja? pikirku kala itu.

"Shela mau resign minggu depan," kata mas Yoga datar.

Dulu  mbak Shela memang pernah bilang, mau berhenti kerja setelah menikah, jadi aku tidak terkejut. Tapi karena setelah menikah dia masih bisa manage rumah tangganya dan masalah pekerjaan, alhasil ia urung untuk mundur. Apa sekarang ia akan memutuskan untuk sungguh-sungguh resign? mbak Shela memang akhir-akhir ini jarang masuk, trimester awal kehamilan membuat dirinya harus sering pulang kerumah ditengah jam kerja.

"Kemungkinan team kita akan rekrut karyawan baru. Jadi gue pikir untuk minta lo jadi pengganti Shela saja. Lo bisa jadi karyawan tetap disini, tapi itu juga tetap tergantung dari kemauan lo, mau atau enggak. Kalo lo oke, gue bisa bilang Pak Suryo."

Itulah yang dibilang mas Yoga satu hari sebelum team Poros Petualang ekspansi ke Nusa Penida dan Sulawesi. Tentu saja saat itu aku mengangguk setuju tanpa harus pikir panjang. Masuk jadi karyawan televisi Big Moment dengan cara seperti ini memang tidak sehat, karena mengandalkan jabatan mas Yoga, tapi siapa yang mau munafik disini.

Aku baru saja selesai mengetik proposal yang mas Yoga minta tepat ketika jam istirahat. Sepakat untuk tidak turun mencari makan hari ini, aku membuka ponsel untuk meminta OB membelikan tiga porsi ketoprak di seberang kantor.

"Guys...." Mita mendorong kursi kerjanya mendekat padaku sampai menabrak kursi yang aku duduki. Tremor mendadak itu membuat ponselku nyaris merosot dari genggaman saat aku sedang asik memainkannya. "Lo pada pasti belum dengar berita hot ini deh."

"Apa apa apa..!!" dengan antusiasme menggebu Tamara gantian mendekatkan kursinya padaku. Aku menggeleng tak habis pikir, kenapa aku harus duduk diantara tukang gosip seperti mereka. Sepertinya jiwa-jiwa ghibah antara Tamara dan Mita susah untuk luntur karena sudah mendarah daging.

"Gosip terus Mit. Udah terbukti kebenarannya belum?" timpalku.

Mita mengibaskan tangannya diwajahku. "Gosip itu adalah fakta yang tertunda sayang. Jadi fix, ini akan terungkap sejagat maya nggak lama lagi," katanya menirukan gestur ala ibu-ibu komplek yang bergosip di tukang sayur keliling.

"Jadi apose?" Tamara tak sabar mendengar.

Mita menengok kanan kiri berlagak mencari seseorang yang mungkin saja menguping. Kemudian kepalanya makin menjorok untuk mendekat. "Inggrit, presenter kesayangan kita kena skandal sama Eko Salim. Itu tuh, duda pengusaha kaya raya."

Terdengar decakan kecewa Tamara. Gadis itu menegakan kembali kepalanya. "Kalau itu gue udah denger dari kemarin."

"Tapi kok lo nggak bagi-bagi?"

Tamara meringis, menunjukan deretan giginya yang rapih. "Lupa. Kemarin ngejar deadline, jadi lupa deh."

Mereka merupakan langganan setia dunia pergosipan, jadi masih wajar kalau aku adalah orang paling kurang update di antara mereka. "Jadi disini apa yang dipermasalahin. Dia kan sama duda, bukan sama suami orang."

"Nah itu, gue juga bingung. Kamarin, gue belum denger kelanjutannya keburu dipanggil bang Aden."

Mita yang semula surut karena mengira gosipnya melempem, kini kembali menggebu untuk bercerita. "Kalian tahu kan kalo Inggrit nggak pernah terekspos bareng Eko Salim selama ini. Seminggu yang lalu dia tertangkap kamera keluar dari kamar hotel bareng Eko Salim, chyiiin... Haduh.. gue kasih jempol deh jemari netizen jaman sekarang yang selalu siap siaga kasih bahan gosip buat para perempuan rindu pelukan kaya kita." Aku memutar bola mata, yang rindu pelukan itu dia bukan aku. "Dan itulah yang memunculkan dugaan publik kalau Inggrit masuk dalam lubang dunia prostitusi." Mita mengakhiri sesi pidotonya dengan semangat empat lima.

Mayday (END)Where stories live. Discover now