9. Tentang Dua Tahun Terakhir

3.9K 459 19
                                    

Tangan Deby lincah mencincang bawang bombai di atas telenan dengan konsisten. Ditinggalkan sendiri dirumah membuat dirinya turun tangan meramu makanan untuk perut karetnya, pagi ini.
Kemarin ayah dan ibunya pergi kerumah kerabat di Lampung saat kabar duka kematian salah satu anggota keluarga jauh sampai. Mereka berangkat bertepatan saat Deby sedang ada di Bandung, sehingga gadis itu tak bisa ikut terbang.

Meski tak ahli memasak seperti seorang chef, setidaknya Deby sudah bisa sekedar menggoreng ikan atau tumis-menumis. Mempunyai secuil keahlian tentang dapur sedikit menaikan kepercayaan dirinya jika nanti dihadapkan oleh seseorang yang namanya ibu mertua. Deby bisa saja memasak mie instan, tapi ia tak mau mengambil resiko perutnya dilanda melilit saat siang menjelang. Atau malah terkena omelan nyonya Renata saat menemukan bungkus mie instan diantara tumpukan sampah ketika beliau kembali.

Tak sengaja atensi Deby tertuju pada kartu undangan yang tergeletak di atas meja, tak jauh darinya. Ia tak akan lupa kalau lusa adalah tanggal yang sama dengan tanggal yang tercetak di kartu undangan tersebut. Ia tak terlalu khawatir perihal lusa, tapi ia lebih khawatir tentang hari dimana setelah hari itu berakhir. Apakah ia akan baik-baik saja?

Deby meringis saat ujung jarinya bersisian dengan pisau yang masih ia gunakan untuk mencincang bawang bombai. Hanya luka kecil, jadi Deby hiraukan.

Deby melepas apron birunya, setelah mendengar suara ketukan pintu di depan sana. Siapa yang pagi-pagi begini berkunjung, batinnya. Setelah mencuci tangan, gadis itu melangkah malas ke depan rumah seraya menyambar kerudung instan serba guna yang tergantung.

Dalam alam bawah sadarnya Deby membuat daftar siapakah orang yang sedang ada diluar sana. Dody? kakaknya jelas bukan, karena pesawat pria itu landing masih nanti siang. Kalau Tamara? juga terasa aneh. Meski ini sudah jam delapan pagi, tapi sahabatnya itu tak akan mau keluar dari dalam kandang di jam seperti itu. Atau paket mungkin? Tagihan uang kebersihan? Entahlah.
Deby tak memasukan daftar orang jahat dalam pikirannya. Meski ia tinggal di daerah perumahan yang tak semewah kaum elit, soal keamanan daerah rumahnya bisa ditanding dengan rumah elit diluar sana. Jadi pikiran negatif jelas tak akan terbesit sedikit pun.
Deby tak mau ambil pusing menebak orang yang ada di luar sana, dia berfikir kenapa ia harus repot jika ujungnya akan bertemu orang itu beberapa detik lagi.

Ia menemukan seseorang yang memunggunginya setelah pintu terkuak.
"Maaf, sedang mencari siapa?"

Radja tersenyum begitu menemukan suara Deby menyapa telinganya. Pria itu berbalik dan tersenyum makin lebar setelah pandangan mereka bertemu."Mencari Deby Anantara, apakah ada?" candanya.

Deby hanya membalas senyum itu singkat. Dua tahun seperti orang asing bagi pria itu, berhasil membuat dirinya lupa bentuk punggung Radja sampai tak menyadari.
"Kenapa?" Meski lisannya mengatakan kata itu, tapi batinnya mencemooh 'masih ingat aku?'

"Kenapa? Pertanyaan macam apa itu? Memang salah ketemu teman sendiri? Kita udah lama nggak ketemu By." Radja kecewa saat Deby bertanya seolah ia perlu alasan untuk kerumahnya.

"Bukan begitu Ja. Bukannya lusa-"

"Pertunanganku? Iya, aku tau lusa memang pertunanganku By. Tanpa kamu bilang pun aku tau. Aku kesini cuma mau ajak kamu keluar," ucapnya. Radja membuka lipatan kertas yang ia bawa dan membukanya lebar di depan mata Deby. "Ada bazar buku murah hari ini, By. Aku sengaja dateng pagi kerumahmu, biar nanti kita nggak kehabisan buku langka. Aku tau kamu suka baca buku. Ini kesempatan kita untuk cari buku langka dengan harga miring."

Deby tak akan pernah lupa tanggal penting dunia literasi, termasuk hari ini. Tapi bersama Radja ketika lusa pria itu bertunangan, itu bukan opsi yang bagus, pikirnya. Ia memang berencana akan kesana setelah sarapan, tapi jika dengan Radja itu sama saja bencana. "Nggak deh Ja. Kemarin aku baru aja pulang dari Bandung. Rencana mau rehat dirumah, sambil nunggu kak Dody pulang," bohongnya.

Mayday (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang