Epilog

3K 325 8
                                    


"Saya terima nikahnya Deby Anantara binti almarhum Gunawan Dwisastro dengan maskawin tersebut dibayar tunai."

Deby bertepuk tangan dengan semangat sambil terkikik saat menonton kembali rekaman akad nikah pernikahannya dengan Arka di televisi. Dia benar-benar tak bisa menahan gelaknya saat baru menyadari wajah pucat Arka saat mengucapkan kalimat ijab qobul di didepan kakaknya dan halayak.

Setelah puas tergelak disamping suaminya yang sedang dalam mode nrimo di goda habis-habisan, Deby melingkarkan tangganya pada lengan suaminya. Ia mendongak dan meletakan dagunya pada bahu kiri Arka. "Untung Mas ngucapinnya lancar, nggak pake ngulang segala. Kalo sampe salah tiga kali, bisa gagal punya istri secantik aku lho," kata Deby dengan nada menggoda .

Arka menyentil dahi istrinya, Deby tentu saja berakting kasakitan sambil mengusap dahinya. "Sayangnya suamimu ini dengan lancar dalam sekali sebut. Jadi terima ya sayang, terikat jadi istri Arka Pradana seumur hidup." Arka menunjuk televisi yang masih memutar video pernikahan mereka. "Lihat, kamu sampe nangis gitu, senang banget ya jadi istri aku."

"Ye... itu namanya terharu kali. Malah akan aneh kalau aku nggak sampe terharu di momen sakral sekali seumur hidup gitu."

Arka melepas tautan lengannya dari istrinya kemudian gantian memeluknya erat. "Iya.. iya kamu memang senang banget jadi istriku." Arka memberi ciuman bertubi-tubi pada wajah istrinya.

"Aku nggak bilang gitu yaa..." Deby menyangkal sambil tergelak. Agaknya  rambut-rambut di janggut Arka yang mulai tumbuh dan membuatnya geli.

"Mas cukur gih, janggut Mas gesek-gesek tau."

"Biarin. Biar seksi kayak pangeran arab."

Kini kecupan Arka menyasar di ceruk leher dan tulang selangka Istrinya.

"Mas jangan disitu dong." Deby makin tergelak saat Arka justru makin melakukan aksinya di kulit lehernya yang paling sensitif. Arka menggesekan dagunya di sepanjang leher Deby.

"Mas plis, geli banget," ia memohon sambil masih terus tergelak. Tapi Arka tidak peduli, dia suka mendengar gelak tawa istrinya yang tak terkendali menggema di rumah mereka yang baru ditempati dua minggu ini.

Setelah beberapa detik membuat Deby tergelak hingga menitikan air mata, Arka melepas jurusnya. Dia membiarkan istrinya ambruk terlentang di sofa setelah lelah tertawa.

"Mas curang. Tau banget kelemahanku."

"Kita sama-sama saling tau kelamahan masing-masing honey. Bedanya, kamu nggak cukup punya nyali untuk memunculkan kelemahan aku."

Yeah, Deby tau apa yang dimaksud suaminya. Semenjak menikah, Arka sulit mengendalikan hormon kelelakiannya saat bersama Deby. Semacam sindrom pengantin baru. Hormon lelaki itu suka meledak-ledak hanya dengan mencium lotion dan parfum yang Deby pakai.

Deby bangkit dari posisi tidurannya.

"Ye... itu modusnya Mas aja, kan? Ketebak tau."

"Iya modus. Tapi kamu memang nggak berani, kan?"

Dengan tekad yang dibangun kuat,
Deby menggeser tubuhnya kemudian duduk di pangkuan suaminya. Membiarkan tungkainya mengapit paha Arka.

Arka yang melihat itu tentu saja takjub. Tak percaya istrinya bisa terpancing ucapannya. Meski begitu Arka menata raut wajah datar.

"Gini aja?" tanyanya seraya menaikan satu alis dan senyum mengejek.

Tidak mungkin hanya begini, Deby harus membalas lebih berani bukan? Dengan pipi bersemu, jemari Deby menggapai tengkuk Arka dan menyatukan bibirnya dengan bibir suaminya sambil memejamkan mata. Mustahil melakukan hal signifikan itu dibawah tatapan Arka.

Ciuman itu hanya sebatas kecupan panjang. Deby ingin berhenti ketika Arka justru terpancing untuk mendapatkan ciuman lebih dengan memiringkan kepala. Dan boommm...! Laki-laki itu benar-benar terpancing.

"Mas.." Deby mengintruksi setiap ada kesempatan menghirup napas. Laki-laki itu benar-benar melahap habis bibirnya. Entah bagaimana semua itu berlangsung. Deby sudah terlentang di sofa dibawah kungkungan Arka.

"Mas..." Saat Arka tak merespon, Deby kembali menyela, kini dengan menjauhkan kepala Arka dari lehernya.

"Sebentar," jawab suaminya lirih.

"Kita nggak bisa lanjutin lho ini."

"Kenapa? Acara dirumah Bunda tunda aja dulu," jawab Arka.

Kini tangan Arka sudah bergerilya dimana-mana. Melihat kabut dimata suaminya Deby harus buru-buru menghentikan.

"Masalahnya bukan itu. Pokoknya kita nggak bisa lanjutin ini. Aku lagi Haid."

Arka yang fokus dengan kegiatan seperti kurang jelas mendengar kalimat istrinya. Ia mendongak menatap Deby, sedangkan yang ditatap justru mengarahkan netranya tak tentu sambil meringis.

"Aku ha..id," bisiknya.

Kontan saja mata Arka membola, padahal dia sudah dibuat sedemikian ingin. Sambil mengumpat, lelaki itu bangkit dan melangkah kedalam kamar mandi.

Tetap berkeliaran di sekitar istrinya dalam keadaan seperti ini bukanlah opsi yang baik. Dia bisa kepanasan meski udara AC sudah diturunkan. Dan untuk kasus ini hanya air dingin yang meredakan gairahnya. Tidak salah ia berguru dengan Jonathan, wejengan-wejengan sahabatnya itu sebelum menikah sungguh membantu.

Istrinya menang telak.

Mayday (END)Where stories live. Discover now