18

7.3K 835 8
                                    

Setelah selesai membayar gantungan kunci, Rara dan Radit kembali melanjutkan perjalanan mereka untuk berkeliling. Namun Radit menahan tangan Rara membuat mereka berhenti berjalan.

"Kenapa?" Rara mengernyitkan dahinya sembari menatap Radit. Sedangkan yang ditatap mengambil bingkisan ditangan Rara lalu mengambil gantungan kunci miliknya. Setelah itu ia menatap Rara dan kembali berjalan.

Sudah pukul 1 siang dan waktunya makan siang. Rara mengajak Radit ke salah satu tempat makan disana. Lagi lagi mereka memilih tempat yang tenang dan tidak terlalu ramai.

"Lo mau makan apa?" Rara bertanya sembari tangannya meraih buku menu yang sudah ada disetiap meja. Radit juga mengambil buku menu seperti Rara.

"Nasi goreng ayam" Ucap Radit tanpa mengalihkan tatapannya dari gambar makanan dalam buku menu tersebut. Rara juga akhirnya memesan nasi goreng dan jus mangga, sedangkan radit memilih milkshake vanilla.

"Duuh laperr, lo laper ngga?" Tanya Rara membuka pembicaraan setelah tadi ia memesan makanan mereka.

"Biasanya Radit makan pukul satu siang" Rara melihat jam tangannya dan saat ini pukul 1 lebih 10 menit. Sedikit terlambat untuk Radit yang disiplin.

"Lebih 10 menit nih, gak papalah ya sama sama jam 1 yekan" Radit menganggukan kepalanya menanggapi Rara.

"Lo... seneng gak hari ini? Kan jarang tuh, lo main ke tempat umum kek gini" Rara tersenyum menatap Radit. Kedua tangannya terlipat di atas meja dan kepalanya condong ke depan.

"Senang banget. Terimakasih ya Ra" Radit tersenyum kepada Rara. Radit benar benar senang hari ini, jarang sekali Radit bisa bermain diluar rumah. Karena tante Vaida tidak mengizinkannya keluar tanpa dirinya. Ketika masih ada neneknya pun ia tidak mengajak Radit ke tempat jauh, paling hanya disekitar rumahnya saja.

"Yaampun kaya sama siapa aja Dit, gausah makasih deh, nanti aja lo yang bayar es krimnya. Oke?" Rara tersenyum melihat Radit. Sebenarnya ini juga kali pertamanya bermain bersama seorang teman. Ketika masih sekolah menengah pertama, Rara jarang memiliki waktu bermain bersama temannya. Rumahnya juga lebih jauh dibanding teman temannya yang lain, sehingga itu membuat Rara tidak bisa bermain bersama ke tempat seperti ini.

Sedangkan saat SMA, ia bahkan tidak mempunyai teman dekat selain teman sebangkunya. Entah apa rumor yang Angel sebar tentangnya.

Jujur saja, Rara terkadang merasa sedih dan kesepian. Walaupun Rara memiliki prinsip bahwa ia harus bisa hidup mandiri, karena suatu saat nanti hanya ia yang dapat mendukung dirinya sendiri. Mungkin, ketika Rara berada di titik terendah dalam hidupnya, tidak ada teman yang berada disampingnya. Maka dari itu Rara selalu berpikir untuk dapat mandiri.

Walaupun ia berpegang pada prinsipnya, Rara tidak menutup diri kepada teman teman sekolahnya. Ia juga sadar bahwa ia tidak dapat terus hidup sendirian. Rara memiliki keinginan, paling tidak satu kali saja dalam hidupnya, ia bisa berpergian dengan seorang teman dan menghabiskan waktunya bersama. Dan hari ini, keinginannya dapat terpenuhi.

"Rara mau jadi sahabat Radit?" Ucapan tiba tiba Radit membuat Rara segera menatap netra Radit. Sedangkan yang ditatap juga menatap netra Rara, sembari jemarinya mengusap ganci beruang dan gadis yang berada dalam genggamannya.

"Sa-sahabat?" Radit mengangguk lalu mengalihkan tatapan matanya.

"Radit pernah baca, kalau sahabat itu akan ada saat bahagia maupun sedih. Membuat bahagia ketika sedih, menangis bersama dan tertawa bersama" Rara tetap menatap Radit walau laki laki dihadapannya ini tidak balas melihat kearahnya.

"Radit ingin seperti itu sama Rara. Supaya Radit ngga sendirian lagi" Rara sedikit tertegun dengan ucapan Radit.

Ada hal yang baru saja Rara sadari. Terdapat orang yang merasa lebih kesepian dari Rara. Ketika Rara masih memiliki teman sebangku untuk bertukar catatan pelajaran, ketika Rara dengan mudah bersenda gurau dengan ibu, ketika Rara mudah bercerita kepada ayah, namun tidak dengan Radit.

My Idiot Best Friend (END)✅Where stories live. Discover now