07

10.7K 1.1K 14
                                    

"Dit, lo ngapain sih? Berat nih punggung gue." Rara mengernyit, menggerakan pundaknya agar cowok itu beranjak dari sandaran pada punggungnya yang terasa pegal.

"Ck, malah tidur." Rara berdecak, perut kosongnya membuat gadis itu kehilangan separuh tenaganya.

Rara mendesah, berpikir bagaimana caranya pergi tanpa membangunkan Radit. Tapi tentu saja tidak menemukan caranya. Rara tidak mungkin menggendong tubuh Radit yang bahkan jauh lebih tinggi dari Rara.

"Radit, maaf ya mamah te ... Rara?" Rara menoleh cepat ke sumber suara. Gadis itu terbelalak, lantas tersenyum kikuk menatap wanita yang mematung di tempat.

"Eh tante, hehe ...." Deja vu. Rasanya sama seperti saat pertama kali Rara bertemu dengan Radit di taman kemarin.

"Rara ... di sini?" Tante Vaida melangkah masuk. Ia tersentak melihat Radit tidur bersandar pada putri tetangganya. "Aduh ini Radit tidur lagi."

"I-iya tante. Tadi waktu Rara baru pulang sekolah, Radit minta main bareng. Eh, dia malah tidur, tante ...." ucapnya canggung.

Tante Vaida ber-oh ria. Ia merasa tak enak hati pada Rara. Pasti Rara merasa lelah setelah pulang sekolah. Namun karena Radit, Rara jadi tak beristirahat selepas pulang sekolah.

"Radit ... Radit ... ayo bangun nak, pindah ke kasur ya, ayo." Tante Vaida mencoba membangunkan Radit. Berhasil, cowok itu bangun terduduk beberapa saat.

Setelah nyawanya terkumpul, ia beranjak menuju tempat tidurnya. Rara menghela napas panjang, ia meregangkan punggungnya yang dibuat kaku karena Radit.

"Turun yuk, Ra," ajak Tante Vaida sambil mengulurkan tangannya pada Rara. Gadis itu mengangguk, lantas membuntut di belakang Tante Vaida.

"Rara makan malem bareng tante, ya? Kamu pasti laper kan, daritadi nemenin Radit mulu. Maaf ya, kamu pasti cape banget."

"Nggak usah tante, Rara makan di rumah aja. Ngga papa kok, Tan, Radit kan temennya Rara, jadi nggak papa kan kalo kita main bareng," terangnya.

Tante Vaida tersenyum lebar. "Ya udah, makasih ya, Ra." Rara mengangguk, lantas berpamitan karena jam sudah semakin malam.

"Tante, Radit belum makan tadi. Kayanya Radit juga laper deh, Tan." Rara jadi teringat Radit yang belum memakan apapun sejak sore tadi.

"Ya udah, nanti kalo dia laper, bakal bangun kok, tante siapin makanan buat Radit," ucapnya lalu tersenyum.

Rara mengucap salam setelah mencium tangan Tante Vaida.

***

"Asalamu'alaikum," salamnya lemas.

"Wa'alaikumsalam, baruu aja ibu mau jemput kamu. Kali aja kamu lupa jalan pulang," ucap ibu tanpa berpaling pada televisi yang tengah menayangkan drama korea pelakor. Rara menghela napas sambil menggeleng kecil.

Katanya mau jemput, tapi fokusnya aja ke televisi.

"Ah masa sih, bu? Iya tadi Rara lupa jalan pulang, tadi sempet kesasar ke kampung." Rara beranjak menuju sofa di samping ibu, ikut menyaksikan drama yang tengah booming sekarang.

"Udah makan? Kalo belum mandi dulu, habis itu baru makan. Makanannya ada di meja."

Rara berdehem singkat, mengiyakan perintah ibu baru saja. Ia merentangkan tangannya, melakukan peregangan berusaha mengusir pegal di badannya.

"Aduuh, itu si cewenya cakep tapi kok nyebelin." Ibu mengernyit, matanya menatap serius benda datar di depan mereka.

"Iya ih ngga kaya Rara, udah baik, cakep, solehah pula." Sontak, ibu menatap Rara sedikit melotot, mulutnya menganga kecil seolah tak percaya dengan anaknya. Rara mengedikan bahunya acuh tak acuh.

My Idiot Best Friend (END)✅Where stories live. Discover now