12

8.4K 853 3
                                    

"Pagi ku cerah ku, matahari bersinar ku gendong tas hitam ku, di pundak" Rara melantunkan lagu masa kecilnya yang masih ia ingat sampai sekarang, di depan meja makan yang telah berisi sarapan.

"Slamat pagi semua, nanananana" Rara mengernyit sekaligus mendengus mendengar suara sang ibu. Sebenarnya suara ibu cukup baik untuk didengar, walau tidak terlalu merdu, paling tidak, tidak akan memekakan telinga.

"Ihh kan ibu ngga hafal, kok nyanyi" ibu yang sedang membuat kopi untuk ayah tidak mengalihkan pandangan dari takaran kopi di tangannya.

"Loh, suka suka ibu dong, lagian suara ibu itu bagus, paling engga bisa jadi penyemangat kamu di sekolah, hihi" yasudahlah, terserah ibu. Begitu pikir Rara.

"Oiya Ra, seminggu lagi ada acara syukuran pembukaan laundry nya mamahnya Radit" ibu mendekat ke arah meja makan membawa secangkir kopi panas untuk ayah.

"Hari apa bu?" Ayah yang baru saja datang dan duduk disamping istrinya.

"Malem minggu yah" ayah mengangguk anggukan kepalanya menanggapi jawaban ibu. Sementara Rara tersenyum antusias. Memikir kan Rara akan membeli baju baru yang akan ia gunakan diacara malam itu.

"Oke, sabtu besok Rara ke mall ya, beli baju" Rara mulai memasukan nasi goreng favorit yang telah dibuat ibu. Menurut Rara, ini adalah nasi goreng terenak sepanjang masa. Bagi Rara.

"Buat apa?"

"Ya buat dipake ke acara tante Vaida dong" Rara menatap sang ibu yang tak mengalihkan pandangan dari nasi goreng didepannya.

"Kan yang diundang cuma ayah sama ibu, kamu ngapain ikut?" Ibu sedang bercanda. Rara tau itu, tapi nada suarnya yang biasa saja membuat Rara sebal.

"Oh gitu. Oke. Rara di rumah aja nonton mas jong ki" Ekspresi Rara mengundang tawa untuk ayah dan ibu. Mereka berdua memang sangat senang menggoda Rara.

"Dih baperan ah, mirip siapa sih" Ibu kembali meledek Rara setelah tawanya reda. Haduuh.

"Mirip mbok Sitem" lagi lagi, tawa ayah dan ibu meledak, membuat Rara kembali sebal.

"Iyaa, besok sabtu kamu boleh baju buat acara tante Vaida" ucapan singkat ayah berhasil mengukir senyuman diwajah putrinya.

Setelah selesai sarapan, ayah dan Rara segera berangkat. Tadi Rara juga sempat meminta no telfon tante Vaida dari ibu.

"Rara sekolah ya yah, ayah ati ati"sebelum turun dari mobil ayahnya, tak lupa Rara mencium tangan ayah kesayangannya ini.

"Iya, kamu yang pintar" ucapan ayah ditanggapi senyum dan anggukan Rara. Rara melangkahkan kakinya ke dalam kelasnya.

Entah bagaimana Rara merasa aneh, ketika sudah beberapa hari ini Angel dan teman sekawannya tidak datang walau sekedar bertemu dengan Rara. Biasanya, tak lebih dari dua hari mereka pasti menampakan batang hidungnya. Tapi Rara acuh, justru ia merasa bersyukur tidak melihat parasit kehidupan SMA nya.

"Woi" baru saja muncul dalam pikiran Rara, mereka sudah muncul didepan Rara. Rara menghela nafasnya panjang, dan memutar matanya malas. Harusnya perjalanan dari gerbang sampai kelasnya yang tak menghabiskan waktu 5 menit, hari ini pasti akan lebih dari 10 menit.

Mereka berjalan ke arah Rara yang terpaku ditempatnya.

"Ckck, lo pasti kangen kan sama guee, coba deh udah berapa lama coba kita ngga ketemu?" Angel memposisikan jari telunjuknya di dagu, seolah ia tengah mengingat berapa hari tak berjumpa dengan Rara.

"3? 2? Berapa ya Lid?" Vara, ia juga menanggapi ucapan Angel.

"3 harii" Lidia menjawab pertanyaan Vara sekaligus Angel. Rara hanya mengernyitkan dahinya, sepertinya kian hari mereka kian tidak waras, begitulah pikir Rara.

"Yaampun, udah 3 hari loh. Pasti lo kangen ya sama gue?" Angel menampakan raut wajah sinisnya. Raut wajah yang sangat tidak disukai Rara.

"Baru 3 hari dan lo udah berani ngelawan gue?" Suara sapaan yang sedikit ramah hilang digantikan suara dingin khas Angel.

"Apaan lagi sih Ngel, yaampun. Gue ngga ngapa ngapain lo loh" Sungguh Rara ingin mengakhiri perseteruan diantara mereka. Sebenarnya apa yang membuat Angel sedemikian benci pada Rara? Apakah karena Aira? Begitulah pikir Rara.

"Lo lupa ya?! Jangan deketin Dimas. Gue udah pernah bilang ini sama lo. Tapi lo ini pura pura bego apa beneran bego sih?" Ah, Rara ingat dengan ancaman Angel saat awal masuk sekolahnya. Rara memutar matanya jengah untuk yang kesekian kali.

"Gue gak pernah deketin Dimas. Gue sama dia bareng itu karena gue ada kerja kelompok sama dia. Lo bisa tanya Lidia kalo ngga percaya. Mana mau sih gue cari masalah sama orang orang kaya kalian? Gue bukan lo Ngel, gue gak suka cari masalah" Rara membalas tatapan dingin Angel padanya dengan tatapan biasa dan sewajarnya.

Rara tau, ada sesuatu hal yang membuat Angel menjadi kriminal ditengah masa SMA. Tapi ia tidak mau tau dan berusaha untuk tidak peduli. Itu urusannya, bukan Rara. Begitulah pikir Rara.

Ucapan Rara sedikitnya telah menusuk kenyataan Angel. Hal itu dimanfaatkan Rara untuk kabur melewati mereka bertiga. Dan benar saja, Angel tidak menahan kepergian Rara yang membuat Vara sekaligus Lidia terheran karenanya.

Sesampainya di kelas, Rara duduk dan menghela nafasnya lega. Ia lalu membuka ponselnya dan mengirim pesan kepada tante Vaida. Rara pikir, tante Vaida mungkin tengah disibukan dengan aktivitasnya sebagai wanita karir yang memiliki banyak jadwal sepanjang hari. Maka dari itu, Rara tidak ingin mengganggu tante Vaida sehingga biarlah tante Vaida yang menelfon Rara terlebih dahulu.

Rara
Asalamu'alaikum tante, ini Rara. Rara mau ketemu tante hari ini tan, ada yang mau Rara tanyain tentang Radit. Kalo tante ngga sibuk, hari ini bisa tan?

Kirim.

Sebuah pesan telah dikirim Rara. Ia tinggal menunggu jawaban tante Vaida. Sekarang baru pukul tengah 7 pagi, mungkin saja tante Vaida masih di rumah.

Ting!

Tante Vaida
Wa'alaikumsalam Rara. Oke no kamu tante save yaa
Hari ini tante selesai jadwal meeting jam 4, habis itu tante free mungkin mau ke restoran Ra.
Radit? Yaudah nanti kita ketemu ya. Kamu di SMA mana? Jam 4 udah pulang? Biar nanti tante jemput kamu

Pesan balasan dari tante Vaida sudah terbaca oleh Rara, ah tante Vaida mengerti dengan maksud pesannya. Rara sengaja mengatakan bertemu dengan tante Vaida tanpa mengikutkan tempat pertemuannya. Padahal Rara bisa saja bertemu nanti ketika tante Vaida pulang bekerja, pasti Rara ingin bertemu diluar. Karena ini juga membahas soal Radit, Rara tidak ingin Radit menguping apa yang akan ditanyakan Rara nantinya.

Rara
Okeey. Makasih tante
Nanti Rara pulang jam setengah 4 tan, biar nanti Rara ke restoran tante aja sendiri, biar ngga ngerepotin tante.

Kirim.

Kalau begini, Rara harus menyisihkan uang jajannya untuk memesan ojek online ke tempat restoran tante Vaida. Rara melihat ada no 3 di pojok atas aplikasi instagramnya. Sepertinya ada yang mengirim pesan padanya lewat aplikasi ini, tapi Rara masa bodoh dan akan ia balas jika ia ingin.

Ting! Pesan masuk dan ternyata pesan balasan dari tente Vaida.

Tante Vaida
Kamu ngga papa kesana sendirian Ra?

Segera Rara mengetik balasan pesannya.

Rara
Ngga papa tante, kan ada abang ojek online, pasti aman tan. Wkwk

Kirim.

Rara menutup aplikasi kirim pesannya, tak lama kemudian tante Vaida membalas pesannya sebagai penutup. Oke, begitulah pesan yang dikirim tente Vaida. Sehingga Rara tak membaca atau membalas lagi pesannya.

Tbc...
Terimakasih yang sudah baca❤

My Idiot Best Friend (END)✅Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu