09

8.9K 971 9
                                    

Rara tengah memangku kepalanya di atas tangan kirinya, kepalanya yang terasa sedikit pusing memikirkan hadiah apa yang akan ia beli untuk Radit. Saat jam pelajaran sejarah adalah waktu yang paling tepat untuk melamun tanpa diketahui sang guru pengajar.

Entah karena bapak guru yang berpikir bahwa Rara sedang membayangkan masa lalu Indonesia, atau memang tidak peduli.

Seketika Rara teringat dengan gambar gambar Radit yang tanpa warna. Mungkin Radit akan senang jika ia mendapat hadiah cat lukis dari Rara. Dan Rara sudah memutuskan untuk memberi Radit beberapa cat lukis warna dasar untuk lukisan lukisan Radit.

Jam pelajaran seluruhnya sudah selesai. Semua siswa bergegas mengemasi barangnya tak sabar ingin segera pulang ke rumah, atau ingin cepat cepat pergi bermain dengan temannya. Rara juga mengemasi buku buku nya ke dalam tas hitam miliknya.

"Rara," Rara mengalihkan pandangannya ke arah suara yang memanggil namanya. Dimas sudah berdiri disamping meja Rara.

"Eh iya Dim, gimana."

"Bagian lo yang mau gue ketik lo bawa ga? Mau gue selesein hari ini."  Rara menepuk jidatnya setelah Dimas bertanya mengenai tugas yang kemarin ia selesaikan dengan Dimas. Kemarin Rara berjanji mau membawa buku yang berisi tugas bahasa kemarin, katanya ada bagian yang belum selesai. Tapi hari ini Rara lupa membawa buku tersebut.

"Aduh sorry Dim, gue lupaa. Nanti gue foto aja terus kirim ke lo ya."

"Oh yaudah oke Ra nanti gue tunggu ya. Emm btw, lo mau sekalian gue anter ngga?" Rara mengernyitkan dahinya mendengar ajakan Dimas. Takut salah menangkap ucapan yang didengarnya.

"Em maksud gue, k-kan rumah gue ngelewatin perumahan lo, jadi sekalian aja, gitu," Dimas terdengar gugup dari nada bicaranya. Mungkin sedikit takut Rara akan menolak ajakannya pulang bersama. Mengingat Dimas yang famous di SMA, dan wajahnya yang tampan rupawan, mungkin Rara tidak akan menolak ajakan Dimas.

"O-ohh gituu, tapi maaf Dim, gue ngga bisa," Dimas cukup terkejut dengan jawaban Rara, sungguh diluar dugaannya.

"G-gini, gue mau mampir dulu ke toko buku, nanti gue agak sorean sampe rumahnya." Rara memang sudah berencana membeli barang untuk Radit hari ini. Jadi ia pikir, Dimas tidak akan senang jika harus menunggu Rara memilih barang yang akan ia beli.

"Oohh gitu, yaudah. Gue balik dulu ya, jangan lupa sama tugasnya," Dimas  tersenyum dan berlalu dari hadapan Rara. Sedangkan gadis itu menatap kepergian Dimas tanpa bersuara.

Setelah selesai mengemasi barangnya, Rara segera menggendong tas hitam miliknya dan berlalu keluar kelas. Ia akan naik angkot lalu turun di depan toko buku yang berada di pinggir jalan, jadi Rara tidak perlu susah payah jalan jauh memasuki gang setelah turun dari angkot.

Kling

Bel di atas pintu berbunyi ketika Rara masuk ke dalam toko. Ketika ia masuk, bau khas toko buku dan hawa sejuk dari ac menyapa indra penciuman dan kulitnya. Rasanya sejuk setelah Rara harus berpanas panasan di angkot.

Rara melangkahkan kakinya ke rak yang berisi peralatan melukis dan gambar. Ia memilih beberapa cat yang akan dia beli untuk Radit. Mengingat Radit yang belum pernah menggunakan cat dalam gambarnya, Rara hanya membeli cat ukuran kecil yang bisa digunakan di atas kertas gambar. Ia mengambil beberapa warna dasar.

Selain itu ia membeli kuas dan palet, juga buku seketsa yang cukup tebal. Rara beranjak menuju rak berisi pulpen, ia berniat membeli beberapa pulpen warna untuk menghias catatan sekolahnya. Setelah mencoba beberapa pulpen, Rara membeli warna biru, kuning, dan hijau pulpen Kokoro.

Setelah mengecek kembali barang yang ia beli, Rara segera beranjak menuju kasir untuk membayar. Tapi langkahnya terhenti melihat figura yang terpasang di dinding, Rara teringat dengan lukisan wajahnya yang digambar oleh Radit, Rara tersenyum dn memutuskan membeli figura juga, yang nantinya akan terpasang lukisan Radit disana.

My Idiot Best Friend (END)✅Место, где живут истории. Откройте их для себя