04

13.3K 1.3K 35
                                    

Duduk menikmati segelas susu hangat adalah hal yang sangat menyenangkan bagi Radit. Setelah tiga jam dia harus memutar otak untuk sekedar berkomunikasi dengan dokter tadi membuatnya cukup lelah.

Tadi setelah mandi, Radit membawa kertas gambarnya ke ruang keluarga dan menggambar di sana. Tangannya terlihat lihai menggoreskan pensil di atas kertas putih yang sudah tidak lagi polos karena goresan pensil dari Radit.

Sesekali ia meneguk susu yang Tante Vaida buat untuknya. Sebagai seorang yang 'istimewa', Radit memang memiliki kekurangan, tapi dia juga diberikan kelebihan. Gambar yang dia buat adalah karya yang sangat indah. Ketika ia menuangkan imajinasinya dalam kertas, Radit tampak seperti pelukis berbakat dan hasil karyanya pun luar biasa.

Tak sampai dua jam, gambar yang dibuatnya sudah selesai. Radit menggambar gadis dengan senyuman manis tergambar di wajahnya. Rambut yang diikat asal dan tampak helaian rambut di sekitar wajahnya membuat gambar gadis itu begitu menawan. Cantik. Itulah yang terlihat.

Radit menggambar Rara, teman barunya. Radit merasa sangat senang mendapatkan teman pertamanya, sehingga membuat cowok tampan itu tertarik ingin memberikan hadiah pertemanan.

Radit tersenyum lebar dan menampakan deretan giginya, dia cukup puas dengan hasil gambarnya sendiri. Ia lalu membawa gambar tersebut ke dalam kamarnya dan meletakan di atas meja.

Di atas meja Radit, cukup banyak hasil lukisan yang Radit buat. Namun semuanya hanya digambar dengan pensil, tak ada yang diberi pemanis dengan warna.

Setelah meletakan hasil gambarnya, Radit kembali ke ruang keluarga berniat menghabiskan susu yang masih setengah gelas.

"Rara? Rara?" matanya menangkap Rara tengah berada di ruang keluarga rumahnya, Rara berdiri di sebelah seorang wanita yang tengah berpelukan dengan Tante Vaida. Rara terlihat tersenyum memperhatikan raut bahagia Ibu dan Tante Vaida yang sudah lebih dari tiga tahun tidak berjumpa. Radit setengah berlari ke arah Rara.

"Rara! Rara!" Mendengar namanya dipanggil, Rara menoleh ke arah sumber suara. Simpul terukir saat melihat Radit sedikit berlari ke arahnya dengan semangat 45. Tapi,

Pyur

Tanpa sengaja, Radit menyenggol meja yang di atasnya terletak susu bersisa setengah gelas. Alhasil bagian bawah celana panjang yang Rara gunakan basah terkena tumpahan susu.

Ibu dan Tante Vaida menoleh secara bersamaan, lantas setengah terbelalak melihat masalah kecil yang ditimbulkan Radit. Cowok itu sontak berhenti mendekat, matanya bergerak-gerak gelisah, meremas jari yang saling bertautan, dahinya mengernyit dan mulai sedikit berkeringat.

Belum sempat Rara mengeluarkan sumpah serapahnya, mata garangnya menangkap gestur Radit yang tak biasa. Gadis itu menghela napas panjang, lantas tersenyum kaku, berusaha memaklumi sifat ke kanak-kanakan Radit.

"Gue nggak papa kok," ucapnya sambil menunduk sambil mengusap kakinya yang lengket.

"A-ayo Rara ikut Radit," tegasnya. Radit menggapai tangan Rara dan menariknya agar mengikuti tempat yang dituju Radit.

"E-eh kemana dit??" tanya Rara, sambil berusaha mengimbangi langkah kaki Radit yang panjang. Dengan sedikit berlari, Rara kewalahan membuntut Radit yang masih enggan melepas genggaman tangannya di pergelangan tangan Rara.

Rara mendesah singkat saat pandangannya melihat sebuah ruangan dengan pintu bercat warna hitam di lantai dua rumah baru Radit. Cowok itu membuka pintu dengan tidak sabaran, lantas masuk ke dalamnya.

Bola mata Rara membulat, kerutan kesal yang semula mendominasi parasnya menghilang, ia tampak kagum. Tatapannya menyapu seluruh ruangan yang terasa baru baginya. Begitu banyak gambar yang ada di kamar ini, Rara menduga ini adalah kamar Radit.

My Idiot Best Friend (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang