Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
hari diadakannya camping sudah tiba. haruto jadi pergi, untungnya jeongwoo masih nyimpan formulir buat dia.
kendaraan yang dipakai untuk camping disediakan empat unit bus, tidak tergantung kelas jadi semua bebas mau naik yang mana. haruto maunya di bus nomer satu biar cepat sampai, tapi jeongwoo malah ngajak naik bus keempat.
bersyukur belum banyak orang sehingga masih tersisa beberapa kursi, karena disitu kebetulan ada inhong, teman sekelas mereka jadi jeongwoo lebih milih duduk sama inhong. bisa bahaya juga kalau dia duduk sama haruto, nanti disangka 'gay.'
sudah lama nunggu, bus juga sudah terisi penuh haruto tetap duduk sendiri. gak ada yang mau duduk sama dia, namun saat akan memejamkam mata suara wonyoung mengagetkannya.
'hadeh cewek ini lagi'
ada yang aneh, rasanya bau-bau mayat yang selalu di hirupnya saat didekat wonyoung sudah tidak ada lagi. haruto sampai mengendus-ngendus sangking tidak percayanya.
wonyoung mengela napasnya, "gue duduk disini ya, semua udah penuh gue ketinggalan."
memang sebelumnya wonyoung terlambat datang, seharusnya dia naik di bus kedua disana dia sudah disisakan tempat. namun nyatanya bus dua sudah berangkat lima menit yang lalu, mau tidak mau dia harus mencari bus yang kosong, dan berakhirlah dia di bus terakhir ini.
dengan alasan tidak mau disandari kalau-kalau wonyoung tidur nanti, alhasil haruto mengalah duduk disebelah jalan [yang ada didalam bus.]
ditengah perjalanan nyaman-nyaman saja, namun lama kelamaan satu-persatu murid mulai mengantuk tak terkecuali wonyoung. sedari tadi gadis itu terus saja menguap tapi enggan untuk tidur, membuat haruto mendecak malas.
"mau tidur tidur aja kali," sindirnya. haruto mengambil headset di saku jaketnya kemudian memakai benda tersebut ke telinganya.
wonyoung menggeleng kecil, "enggak ngantuk, lagian sia-sia dari jakarta ke bogor kalo nggak liat pemandangannya."
tanpa disadari haruto terkekeh, "liat pemandangan apaan, gini doang." wonyoung tidak menggubris lantas tetap menikmati pemandangan diluar jendela saat ini.
tidak ada yang tau kapan wonyoung memejamkan matanya, tidak ada yang tau juga sejak kapan kepalanya mendarat mulus pada bahu milik haruto. ya, tidak ada yang tau hanya haruto seorang yang tau.
'gua kira dia bakal nyender di kaca'
sia-sia pemuda jepang itu pindah.
tapi tidak apa, dia jadi bisa memandangi wajah damai wonyoung saat tidur.
