kini giliran wonyoung, melebarkan mulut penuh ketidak percayaan.
"sumpah ya, ini emang udah takdir lo bantuin gue"
"huuuh, kalo gak penting gua masuk dulu." haruto hendak membalikkan kembali tubuhnya, namun dengan cepat dicegat oleh wonyoung.
"EH—tunggu ini ada kue dari bunda," katanya sembari menyerahkan tupperware berwarna biru kehadapan haruto.
haruto melirik sebentar, "aman gak nih?"
"jelas aman lah, bunda gue tuh jagonya kalo soal kue" wonyoung tersenyum bangga memamerkan keahlian sang bunda.
tanpa mereka sadari seorang wanita berumur 30 tahunan keatas sedang memperhatikan, wanita itu berjalan mendekat.
"loh ruto, temennya kok gak diajak masuk sih?"
haruto lantas menoleh. "bukan temenku mah," katanya santai. entah mengapa ada rasa tidak terima dibenak wonyoung saat ini.
mamah haruto, namanya jennie. wanita itu tersenyum melihat tingkah dingin putranya, "kalau bukan temen, berarti pacar dong?"
"bukan mamah"
'seriusan itu haruto, ngapa jatuhnya malah gemesin gini sih'
....
"oh, jadi dari kecil kamu ada yang ngikutin gitu ya, haruto juga pernah dulu tapi akhirnya hilang sendiri"
karena haruto gak mau nawarin wonyoung masuk ke rumahnya, alhasil mamah jennie yang nawarin. dia-nya sih mau-mau saja.
tadinya cerita tentang haruto di sekolah, tapi jadi merembet cerita masalah hantu yang selalu ngikutin wonyoung.
"kok bisa sih tante, yang ngikutin aku ini kayaknya malah pengen nyelakain aku"
mamah jennie tidak tau harus bicara apa lagi, memang benar dulunya haruto pernah mengalami hal yang sama tapi mungkin tidak sebegitu parah seperti masalah wonyoung ini.