9

5.1K 459 43
                                    


🍁🍁🍁

Byuurr..

Aksa menegang namun detik berikutnya Aksa segera membuka pintu kaca itu dengan cepat lalu menyusul Aska yang sudah tenggelam.

Byuurr..

Dira melihatnya hanya diam tak bergeming sedikitpun, dibelakangnya ada Aldi dan Rika yang sama diam menatap semua kejadian dengan kosong.

Dengan susah payah Aksa mengangkat Aska kedarat.

"Plis.. jangan kaya gini..,"lirih Aksa.

Aksa langsung melakulan CPR.

"Satu..dua...tiga..," Aksa mendengarkan nafas Aska dan melihat dada Aska yang naik turun dengan pelan nafasnya lambat.

Aksa kembali melakukan CPR. "Satu..dua..tiga..,"

"Uhuk..uhuk..hhaahhh..uhuk.." Aska terbatuk-batuk dan memuntahkan air yang ia telan, matanya masih terpejam nafasnya juga masih terdengar berat namun tak separah tadi.

Aksa melirik kearah keluarganya, ingin sekali ia mengumpati mereka namun ia tak mau jadi anak durhaka. Aksa menggendong Aska sangat mudah karna tubuh Aska yang mungil. Melewati keluarganya yang masih tak bergerak, Aksa harap dengan kejadian ini membuat mereka bisa sadar.

Aksa membaringkan tubuh Aska dikasurnya perlahan.

"Lo ringan banget sih Ka, lo selama ini makan apa sih? Kerupuk?"terdengar kekehan Aksa yang hambar lalu ia berjalan menuju lemari pakaian Aska mengambil satu setel baju tidur menggantikan pakaian Aska yang basah.

"Lo demam lagi,"gumam Aksa. Ia beranjak pergi mengambil kompres untuk Aska agar demamnya turun.

Namun saat hendak kembali ada yang mencegatnya.

"Ayah manggil lo,"ucapnya.

"Ga ada waktu,"balas Aksa lalu pergi namun tangannya ditahan kuat membuat air dibaskom yang ia bawa sedikit tumpah.

"Apaan sih. Lepas,"kata Aksa mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman orang didepannya ini.
"Bang Biru sakit,"sentak Aksa. Ya orang itu adalah Biru.
Perlahan Biru melepas cengkramannya lalu beralih merebut baskom ditangan sang adik.

"Temuin ayah dulu. Aska biar gw yang urus,"ucap Biru dingin lalu melangkah pergi.

"Apa gw bisa percaya sama lo?"tanya Aksa yang membuat langkah Biru terhenti. Tanpa menoleh Biru berkata,"Gw abangnya." Pelan namun masih bisa terdengar oleh Aksa. Perlahan Aksa tersenyum ternyata masih ada abangnya yang masih menyayangi adik kembarnya, Aksa bersyukur, sangat.

Clek

Untuk kedua kalinya setelah sekian lama Biru memasuki kamar ini. Matanya langsung tertuju pada sang adik yang terbaring lemah. Ia melihat kejadian tadi dimana Aska dengan bebasnya menjatuhkan diri kedalam kolam, ia tenggelam tak ada pergerakan seolah benar-benar pasrah jika nyawanya diambil saat itu.

Perlahan Biru berjalan mendekat, entah kenapa tubuhnya lemas melihat wajah pucat Aska. Biru menaruh baskom di atas naskah, tangannya terulur menyentuh kening Aska yang tertutup poni. Panas langsung menyambut kulitnya.

Biru mengambil kursi meletakkan nya di samping kasur Aska, ia duduk dan mulai memeras kain yang ada didalam baskom lalu melipatnya, menyingkirkan poni yang menghalangi kening Aska dan meletakan kain itu untuk mengopres Aska berharap demamnya akan turun.

Biru menatap wajah damai Aska merasa ada yang berbeda. Dulu pipi itu gembul seperti bakpau tapi sekarang, tirus. Kemana pipi gembil yang selalu ia gigit dulu saking gemesnya. Waktu berjalan sudah lama membuat adik kecilnya ini berubah tidak. Yang benar merekalah yang berubah.

Cerita Aska✔endWhere stories live. Discover now