3.

7.1K 598 35
                                    


🍁🍁🍁

Tubuh itu masih tergeletak tak berdaya bahkan posisinya masih sama saat malam tadi. Mukanya sudah pucat pasi nafasnya juga terdengar berat. Tapi anehnya ada selimut yang menutupi tubuh basahnya dan sebuah bantal dikepalanya.

Terlihat kerutan didahinya, perlahan mata itu terbuka di iringi ringisan kecil. Mata itu mengerjap beberapa kali gelap yang terlihat. Tangannya terulur menekan pelipisnya yang berdenyut nyeri.

Sibuk bergelut dengan rasa sakitnya ia baru menyadari ada selimut yang menutup tubuh lembapnya. Perlahan ia mendudukan dirinya sempat terhuyung karena dunianya berputar.

"Siapa yang nyelimutin Aska?"gumam Aska. Tunggu, harum selimutnya ia kenal tapi apa mungkin orang itu yang telah menyelimutinya?

Perlahan Aska berdiri dengan meja atau apapun yang bisa membatunya berdiri. Untuk kesekian kalinya ia kembali terhuyung kedepan, Aska memejamkan matanya mencoba menetralkan pandangannya yang tersa berputar.

Setelah dirasa pusing nya berkurang Aska mengambil selimut dan bantal itu. Perlahan ia berjalan menuju pintu yang tertutup rapat. Ia berharap jika pintunya sudah tak terkunci lagi.

Keberuntungan sepertinya sedang berpihak padanya pintu itu bisa Aska buka. Aska berjalan menuju kamarnya. Aska berjalan didekat dinding atau meja agar bisa menjadi tumpuanya berjalan, sesekali berhenti untuk isatirahat menetralkan pening yang terus menyiksa kepalanya.

Hampir 30 menit lebih untuk menuju kamarnya yang berada dilantai tiga. Aska menyimpan selimut dan bantal itu dikamar mandinya untuk dicuci. Setelahnya ia mengambil satu setel pakaiannya dan beranjak mandi.

Waktu menunjukan 04:45 Aska langsung bergegas menuju dapur tak peduli tubuhnya yang lelah. Ia harus membuat sarapan untuk semua keluarganya.

Karna waktunya tak banyak Aska hanya memasak bubur brokoli, sayur sop daging ayam, dan roti panggang. Saat sedang sibuk berkutat dengan masakanya tiba-tiba Aska dikejutkan oleh seseorang yang memanggilnya.

"Aska?"

Perlahan Aska berbalik guna melihat siapa yang memanggilnya dan ternyata itu Aksa. Aska merasa lega karna bukan yang lain melihatnya masak bisa-bisa tinggal nama.

"Lo ngap--"

"Ssttt.. jangan berising ntar yang lain dengar,"ucap Aska seraya meletakan jari telunjuknya dibibir.

"Kok lo masak?"tanya Aksa sambil berjalan mengjampiri Aska.

"Jangan kasih tau yang lain ya,"pinta Aska.
"Jadi selama ini lo yang masak sarapan?"tanya Aksa yang dibalas senyum manis Aska, lalu kembali masak.

"Lo... oke kan?"tanya Aksa.
"Santai aja, gw kuat kok,"sahut Aska"semoga"batin Aska.

"Maaf, gw ga bisa lindungi lo lagi dan lagi,"ucap Alsa pelan.
"Gw maafin lo kalo lo janji ga akan bentak abang atau lawan ayah dan bunda,"ujar Aska santai.
"Oke,"

"Eh lo tau ga? Gw itu dari dulu kangen banget masakan lo tapi ternyata selama ini lo yang masakin gw,"kata Aksa senang.
"Lo ga takut?"tanya Aska.

"Takut? Ya ga lakh ngapain juga takut. Gw percaya sama lo,"jawab Aksa.

"Hmm thanks, aisshh.. Aksa kenapa lo makanin semua rotinya?"geram Aska.
"Heheh sorry gw laper,"

"Ka,"panggil Aksa.
"Ka.. Aska,"panggil Aksa sedikit meninggikan suaranya.
"Paan sih pergi sana lo ganggu tau"kesal Aska.
"Ikh lo mah ga ada sweet sweet nya,"gerutu Aksa.

"Udah lakh sana lo balik kekandang lo mandi udah set enam,"suruh Aska.
"Yang abang siapa sih?"oceh Aksa,"gw mau curhat,"lanjut Aksa.

"Ke mama aa sana, bukan ke gw,"

Cerita Aska✔endWhere stories live. Discover now