6

5.9K 507 23
                                    


🍁🍁🍁

Malam semakin larut namun Aska tak kunjung beranjak tidur. Ia masih betah mengisi soal-soal matematika nya, baginya mengerjakan matematika seru seperti seorang detektif yang memecahkan masalah dan memiliki kesenangan tersendiri saat berhasih menemukan jawabannya.

#orang pinter mah beda😋

Meski rasa pusing masih menguasai kepalanya tapi Aska tetap terus mengerjakan soalnya ia hanya ingin memberikan yang terbaik untuk sekolahnya. Iya untuk sekolah karna orang tua nya kan ga peduli mau dia sesukses apapun. Bodoamat kalo jaman sekarang mah.

Tangannya terhenti kala pandangannya kembali memburam telinga nya juga ikut berdengung. Aska memejamkan matanya menggigit bibir dalamnya kuat. Tangannya juga meremas pensil yang ia gunakan hingga suara retakan pensil terdengar.

Hingga Aska merasa ada cairan yang mengalir dari hidungnya itu..(ingus:)) canda guys. Oke kembali lagi ke Aska.

Aska meraba hidungnya dan melihat jarinya ternyata ia mimisan lagi. Aska langsung menuju kamar mandi, ia menundukan kepalanya di westafel sesekali menekan pangkal hidungnya guna menghentikan mimisan.

Empat menit berlalu mimisannya sudah berhenti. Aska merasa tubuhnya begitu lemas ditambah hawa dingin yang memeluknya. Tubuh Aska merosot ia sandarkan didinding kamar mandi. Kepalanya ia dongakkan dari sudut matanya airmata keluar tanpa bisa ia bendung. Ini sungguh sakit Aska perlu keluarganya yang mendekap mengecup membelainya dan kata-kata penenang dan penguat untuknya, Aska butuh itu.
Tapi tak ada yang memberikannya.

Aska memeluk lututnya menenggelamkan kepala disela-sela lututnya. 10 menit Aska berdiam diri menenangkan dan membiarkan obatnya cepat bereaksi. Saat merasa sudah lebih baik Aska berjalan keluar dengan langkah gontainya yang hampir saja jatuh jika ia tak berpegangan.

Aska merebahkan tubuh lelahnya, memejamkan mata lalu terlelap tidur.

Clek

Pintu kamar Aska terbuka seseorang masuk kedalam dengan langkah pelan takut membangunkan si empu kamar. Ia mendekat dan kini berada dipinggir kasur king size Aska.

"Selamat tidur my twin," ya orang itu adalah Aksa. Tangan Aksa terulur untuk mengusap kepala Aska namun baru satu detik Aksa kembali menarik tangannya saat hawa panas terasa oleh indra perabanya. Tak percaya Aksa menempelkan punggung tangannya dikening Aska. Benar Aska demam.

"Lo panas banget Ka,"gumam Aksa.
"Tahan bentar ya, gege ambil kompres dulu,"ucap Aksa lalu pergi menuju keluar untuk mengambil air dan handuk kecil.

Setelah mendapatkannya Aksa kembali ke kamar Aska. Ia mengambil kursi untuk ia duduk dipinggir aska.
Dengan telaten tangan nya memeras handuk kecil itu, ia menyibak poni yang menutupi kening Aska lalu meletakan handuk kecil yang telah dilipat rapih.

Aksa melihat sekeliling kamar Aska. Nampak rapih dan nyaman namun memiliki suasana yang suram. Aksa berjalan mendekat ke meja belajar Aska, buku-buku masih tergeletak terbuka Aksa ingin merapihkannya namun gerakannya terhenti melihat buku-buku itu.

"Matematika? Soal latihan olimpiade matematika? Apa Aska ikut olimpiade matematika?"tanya Aksa.

Ia melihat buku catatan matematika Aska.

"Lo pinter matematika ya? Pantes gw bodo di matematika ilmunya lo ambil semua."

"Euuugh..,"

Aksa langsung mendekati Aska, ternyata hanya merintih. Ia mengambil handuk itu lalu membasahinya ulang setelahnya ia kembali letakan di kening Aska.

Tangan kirinya menggenggam erat tangan Aska sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk memijat kepala Aska. Ia tau Aska sekarang tengah menahan sakit karna Aksa bisa merasakannya.

Cerita Aska✔endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang