Merelakan

9 1 0
                                    

Entah kenapa mulai detik ini aku sangat benar-benar takut kehilanganmu. Entah itu karna usia atau kau bukan dijodohkan dengan ku.

"Ehh ada chat dari Fahrezy. Dia minta pertolongan kita. Dia ada di kelas IX-C." Ujar Putri

"Terus kita harus datengin dia gitu?" Gumam Iwan

"Ya mau gimana lagi, dia juga kan... " Ucapan Putri terputus oleh suara panggilan dari sebuah helikopter pertanda pertolongan datang

"Bom? What? Kita ikutan mati dong." Ujar Ayu

"Yaelah lo ga dengerin apa? Kan katanya kalo selamat coba selamatkan diri sendiri." Jelas Suci

"Gua kira beneran ada yang bakal nolongin. Ternyata cuma sebuah support doang. Emang kita mau bertanding apa." Ledek Muham

"Anak-anak cobalah untuk tenang. Pasti ada cara untuk kita keluar." Bu Intan mencoba menenangkan kegaduhan murid-muridnya yang sibuk bagaimana caranya menyelamatkan diri

"Kita ga mungkin keluar dari gerbang depan." Ucap Putri

"Kenapa?" Tanya Iwan

"Aku kan tadi sembunyi dikelas IX-C tepatnya didepan lapangan menuju gerbang. Aku liat semua zombie itu berkumpul disana. Tak ada celah untuk lewat." Jelas Putri

"Berarti 90% murid disekolah ini udah jadi zombie semua ya?" Fajar terkejut

"Hm, ya gitu." Gumam Putri

"Gimana kalo kita lewat gerbang belakang aja." Duta mengajukan usul

"Ya tetep aja kan kita ngelewatin lapangan." Ujar Iwan

"Saya tau." Sahut Pak Alvi yang sejak tadi menyaksikan kerisauan mereka

"Disetiap kelas ada pintu menuju kelas lain. Kita bisa melewati nya dari kelas satu ke kelas yang lainnya." Usul pak Alvi

"Ohya? Sejak kapan ada pintu? Saya tak pernah melihatnya." Ujar Putri

"Sekolah kita ini kan bangunan lama. Jadi sebagian isinya masih terlihat kuno, hanya saja diberi perubahan agar tak terlihat. Pintu-pintu menuju kelas lain tersebut sengaja ditutup lemari agar tak ada murid yang mencari kesempatan untuk bolos seperti dulu." Jelasnya

"Oh gitu, pantes penjagaan sekarang diperketat haha." Suci tertawa

"Ide bagus pak. Baiklah kita akan mencobanya. Tapi kan kita juga harus keluar dari UKS ini untuk masuk ke kelas." Ucap Fajar

"Iya. Kita perlu melewati dua ruangan untuk bisa sampai ke sebuah kelas." Ujar Pak Alvi

"Baiklah. Kalau begitu kita coba sekarang. Sebelum kita mati sia-sia disini." Ujar Iwan

"Aku jalan lebih dulu!" Sahut Syifa yang sejak tadi berdiri dipojokan. Ia masih syok melihat zombie-zombie tadi menggigit teman-temannya

"Lo yakin?" Tanya Suci mencoba meyakinkan

"Gua yakin. Gua bisa bantuin lo semua. Walaupun nyawa taruhan." Tegas Syifa

"Lo cewe, jalan dibelakang aja." Ujar Fajar

"Ga!" Syifa masih tetap pada dipendiriannya untuk berjalan lebih dulu

Akhirnya mereka semua pasrah dengan keputusan Syifa dan membiarkan nya jalan terlebih dahulu

Syifa melihat ke kiri, "Aman, ayo keluar!." Sambil mengacungkan jempolnya

Satu persatu mereka semua keluar. Syifa memantau keadaan dan membiarkan mereka jalan duluan meninggalkan nya.
Satu ruangan lagi untuk bisa mencapai kelas, yaitu kantor.

BERTAHAN [END]Where stories live. Discover now