Problem

15 3 0
                                    

Berhenti bersifat kekanakan. Kalau ada salah paham, jalan keluarnya disebut dialog. Bukannya menyimpan rasa curiga lalu mengambil kesimpulan sendiri.

Setelah kembali dari Lab. Putri lalu menghampiri Iwan. " Iwan masih marah? Salah Putri apa?" Tanya nya memelas

Iwan masih tetap diam. Hingga Suci menegur nya. "Woy Put, belajar dulu kek. Ntar sambung lagi." Ujar nya.
Putri hanya mengangguk lalu kembali ke tempat duduknya

Setelah beberapa jam belajar. Jam Istirahat pun tiba. Seperti biasa, murid-murid keluar menyerbu kantin untuk menyantap makanan

"Iwan jelasin kamu kenapa?!" Tanya Putri dengan tegas

Lalu Iwan berdiri dan menghentak meja, membuat orang yang berada di kelas terkejut. " Pembohong lo ya! Lo bilang ke gua kalo gua satu-satunya. Lo juga bilang kalo gua yang pertama kan!" Tegasnya

"Tapi ternyata.. Haha, Lo mantannya Fahrezy kan?! Kenapa lo harus bohong! Kalo lo ngomong baik-baik kan gua bisa paham!" Jelasnya dengan amarah

"Kamu tau yang semalam?" Tanya Putri

"Iya! Gua tau. Dan gua liat semuanya sendiri. Ga nyangka ya muka se polos lo itu tukang bohong." Ujarnya sambil membuang muka

"Kamu salah paham Wan." Putri mulai tersenyum. Agar keadaan tak begitu panas.

"Dia bukan mantanku. Lebih tepatnya dia adalah tetangga ku dulu waktu di kota. Bahkan aku sudah menganggap nya seperti saudaraku sendiri. Kamu itu satu-satunya orang yang pernah aku miliki. Tak ada yang kesatu, dua ataupun tiga. You're only one." Jelas Putri

"Bohong! Gua denger semua perbincangan kalian! Gua dengar dia bilang kalo lo masa lalunya." Ucap Iwan membentak

"Iya maksud dia itu..." Ucapan Putri terpotong olehnya

"Cukup! Gua gak mau dengar penjelasan apapun lagi dari lo! Mulai sekarang, kita putus!" Ujar Iwan lalu berjalan meninggalkan Putri

"Loh, Iwan kamu gak bisa egois gitu! Dengerin aku dulu." Putri mencoba mengejar Iwan tetapi ditahan oleh Muham

"Put udah put. Mungkin lain kali dia bisa ngerti. Dia cuma butuh waktu." Jelas Muham mencoba menenangkan Putri

Sementara itu Putri menangis di pelukan Suci. "Aku benar-benar gak punya siapapun selain dia Ci. Aku ngga bohong." Ujar Putri yang terus menerus menangis

"Eh udah udah. Jangan nangis mulu ntar cantiknya hilang loh." Suci mencoba menghibur nya

"Dia gak ngerti perasaan kamu gimana karena dia belum mendengar penjelasan kamu Put. Liat aja ntar lagi dia juga balik." Jelas Suci

"Iya Iwan perlu mendengarkan penjelasan Putri. Sama kaya Uci, dia juga harus mendengarkan penjelasan Muham." Sahut Muham dari belakang.
Suci memutar badannya lalu menatap wajah Muham
"Penjelasan apa yang harus gua denger dari lo? Dia meluk lo kan kemarin? Kenapa gak segera lo lepas?" Kritik Suci

"Ya karna aku terkejut dengan kehadirannya. Kamunya main ngambek aja. Kamu kan tau aku udah bener-bener benci sama dia. Karna dia nyawaku hampir melayang." Jelas Muham

"Nyenyenye." Ejek Suci

"Ih kamu kok gitu. Aku kan serius." Ucap Muham memelas

"Kalian mau nambah penderitaan ku?" Sahut Putri

"Ehh, engga gitu Put." Ujar Suci

"Baikan cepetan. Ngapain sih pake break segala. Masalah kecil dibesar-besarkan. Kek anak-anak tau ga!" Tegas Putri

"Ga ahh males!" Ucap Suci membuang muka

"Uci... Kamu itu udah dewasa. Masa iya kamu kemakan api cemburu yang hanya berlangsung 5 menit. Lagian kan Muham udah jelasin semuanya. Kurang apa lagi coba?" Ujar Putri memberi nasehat

"Tuhh dengerin kakak senior kita." Ledek Muham

"Hmm, terserah." Ujar Suci singkat

"Jadi sekarang kita lanjut kann?" Tanya Muham gembira

"Ya." Ucap Suci kembali singkat

"Yeyyyy asik makasih Uci sayang." Muham berteriak gembira lalu memeluk Suci

"Ihh apasih lepasin! Makasih tuh sama Putri." Jelas Suci

"Kok aku?" Tanya Putri heran

"Ya kan kamu yang jelasin semuanya ke aku supaya aku lebih memahami ni anak." Jelasnya sambil menunjuk Muham

"Makasih banyak Put. Ntar lo gua traktir dehh. Kita bantuin juga biar balikan sama Iwan." Tawar Muham
Putri hanya tersenyum kecil

Ditengah luka yang dihadapi Putri. Hari ini dia berhasil menyatukan kembali dua orang yang sedang berpisah karena sebuah kesalahpahaman

Hatiku biarlah menjadi urusanku. Tentang kalian, kalian tak boleh bernasib sama sepertiku. Karna tak semua orang bisa bertahan dengan luka. Gumam Putri dalam hati

Jam istirahat selesai. Gini jam pelajaran terus berlangsung. Putri masih menatapi Iwan yang daritadi tak menoleh kearahnya sekalipun.
Hingga akhirnya jam pelajaran selesai, ia masih menatap Iwan dan tak fokus ke pelajaran yang dijelaskan hari ini.

Iwan berjalan keluar kelas meninggalkan Putri. Lalu Putri menahannya. "Iwan aku minta maaf." Ucapnya memelas
Tangan Putri dihempaskan dan Iwan melanjutkan perjalanannya

Hari itu Putri benar-benar hancur.
'Ternyata begini rasanya ditinggalkan karena sebuah Keskesalahpahaman.' Gumam nya dalam hati

(Putri's Home)

"Kakak Pulang sendirian? Ga sama kak Iwan?" Tanya Duta yang sudah pulang duluan

"Nggak." Jawabnya lemas

"Oh. Lemes banget. Kenapa? Ada masalah?" Tanya Duta penasaran. Tak biasanya kakaknya seperti itu

"Huft! Putus." Ucap Putri mengehela nafas panjang sambil melemparkan tubuhnya di Sofa

Duta langsung terkejut. " Ha?! Putus? Kakak sama kak Iwan? Kenapaa??" Ujarnya

"Gara-gara kemarin kakak ketemuan sama Fahrezy." Jelas Putri

"Emangnya gak kakak jelaskan?"

"Udah, dia nya gakmau ngertiin." Jawab Putri

"Hmm gimana yah." Ujar Duta memikir

"Udah lah gapapa. Dia juga butuh waktu." Ucap Putri putus asa

"Hmm, sabar ya kak." Ujar Duta menyemangati Kakaknya lalu memeluknya




Yahh sian ya. Iwan yang sangat romantis itu mengambil keputusan terlalu cepat. Dia tak tau bagaimana dampak buruknya dilain hari

.
.
.
.
.
Bersambung
Jangan lupa vote

BERTAHAN [END]Where stories live. Discover now