_my chocolate 32_

101 5 2
                                    


3 hari kemudian.....

Ting tong.. ting tong... (Bel rumah Lea berbunyi)

Lalu, Lea berjalan membukakan pintunya. Pada saat dibuka, ia membelalakan matanya. Terkejut melihat siapa yang datang. Kemudian, Lea refleks memeluknya.

"Hemaa, lo pergi lama banget, sih. Gak tau apa gue kangen banget sama lo!" lalu Lea melepaskan pelukannya dan wajahnya berubah menjadi cemberut.

"Tau gak? Lo pergi pas hari ulang tahun gue! Lo banyak utang sama gue, lo juga ketinggalan banyak cerita!" ucapnya yang masih menunjukkan kesalnya.

Sedangkan Hema memutar bola matanya malas. "Lo masih tetep mau ngebiarin gue berdiri disini? Gak dipersilahkan masuk gitu?"

Lea menyedekapkan tangannya di depan dada. "Enggak! Karna lo pergi gak ijin gue."

Hema tersenyum meremehkan. "Ya udah, coklatnya gak jadi."

Seketika Lea membelalakan matanya.
"Ha? Apaan? Kok gak jadi? Ya lo harus kasih coklat gue pokoknya! Lima kali lipat!" ucap Lea dengan mendelikkan matanya ke arah Hema.

Hema tertawa. "Ya udah makanya gue dipersilahkan masuk dong. Tamu kan adalah raja."

Lea menghela nafasnya. "Huh, iya iya. Masuk!"

"Galak amat, gue baru balik lho, Le. Capek tau."

"Ya itu mah derita lo! Udah, masuk dulu!"

Sedangkan Hema hanya membuang nafasnya lelah.

Setelah masuk, Hema mendudukkan dirinya. Begitu juga Lea, duduk di hadapan Hema. "Trus mana oleh-oleh nya?" tanya Lea yang seakan menagih hutang padanya.

"Yaelah, gue kesana nganterin mama check up bukan jalan-jalan, Leaa. Ya gak ada oleh-oleh lah."

"Gue gak mau tau ya, pokoknya lo harus kasih gue coklat lima kali lipat lebih banyak dari tahun kemarin. Titik!" ucap Lea seakan gak mau tau urusan Hema.

Hema hanya bisa tercengang. "Kok lima kali lipat si? Banyak banget, gue gak ada uang buat beliin lo coklat segitu! Emangnya gue bapak lo apa??"

"Ih, yaudah kalo gak mau malah naik jadi 10 kali lipat."

"Eh, eh kok gitu? Gak bisa gitu dong. Gue gak terima. Gue juga kalo gak disuruh mama, gak akan pergi kesana. Dasar, egois!" cibir Hema.

"Hehh, lo juga udah nyembunyiin semuanya dari gue. Jadi, gue hitung itu juga hutang ya," balas Lea.

Hema menoleh menatap mata Lea. "Nyembunyiin? Gue sembunyiin apaan, Le?"

Lea menghela nafasnya lagi dan lagi. "Gue udah tau alasan lo kenapa lo selalu nglarang gue sama Haikal."

Hema agak terkejut. "Lo tau semuanya, Le? Yah, berarti gue bener-bener ketinggalan berita jauh nih."

"Bahkan yang lo gak tau pun, gue tau semuanya. Hem, apa alesan lo gak pernah cerita sama gue? Lo selalu buat gue mikir setiap hari, tau gak?"

Hema memegang pundak Lea.
"Le, gue lakuin itu karena gue gak mau lo kepikiran. Gue gak mau persahabatan lo hancur. Gue juga sama aja, gue gak mau persahabatan gue hancur gara-gara itu."

"Tapi lo sembunyiin kebusukan orang lain. Itu sama aja lo juga munafik, Hem! Lo malah jaga bangkai yang semakin lama semakin membusuk!"

Hema membuang nafasnya. "Tapi gue gak pernah ikut campur rencana dia, Le. Gue tau, makanya gue sering larang lo keluar malem. Gue sering nasihatin lo, jangan mudah percaya apa kata orang. Lo gak tau, waktu lo mau di dorong Maya, padahal di depan ada mobil. Lo gak inget? Gue langsung nyamperin lo, narik lo ikut sama gue."

My chocolate🍫 [THE END]Where stories live. Discover now