Part 8

798 254 563
                                    

°°Kita tidak bisa menentukan siapa orang yang akan kita cintai, karena itu semua datang tanpa disadari dari hati°°

BELVA

•Happy Reading•

"Eh.. Sorry gw gak senga.." Belum selesai perempuan itu berkata ia terkejut saat melihat orang tersebut, begitu juga dengan Rey yang terbelalak melihatnya.

"Lo ngapain disini, ngikutin gw ya?" Tuding wanita itu. Baru saja bertemu main tuduh-tuduh aja ni cewek.

"Sembarangan kalau ngomong, emang ni supermarket punya lo."

"Gw tu lagi ngambil cemilan lo-nya aja yang gak liat gw jalan" Wahh benar-benar ni cewek udah jelas dia yang salah.

"Lah buktinya tadi yang minta maaf lo kan" Balas Rey pada Belva. Cewek yang tidak sengaja menabrak Rey tadi memang Belva. Ceroboh sekali ternyata.

"Serahlah. Btw muka lo kenapa babak belur, abis dipukulin warga karna ketauan maling motor?" Tanya Belva saat melihat wajah Rey yang terdapat darah kering, sudah diperkirakan kalau belum dibersihkan.

"Gila lo, muka ganteng gini dikata maling motor" Sungutnya karna tak terima disangka maling motor.

"Ya terus ngapa bambank! "

"Enak aja ngatain gw bambank udah jelas nama gw Rey!"

"Yaudah si terus kenapa kakak Rey yang terhormat ini bisa lebam" Ucap Belva malas.

"Biasalah cowok" Jawab Rey acuh sambil berjalan menuju kasir, diikuti Belva dibelakangnya. Rey menyuruh Belva untuk digabung saja pembayarannya namun ia menolak dan ingin membayarnya sendiri.

Setelah selesai bayar Rey keluar dari supermarket, waktu ingin memasang helm ada yang menimpuk helmnya menggunakan kerikil saat diliat ternyata Belva sedang duduk dimeja dekat parkiran dan memanggilnya.

Dengan terpaksa Rey kembali turun dari motornya lalu berjalan dimana Belva saat ini duduk. Sedikit heran kenapa ni orang manggil ia kembali atau mau minta rugi karna cemilannya jatuh, tapi itukan belum dibuka.

"Apaan sih gw mau pulang".

"Duduk lo" Titah Belva saat melihat kakak kelasnya itu masih berdiri. Beberapa detik kemudian masih tak kunjung duduk juga, berakhir Belva-lah yang menarik tangan Rey untuk duduk disebelahnya.

"Apaan sih pegang-pegang" Ketus Rey saat duduk disebelah adik kelas songong itu.

"Diem lo. Gak usah banyak bacot" Ucap Belva membuka kotak P3K lalu mengambil obat merah dan kapas, dengan telaten ia membersihkan luka diwajah Rey yang kalau dibiarkan semakin lama akan infeksi.

"Kenapa muka lo sampe lebam-lebam gini" Tanya Belva yang kesekian kali memulai pembicaraan. Namun tak ada sahutan dari sang empu, saat matanya teralih dari luka tersebut. Ternyata Rey sedang menatapnya lekat membuat Belva sempat terpesona dengan mata tajam Rey.

Dan langsung ditepis jauh-jauh jangan sampai ia suka pada seniornya ini. Kalau tidak, benar saja apa yang dikatakan vira waktu itu.

"Woy! Denger gak apa kata gw" Rey yang terlalu asik memandang wajah belva pun terkejut karna ia sudah ketahuan menatapnya. Namun tak bisa dipungkiri kalau Rey terjebak pesona gadis didepannya ini.

"Hah.. Apa? Gw gak denger" Sahut Rey dengan mengaruk belakang lehernya yang tidak gatal. Belva pun hanya mendengus, sudah ia tebak kalau lelaki ini sedang tidak fokus.

"Kenapa muka lo sampe lebam-lebam gini?" Tidak ada nada yang lembut melainkan nada ketus.

"Berantem. Kenapa nanyain itu mulu sih!? Takut gak bisa lihat muka gw yang ganteng ini ya" Jawab Rey penuh percaya diri membuat Belva kesal dan menekan kapas pada sudut bibirnya.

BELVA (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang