DUA PULUH - THE TRUTH

4.5K 466 16
                                    

"Lo mau gue tidur di sofa?" Tanyanya setelah mendengar jawaban Alyssa bahwa dirinya masih marah padanya.

"Gak perlu.. lo tidur di kasur aja gak apa-apa. Tapi intinya gue masih marah." Jawabnya. Alyssa yang ia kenal dulu akan menyuruhnya untuk tidur di sofa, namun tidak kali ini. Chandra sepertinya masih memiliki kesempatan untuk memperbaikinya.

"Jangan marah lagi dong.." Katanya sambil memeluk Alyssa dari belakang. He's ready to face the truth.

"Chan.. gue beneran lagi gak mood buat bercanda malem ini." Jawabnya.

"Gue tau kenapa lo marah hari ini.." Lanjutnya. "Bukan cuman gara-gara toilet lid kan?"

"Sok tahu.." Timpalnya. "Udah ah.. lepasin.. gue ngantuk dan mau bersih-bersih."

Ia tidak melakukan apa yang Alyssa katakan, gadis itupun tidak berusaha melepaskan diri dari pelukannya. Sepertinya ia memang sedang menunggu penjelasannya.

"Gue minta maaf kalau candaan gue keterlaluan tadi pagi." Katanya dekat di bahunya. Ia bisa mencium wangi khas Alyssa yang selama tiga bulan ini tercium di seluruh sudut kamarnya.

Alyssa masih terdiam. "Ca, gue dulu pernah nanya ke lo, gimana kalau lo jatuh cinta beneran sama gue kan selama pernikahan ini?"

"Hm.." jawab Alyssa sambil mengangguk.

"Gimana kalau ternyata jawaban lo udah gak valid lagi?"

"Maksud lo?'

"Gimana kalau ternyata gue duluan yang jatuh cinta beneran sama lo sekarang?"

...

...

Chandra's Memory

Chandra kembali melirik jam tangannya dengan gelisah sambil memegang secarik kertas yang kini telah dipenuhi lipatan itu. Ini benar-benar baru baginya, ia tidak pernah merasakan perasaan ini sebelumnya. Entah mengapa kali itu ia benar-benar merasa gugup.

"Sudah.. sudah hafal pasti.."

"Ah.. ibu." Katanya melipat kembali lembar sumpah pernikahan yang ia buat ketika menyadari Ibunya mendatangi kamarnya. Chandra kembali ke rumah orang tuanya malam itu. Malam sebelum upacara pernikahannya besok siang.

"Yang.."

"Ya bu.." Kata Chandra lalu kepalanya bersender di kaki ibunya yang terduduk di kasurnya. Ia merasakan Ibunya membelai lembut kepalanya. Sudah lama ia tidak merasakannya.

"Kamu sayang sama Caca?"

"Hm.."

"Kalau gitu Ibu percaya sama kamu.. kamu bisa jaga anak gadis ibu.."

"Anak gadis ibu nih?"

"Iya dong.. hehe.. kamu tahu? ketika Ibu dengar bahwa kamu berencana menikahi Caca, perasaan ibu bahagia banget.. gadis yang sejak dulu sudah ibu anggap sebagai anak ibu sendiri itu akhirnya benar-benar bisa menjadi keluarga kita."

Chandra terdiam dan menutup matanya, merasakan belaian ibunya di kepalanya.

"Apa yang kamu takutkan nak? kamu takut hubunganmu dengan Caca berubah setelah ini? Takut jika ternyata pernikahan malah membuat hubungan persahabatan kalian putus?"

"Bu.. Chandra.. gak bisa kalau gak ada Caca.."

"Chandra sayang.. upacara pernikahan itu cuman sebuah syarat.. yang terpenting adalah bagaimana kalian menjalaninya setelah sama-sama berjanji di hadapan Tuhan untuk selalu bersama dalam keadaan senang maupun susah." Kata Ibunya.

Tangled UpWhere stories live. Discover now