|IDI 30| Rintihan Dari Hati

4.5K 446 26
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Apa yang kita minta belum tentu yang terbaik
Apa yang Allah beri, pasti itu yang terbaik.

Ketika kita meminta sesuatu melalui doa pada yang Maha Kuasa, Allah akan mendengarkan semua doa kita. Mungkin apa yang kita pinta itu yang terbaik, tapi pandangan Allah berbeda. Yang terbaik untuk kita, belum tentu menurut Allah yang terbaik pula. Manusia itu tempatnya dosa, tak pernah luput dan selalu melakukan kesalahan yang sama.

Ujian datang, pertanda bahwa Allah sangat menyayangi diri kita. Allah ingin menegur kita dengan caranya, bukan apa yang kita rencanakan. Semua rencana sudah tertata, tapi apa rencana itu baik itu untuk kita? Allah yang tahu segalanya. Seorang suami bahkan mengorbankan dirinya sendiri untuk sang istri, yang mungkin tak pernah menghargai.

Seorang pemuda tampan tengah berbaring lemah di brankar rumah sakit. Alat bantu pernapasan terpasang indah di hidung mancungnya, alat pendeteksi detak jantung masih berjalan semestinya. Tiga hari sudah, Wijaya hanya bisa terbaring tanpa memperlihatkan tanda-tanda kehadirannya.

"Sayang bangun, apa kamu gak capek tidur aja? Istri kamu lagi membutuhkan kamu sekarang. Bangun untuk dia." Rahma menggegam tangan sang anak dengan erat, berusaha menyalurkan rasa kehangatan ketika raga sang anak entah kemana.

Rahma hanya bisa menatap tak berdaya, ketika lagi-lagi tak ada respon yang ia dapatkan dari Wijaya. Satu doa dan permintaan dirinya pada yang Maha Kuasa, ia ingin Wijaya bangkit dari alam yang membawanya. Menantunya sedang membutuhkan sosoknya sekarang. Bahkan kondisi Andini bertambah mengenaskan, dengan dirinya yang selalu menolak untuk di jenguk dan makan.

"Wijaya, Andini membutuhkan kamu. Mama gak tega lihat dia seperti itu. Kalau kamu dengar apa yang Mama katakan, kembali lah, Nak. Andini membutuhkan dirimu. Andini buta, Wijaya. Dia rapuh dan membutuhkan suaminya," lirih Rahma meneteskan air matanya.

Semuanya terasa sia-sia. Wijaya kembali diam, namun yang membuat Rahma merasakan sesak yang luar biasa adalah, ketika dari ujung mata anaknya menitikkan air mata. Rahma pun tersenyum, setidaknya Wijaya mendengarkan dirinya.

"Pulang lah, Nak. Andini membutuhkan kamu." Rahma kemudian mengelus rambut sang anak.

Tanpa di duga oleh Rahma, tubuh Wijaya seolah memberikan pertanda akan ke sadarannya. Rahma yang melihat itu segera menghapus air matanya. Ia terus menatap pada sang anak yang tampaknya mulai membuka sedikit matanya.

"Ma," panggil Wijaya ketika menemukan Rahma.

"Iya, sayang. Ini Mama. Alhamdulillah kamu sudah sadar sekarang," balas Rahma merasa senang.

Imamku Dari Instagram (Completed) Where stories live. Discover now