|IDI 25| Rencana

4K 417 24
                                    


Ketika rencana indah sudah melakukan banyak penerapan, apa bahagia yang akan di wujudkan?

Suasana kota New York, tak pernah sepi oleh warga yang berdatangan. Sebagian dari mereka yang bekerja, atau hanya jalan-jalan saja, membuat kota tampak sempit dan ada ruang yang tersisa. Wijaya memutuskan untuk membeli sesuatu, karena ada pesan dan hadiah yang ingin ia berikan pada orang.

Mata Lina tertuju pada toko perhiasan yang lumayan ramai di kunjungi oleh turis yang berdatangan. Lina tampak tertarik dengan salah satu kalung, yang nampaknya akan indah jika di pakai oleh istri Wijaya sahabatnya.

"Jay, kalau kalung itu gimana? Kalung itu bagus, tahu. Pas banget kalau untuk Andini," ucap Lina mampu menghentikan langkah milik Wijaya.

Wijaya kemudian memusatkan perhatiannya pada kalung berliontin yang berada di estalase tersendiri. Wijaya mendekat, mencoba mengamati keindahan yang di pancarkan.

"Iya, bagus banget. Pilihan lo emang terbaik." Wijaya kemudian menatap pada Lina. "Lin, lo mau kalung gak? Kalung yang ada di samping Andini ini bagus untuk lo. Lo mau?"

Pertanyaan itu sukses membuat Lina tak bisa berkata-kata. Mungkin sering kali Wijaya memberi dirinya hadiah, tapi baru kali ini terasa lebih berbeda.

"Eh, enggak usah. Beli untuk istri lo aja. Jangan boros. Lo, kan, yang ajari gue hidup hemat," tolak Lina tersenyum.

Wijaya yang mendengar itu pun mengangkat tangannya, mencoba untuk memanggil karyawan tokoh perhiasan ini. Karyawan pun berjalan mendekati Wijaya dan Lina.

"Anything I can help you, sir?"

"Brick this second necklace with different colors. This blue-led necklace you wrap with an amazing carpenter. Only." Wijaya berucap dengan penuh keseriusan.

"Oke, Sir," balas karyawan itu kemudian mengambil alih kalung dan membawanya pergi.

Lina menatap Wijaya dengan ekspresi terkejut. Jujur saja, ia tak pernah mengharapkan apa pun dari Wijaya. Pria itu selalu saja membelikan dirinya barang-barang mahal. Baginya itu hanya pemborosan, bukan menabung.

"Gue bilang gak usah, Jay. Gue bisa beli sendiri," balas Lina merasa tak enak.

"Santai. Ada apa, sih? Lo kaya gak enak gitu. Gue sahabat lo kali," ujar Wijaya menatap Lina sekilas.

"Gue gak enak sama Andini. Berhenti belikan gue barang apa pun, ya," pinta Lina mendapatkan gelengan keras dari Wijaya.

"Lin, kalau gue berikan kejutan ultah ke dia, ekspresi dia bakal bagaimana, ya?" Wijaya mencoba menanyakan.

"Ide bagus, sih. Dengan begitu, dia merasa kalau Andini spesial. Gue pasti bantu lo," balas Lina menepuk pundak Wijaya sekilas.

Wijaya pun hanya tersenyum. Besok adalah ulang tahun Andini. Walau tak bernilai mahal, ia ingin kesan ulang tahun itu lebih berkesan. Satu harapannya, semoga Andini bisa menerima dirinya dan belajar untuk dewasa.

***

"Gue gak habis pikir, ya. Semua akses gue keluar di tutup. Kaya portal yang gak di buka. Dia pikir, gue ini tahanan apa? Enak banget nyuruh gue stay at home." Andini terus saja bercerita tentang kekesalan dirinya pada Wijaya, pria yang mengurung dirinya.

Imamku Dari Instagram (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang