|IDI 26| Ketika Sabar Menjadi Pilihan

4.3K 422 39
                                    

Kamu akan tahu arti sabar, ketika sabar menjadi pilihan satu-satunya di hidupmu.

Jika sabar menjadi pilihan terbaik, maka lakukan dengan penuh keikhlasan. Kita tak bisa memilih takdir, walau kita ingin, tapi Allah akan memberikan takdir terbaiknya. Di dunia ini memang adil, orang cantik, akan mendapatkan pria yang menurut orang jelek, orang yang mencintai, tapi tak pernah di hargai atau di anggap. Sebenarnya hidup itu bukan untuk di jadikan ajang pelarian, tapi sebagai ajang perjuangan. Ketika pengorbanan yang kita lakukan tak pernah di anggap? Maka kunci dari diri adalah sebuah kesabaran.

Manusia juga memiliki batas kesabaran. Batas yang kita tak tahu berakhir kapan. Ketika batas kesabaran habis, apa Wijaya akan tetap memaafkan Andini? Entah lah. Itu hanya sebuah kemungkinan.

"Lin, semuanya sudah ada di lokasi, kan?" tanya Wijaya merasa senang, ketika ia baru saja turun dari pesawat pribadinya.

"Udah kok. Tinggal Andini sama kita yang belum datang. Andini lagi pergi, dan orang tua kalian udah ada di taman belakang," jawab Lina kesusahan membawa berkas-berkas yang bertumpuk-tumpuk.

Ketika mereka ingin berjalan menuju pintu keluar, ada seorang pria yang menyerobot mereka masuk ke dalam. Lina hampir saja menjatuhkan tas yang berisi banyak berkas, jika ia tak segera berpegangan. Pria yang menabraknya pun berlalu begitu saja. Lina tak habis pikir, apa pria itu tak merasa bersalah pada dirinya? Lina pun hanya diam saja.

"Lin, lo gak papa?" tanya Wijaya.

"Enggak, kok. Yuk," balas Lina mengajak Wijaya.

"Gue pasti berhasil buat dia senang, kan? Gue rela tinggalkan kerjaan yang belum selesai, demi Andini. Sukses gak, ya?" Wijaya menoleh pada Lina yang tampak menoleh sekilas padanya.

Ketika ingin menjawab, Lina tampak melihat seseorang wanita yang jelas ia kenal itu siapa. Andini? Wanita itu tampak tersenyum, ketika ia melihatnya. Lina yang melihat itu pun menyenggol Wijaya yang masih menunggu jawabannya.

"Jay, lo lihat ke depan. Insting lo berdua kayanya udah terikat," ucap Lina membuat Wijaya sontak memusatkan perhatiannya ke arah depan.

Apa yang baru saja ia lihat? Andini tengah berlari ke arahnya? Apa ini nyata? Apa Andini sengaja tidak datang, dan memilih untuk menjemputnya? Wijaya tak percaya akan hal ini.

"Aku kangen!" teriak Andini menggema, sembari merentangkan kedua tangannya.

Wijaya yang melihat tersenyum, sudut bibirnya terus terangkat. Ketika Andini semakin dekat, Wijaya juga merentangkan tangannya. Jujur saja, hal atau perubahan Andini yang paling ia tunggu sekarang. Namun senyum yang ada di bibirnya pudar, ketika Andini terus berlari melewatinya. Wijaya pun memutarkan badannya, tangan yang ia rentangkan, menjadi sebuah kepalan hebat hingga memperlihatkan urat-urat di tangannya.

"Aku kangen. Arjun kangen Andini gak?" Andini memeluk Arjun erat, seraya berkata manja pada pria yang baru saja menabrak Lina.

"Aku lebih kangen, sayang," balas Arjun kemudian mencium kening Andini dengan perasaan sayang.

Hati suami mana yang tak sakit? Bila rasa senang malah berujung pada kesesakan. Ketika harapan setinggi langit, seekor burung malah membuat harapan itu kembali jatuh. Wijaya hanya bisa menahan rasa sesak di dadanya. Rasa sesak yang tak bisa ia ungkapkan melalui kata-kata. Jika ia di tanya apa yang membuat hatinya terluka saat ini? Maka jawabnnya adalah cintanya pada Andini.

Imamku Dari Instagram (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang