|IDI 23| Teman Curhat

4.1K 451 14
                                    

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon padamu, Ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal, dan amal yang diterima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ya Allah, sesungguhnya aku memohon padamu, Ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal, dan amal yang diterima.
(HR. Ibnu Majah)

Semua wanita yang ada di bandara terpusat pada seorang pria yang tengah memasuki kawasan bandara. Pria itu berjalan santai sembari menyeret kopernya, menuju wanita yang tengah menunggu dirinya cukup lama.

"Sorry, telat. Kita berangkat sekarang aja," ucap Wijaya merasa tak enak pada Lina.

"Tidak apa-apa, Pak. Mari." Lina berubah, ketika ia dituntut untuk profesional dalam bekerja.

Suasana bandara yang cukup ramai, membuat Wijaya dan Lina segera meninggalkan pusat keramaian itu. Mereka berjalan memasuki pesawat pribadi milik Wijaya. Pandangan semua orang tertuju pada mereka berdua, terlebih lagi pada Wijaya. Pria muda, namun sangat kaya. Wanita mana yang tak jatuh hati pada ketampanan yang dimiliki oleh Wijaya? Ya, kecuali Andini.

"Selamat datang, Pak. Senang bertemu Anda kembali," ucap pramugari yang khusus di sewa oleh Wijaya.

Wijaya pun hanya membalas dengan senyuman tipis. Pria itu kemudian duduk di salah satu kursi, sementara Lina berada di sampingnya. Lina tampak tak canggung, karena Wijaya adalah sahabatnya dari kecil. Hanya saja, status mereka sekarang lebih berjarak.

Pesawat pribadi milik Wijaya pun lepas landas menuju pusat kota Amerika, New York. Hanya butuh waktu 18 jam 45 menit, untuk sampai di kota tersebut. Menjalani bisnis di luar negeri, membuat Wijaya harus paham akan resiko yang nantinya akan di hadapi.

"Lin, sorry, ya. Kemarin gue gak tepati janji, Andini sakit," ucap Wijaya memecahkan keheningan yang terjadi.

Lina yang merasa di ajak berbicara pun menoleh pada Wijaya. Wanita itu sebenarnya tak pernah mempermasalahkan urusan pribadi Wijaya. Ia hanya asisten, bukan pemegang kuasa. Toh, ia juga tak akan mempermasalahkan hal itu.

"Santai. Gue gak papa, kok. Lo bos, dan gue asisten. Lo bilang batal, gue cuman bisa ngikutin, kan?" Lina bertanya balik.

Wijaya yang mendengar itu merasa tak enak hati. "Jujur gue gak enak, terlepas dari itu, lo sahabat gue. Kalau Andini gak sakit, gue gak bakal batalkan itu."

"Iya, gak papa, kok. Andini sudah sembuh?" tanya Lina pada Wijaya.

"Alhamdulillah, udah. Andini yang sembuh, justru gue yang sakit." Wijaya pun menghela napas panjang.

Lina yang mendengar itu pun menatap dalam Wijaya yang tengah menarik napasnya. Ia tahu, jika saat ini Wijaya tengah mengalami fase sulit di hidupnya. Walau Wijaya tak mau bercerita, tapi feeling-nya sebagai teman sudah tak perlu di ragukan lagi.

Imamku Dari Instagram (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang