|IDI 21| Perlahan

4.3K 448 21
                                    

Lupakan siapa yang mencintaimu kemarin, tapi jangan lupakan yang mencintaimu hari ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lupakan siapa yang mencintaimu kemarin, tapi jangan lupakan yang mencintaimu hari ini.

"Jangan pergi, tidur di sini aja," tutur Andini lemas, sembari menahan tangan kekar milik Wijaya.

Wijaya yang mendengar itu membalikan badannya. Ia menatap penuh tanda tanya pada Andini. Apa wanita itu memintanya untuk tidur di sini? Ia tak gugup saat ini.

"Aku ada kerjaan. Kenapa minta aku tidur di sini?" tanya Wijaya membuat Andini melepaskan cekalan di tangan Wijaya.

"Iya, udah. Kalau lo ada kerjaan, bisa pergi dari kamar ini," balas Andini kemudian membalikkan tubuhnya memunggungi Wijaya yang masih berdiri di tempatnya.

Wijaya yang melihat itu menghela napas pelan. Ia hanya takut, takut akan terjadi sesuatu yang tak ingin ia lakukan. Walau Andini memintanya untuk menemani, tapi baju yang di kenakan Andini membuat ia gugup. Apa yang harus ia pilih? Dahi wanita itu juga masih sangat panas. Wijaya yang merasa tak ada pilihan pun beranjak dan mulai merebahkan diri di samping Andini yang membulatkan matanya.

Andini membulatkan matanya, ketika Wijaya berbaring di sampingnya. Rasa gugup mulai menyelimuti tubuh mereka. Baru kali ini, mereka berdua tidur satu ranjang. Walau dalam Islam sangat di anjurkan untuk sepasang suami istri tidur bersama, tapi Wijaya dan Andini baru satu kali tidur bersama. Mereka tak akan dosa, karena kata sah sudah terucap dalam hati dan lisan yang mengudara.

"Apa yang membuat kamu tak mau tidur sendiri?" tanya Wijaya menatap langit-langit.

"Bukannya gak mau, tapi gue lagi bimbang," balas Andini melihat Wijaya dari arah samping.

Ada sesuatu yang ingin di sampaikan oleh Andini. Ia harap, Wijaya akan mengerti apa yang sedang ia alami. Mungkin cerita ini akan menyakiti, tapi ia tak pernah bisa memilih, untuk melupakan tak berarti. Andini harus bercerita, supaya pria ini tak terlalu berharap pada dirinya.

"Ada yang mau kamu cerita sama saya?" tanya Wijaya belum juga menatap Andini.

Dengan degup jantung yang berdetak sangat kencang, Andini mulai mengambil napasnya. "Jangan pernah paksa gue, ya. Jangan pernah paksa gue untuk mencintai diri lo."

Wijaya yang mendengar itu menoleh cepat pada Andini yang menatapnya dengan sendu. Wijaya hanya menatap, tanpa berkata-kata.

"Walau lo paksa gue, sampai kapan pun, cinta gue udah melekat di satu nama. Arjun yang buat cinta gue gak bisa lepas. Gue tahu, Arjun bukan pria yang baik, tapi sekarang dia udah memiliki niat yang baik." Andini kemudian memejamkan matanya, berusaha untuk mengatur degup jantung yang terus terpompa. "Arjun mau lamar gue."

Imamku Dari Instagram (Completed) Where stories live. Discover now