Hardi's celebration

Comincia dall'inizio
                                    

"Ciko ikut!" Pekiknya buru-buru memakai sendal swallow baru pemberian Mas Tara kemarin lusa.

"Heh, jangan! Tiupin dulu itu balonnya!" Teriak Januar.

"Sudah sana ikut Jovian saja, biar Januar yang tiup! Enak saja dia nyuruh-nyuruh saja kerjaannya!"

"Ck. Ini Mail temennya Upin-Ipin songong banget ya emang."

Sebagai tanggapan, Raanan memberikan mimik meledek ke Januar didukung Jian yang mengacungkan jempol terbalik.

Suka deh, Jian sama Kak Raanan. Berani meledek balik si Aa Januar.

Sebelumnya, mana ada yang mau.










Sebelumnya, mana ada yang mau

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.









"Ini rumah siapa, kak?"

"Rumah Januar."

"Loh kok kita ke sini?"

"Nggak papa, main aja."

Hardi memandang bingung punggung lelah Mark yang mulai menjajaki pekarangan yang katanya rumah Januar. Dilihatnya, memang ada dua motor beat yang tak asing. Tapi untuk apa mereka kemari? Biasanya, pada lebih memilih di warkop saja. Ganjil, karena sebelumnya tidak pernah ada acara seperti ini.

Seperti hantu, Mark sudah hilang masuk ke dalam menyisakan Hardian yang masih ragu di jalanan tak rata depan rumah. Menarik napas, dirinya akhirnya turut. Dilepaskan sandal kusamnya pada pelataran, lantas memutar knop pintu.

"Assalamualaikum--"

"WAALAIKUMSALAM!!! HAPPY BIRTHDAY HARDI... HAPPY BIRTHDAY HARDI... HAPPY BIRTHDAY HAPPY BIRTHDAY HAPPY BIRTHDAY HARDI!"

Beberapa detik ia mengalami stagnasi, mencoba mencerna. Hingga jemari yang bergetar refleks menutup mulut tak percaya. Netranya berkaca-kaca melihat teman perkumpulan yang berdandan ala barongsai seraya menjulurkan kue bolu pandan berhiaskan lilin angka pengingat umurnya yang sudah genap delapanbelas tahun hari ini.

Dipandanginya mahakarya teman-teman yang terpajang sedemikian apik di ruang tamu sederhana rumah Januar. Terpampang nama 'Hardi' dengan balon warna-warni yang menghiasi, tak lupa pernak-pernik barongsai yang sedari dulu Hardi kagumi.

Teman-teman sontak menghampiri Hardi yang jatuh bersimpuh dengan derai air mata haru. Dengan peran si tetua yang mengucapkan kata penenang seraya merangkul erat si empu acara hari ini.

Terharu, dia. Pasalnya, dia saja tidak ingat hari ini umurnya bertambah. Dan seumur-umur hidupnya, tak pernah ada acara memperingati hari kelahiran. Mentok-mentok dirinya membeli roti abon di toko kelontong dan merayakannya sendiri di dalam kamar.

"Ih, jangan nangis dong. Ditiup atuh lilinnya," ujar Jian lembut menuntun kue ke hadapan Hardi.

Dengan tangan yang masih tremor hebat, Hardi melantunkan doa dalam khidmat. Mengucap beribu syukur atas hidup indah yang dijalaninya, atas kebaikan Tuhan yang masih memberinya Ayah dan kawan-kawan berharganya. Sebelum mengamini, iris bergetarnya tak lupa menatap kekawanan satu-persatu dengan senyum sendu.

youth | nct dream ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora