Hardi's celebration

Mulai dari awal
                                    

"Wih, makasih Bun!"

"Makasih Bunda Januar!"

"Makasih, Bun. Emang suka gitu Januar."

"Ih, si Bunda. Padahal Januar sengaja, biar pada beli sendiri aja di warung."

"Ngawur." Seperti biasanya, Januar hanya terkekeh saat kepalanya ditempeleng pelan oleh Bunda. Malah sempat bergelayut manja di kaki sang ibu sampai didorong paksa karena tercium bau-bau gosong dari dapur.

Anak-anak tugasnya mendekor saja, bagian makanan Bunda yang atur, begitu kata Bunda yang padahal was-was dapurnya kebakaran.

"Mau gambar apa, Kak Raanan?" Tanya Ciko pada kakak kelasnya yang daritadi fokus mengarsir sketchbook-nya.

"Mau gambar Barbie dia, Ko," celetuk Januar yang langsung disambut lemparan pensil warna Raanan.

Dugh!

"MOOMIN BUKAN BARBIE!"

Featuring Jian yang ikut-ikutan mengacungkan jempol pada Raanan.

"Bagus, headshot," katanya.

"Saya mau buat kartu ucapan selamat. Nanti ditempel di dinding." Raanan beralih menatap seluruh kawan. "Bagaimana?"

"Bagus!" Serentak semuanya membuat ranum tipis Raanan mengulas senyum lebar.

Disini, gambarnya dihargai. Tidak seperti di rumah yang diinjak-injak tanpa arti.

"Wih, Kak Raanan jago gambar ya...," puji Jian yang sedaritadi menyaksikan kegiatan Raanan dalam diam.

"Mau diajarin?" Tawar yang dipuji.

"Ih, mau!"

"Sini."

Pemuda tinggi itu menghampiri dengan antusias, kemudian menoreh sesuai instruksi yang diberikan.

"Ih, kok hidungnya pesek kayak Ciko?" Misuh Jian melihat moncong Moomin-nya malah mancung ke dalam.

"Sembarangan kalo ngomong!" Protes yang dikatai. Bisa diprediksi, adegan selanjutnya adalah mereka yang saling melempar balon sambil tertawa riang.

"Jan, mana duitnya?"

Januar tersentak. Ibu jari yang tadinya sibuk membalasi pesan yang seperti asrama putri entah kenapa refleks menekan tombol rumah.

"Hah? Duit apa?"

"Duit kue lah! Mau diembat?"

Beberapa detik Januar ternganga heran hingga tahu apa yang dimaksud. "Oh... hehe. Niatnya mau dibakal beli miras tadi."

"BUNDA! JANUAR MAU MABUK-MABUKAN TUH BUN!"

"BOONG BUN, JIMMY NEUTRON TUKANG NGIBUL."

Raanan hanya menjulurkan lidahnya kala mendapat pelototan maut Januar. Setelahnya kembali fokus mengajari Jian yang mengarsir seraya menggerutu betapa payahnya dirinya dalam urusan menggambar.

"Nih, sekalian beli lilin yang kecil kecil sama yang ada umurnya," perintah Januar menjulurkan segepok uang receh hasil patungan.

"Umur Hardi emang berapa?"

"Eum... Tujuh puluh sih, seinget gue."

"Dasar stres." Jovian menepuk kencang ubun-ubun Januar dengan segepok uang tadi sejurus lari terbirit-birit keluar sebelum kena amuk.

"Kak Jov mau beli kue?" Tanya Ciko yang berdiri di ambang pintu, menyaksikan Jovian yang sudah siap jalan dengan motor beat-nya.

"Iya."

youth | nct dream ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang