31 - Kita Bukan Sahabat Lagi

41.1K 3.4K 151
                                    

Kemaren banyak yang nggak bisa baca chapter 30. apa sekarang masih belum bisa?

~~~

Vezia berjalan melintasi koridor di samping gedung dengan langkah-langkah kecil yang cepat. Wajahnya sedikit meringis saat merasakan denyut di kakinya. Berdansa dengan sepatu setinggi delapan senti memang keputusan yang salah, sebab itulah ia mengambil kesempatan untuk ijin mengganti sepatu saat Harvey diajak berbicara oleh seorang pria paruh baya yang sepertinya golongan prang penting, untung saja kunci mobil Harvey dititipkan di tasnya.

Saat mencari letak mobil Harvey di parkiran, Vezia mendengar suara tawa yang begitu akrab di telinganya, refleks intuisinya menggerakkan tungkai kaki untuk melangkah mendekati sumber suara. Tak dinyana, Vezia mendapati Keanu bersama seorang  pria–teman SMA Keanu yang Vezia lupa namanya– sedang duduk di undakan tangga tepi selasar sambil berkelakar.

Hal yang tidak bisa ditolelir Vezia adalah sebatang nikotin yang terselip di jemari Keanu. Padahal pria itu sudah lama berhenti merokok, tepatnya sejak kecelakaan hebat yang membuat Keanu sempat memiliki gangguan pernafasan. Dan sekarang ... sejak kapan Keanu kembali merokok?

Saat Keanu menghisap batang tembakau itu hingga baranya benderang, alarm di benak Vezia seketika berbunyi. "Keanu!" teriakannya membuat Keanu tersentak, namun bukan hanya Keanu saja yang terkejut, Vezia sendiri kaget dengan reaksi spontannya mengingat beberapa bulan mereka tak saling bicara. Rasanya seperti mengumandangkan gencatan senjata.

Sudah terlanjur.

Sudah kepalang basah.

Vezia melangkah maju menghampiri Keanu dengan ekspresi berang. Melihat situasi yang tidak kondusif, teman Keanu buru-buru mengundurkan diri meninggalkan Vezia dan Keanu berdua.

Terpisah oleh dua undakan tangga, membuat Vezia harus menengadah menatap Keanu. "Keanu! Sejak kapan kamu merokok lagi?!" bukannya menjawab, Keanu malah menjentikkan jarinya untuk membuang debu rokok.

Geram dengan tindakan Keanu yang sepertinya sengaja memancing amarahnya, Vezia lantas merampas batang tembakau itu lalu ia buang dan diinjaknya hingga hancur. Sejurus kemudian Vezia malah dibuat bingung oleh Keanu yang tiba-tiba melepas tawa sumbang.

Lalu pria itu menuruni tangga dengan ekpsresi yang berangsur serius. Ketika pijakan mereka sejajar, tatapan Keanu menajam. Kedalaman netra biru gelap itu merampas seluruh atensi Vezia. Tanpa Vezia sadari, napasnya tertahan ketika kakinya terjajar mundur Karena Keanu terus melangkah maju.

Keanu mengangkat salah satu sudut bibirnya, melepas senyuman intimidasi. "Bukannya lo udah bahagia sama Harvey? Buat apa ngurusin hidup gue?"

Vezia tak bisa lagi melangkah mundur, punggungnya terbentur pintu mobil yang terparkir di dekat mereka. Tatapan Keanu yang begitu menjerat seolah memenjarakannya sehingga niat untuk kabur tak dapat diterapkan kakinya. Dengan sekuat tenaga Vezia mengumpulkan sisa-sisa nyalinya. "Gue cuma nggak mau penyakit lo kambuh gara-gara rokok!" bentak Vezia. Sejenak ia berharap getir yang terselip di sana tak sampai merambat ke pendengaran Keanu.

"Lo ingat kesepakatan kita terakhir kali? Alasan kita berhenti bertemu untuk menemukan jawaban dan sekarang dengan lo datang ke gue? Bertarti lo udah punya jawaban yang lo mau, kan?"

Vezia mengerjap kuat, ia merutuk dalam hati. Keanu sudah pasti melihat dirinya berdansa dengan Harvey. Tapi bagaimana dengan Keanu? Dia juga menjalin hubungan dengan wanita baru. "Lo juga udah punya jawaban, kan?"

Tawa sumbang Keanu lagi-lagi terdengar. Ia menggeleng-gelengkan kepala kemudian mengusap kasar wajahnya. "Jadi benar lo milih Harvey?" kemudian tatapannya kembali membidik sepasang mata milik Vezia. "Lo mau ke Surabaya ketemu orang tuanya Harvey, Kan?"

Endorphins in YOU (Completed)Where stories live. Discover now