4 - Kita tak lazim

87.7K 6.5K 263
                                    

Yuhuu ... part favorite aku nih, like dulu baru baca ^^

~*~*~*

Kebanyakan orang mengenal Endorphins adalah sejenis zat kimia yang mampu menimbulkan perasaan senang dan nyaman hingga membuat seseorang berenergi, tetapi orang di sekitar tempat Pajero hitam itu terpakir mengenal Endorphine sebagai sebuah café yang memiliki jendela besar dengan petak-petak bingkai bercat hitam dan pada dindingnya bertekstur kayu.

Café yang dirintis Keanu sejak empat tahun lalu itu tergolong ramai pada jam sibuknya. Tentu saja, hal itu berkat sang mama yang menjadikan Endorphine sebagai tempat syuting sewaktu pertama kali di buka sehingga café tersebut menjadi viral. Sangat lumayan mengurangi biaya promosi.

"Udah pada pulang semua kayaknya," komentar Vezia yang berjalan mengekori Keanu.

"Jelas aja, udah lewat tengah malam." Keanu memasukkan kunci dan memutarnya sebelum ia mendorong pintu kaca yang tergantung papan closed di hadapannya. Tatkala melangkah masuk, sisa-sisa aroma kopi yang menguar samar menyapa indera penciuman. Hanya ada beberapa lampu plafon yang menyala sebagai penerangan di dalam sana.

Vezia sendiri sangat suka interior cozy minimalis yang diusung Endorphine. Meja-meja perseginya terbuat dari kayu, kursinya pun demikian kecuali area dinding yang dirapati sofa berwana maron. Beberapa figura berisi fotografi dengan berbagai quotes menempel pada beberapa sisi dindingnya, terdapat pula gantungan barisan alfabet yang membentuk kata Endorphine, dan hiasan sepeda ontel yang terpajang di dinding membuat kesan klasik di salah satu sisi. Jangan lupakan sebuah digital piano di atas panggung kecil dari kayu berpelitur. Sungguh tempat yang luas dan nyaman untuk menghabiskan waktu, bukan? dan tentunya very instagramable

"Nu, gue lapar," keluh Vezia separuh merengek.

Keanu yang baru saja mengunci pintu, lantas melewati Vezia yang berjalan sangat lambat. "Tuh di kulkas masih ada ampas."

"Lo kira gue babi!" Vezia memprotes sebal. Ia bahkan membalap Keanu dan sengaja menabrak bahu pria itu.

"Wah, ngajakin berantem!"

"Bodo amat!"

Vezia berjalan menuju pintu bertuliskan staff only. Melangkah ke dalam, ia lantas menaiki tangga yang langsung tertangkap mata. Sesampainya di atas tampaklah ruang kerja Keanu yang terorganisir, laptop dan buku-bukunya tersusun rapi, termasuk sticky notes yang menempel di kalender duduknya. Tidak seperti kebanyakan laki-laki yang Vezia kenal, Keanu tipikal orang pencinta keteraturan, karena itulah Keanu bisa dibilang sukses di usia muda. Meski begitu Keanu masih mentolelir beberapa kerancuan, supaya balance katanya.

Jika ruang kerja Keanu biasa dimasuki staff cafenya untuk laporan dan sebagainya, maka ruangan berpintu kayu di sebelah kanan lain cerita. Itu adalah ruang pribadi Keanu.

Rest area Keanu bisa dibilang seperti apartemen tipe studio. Ada kamar mandi, kulkas dua pintu, dapur kecil agar ia tak repot naik turun ke bawah, TV flat yang berhadapan dengan bentangan tilam lipat yang empuk, dan sofa coklat yang merapat ke dinding. Ada satu ruang lagi yang difungsikan sebagai kamar, dan disitulah tempat Vezia melepas dress brukatnya kemudian terjun ke tempat tidur dengan tanktop dan celana pendek hitam pelapis busananya tadi.

"Baju lo, Vey. Main campak aja," gerutu Keanu pada Vezia yang sudah memeluk guling. Ia lalu  mengambil setelan Vezia yang berhamburan dan menggantungkannya ke balik pintu sebelum melepas dan menggantungkan miliknya juga.

Satu yang Vezia tidak mengerti tentang kebiasaan Keanu, pria itu kalau tidur tidak pernah mengenakan baju tetapi anehnya selalu memakai celana tidur panjang. Takut bulu kakinya disko kedinginan kali ya, hiii...

Endorphins in YOU (Completed)Where stories live. Discover now