15 - Malam Penuh Godaan

72.4K 4.4K 133
                                    

Vezia menarik nafas demi meredakan tawanya meski masih menyisakan senyum geli. "Bukan itu, maksud gue, gue serius tentang hamil anak lo."

Gantung dirinya boleh sekarang aja, nggak?

Jika ia adalah Keanu sepuluh tahun yang lalu, pastilah akan ketar-ketir bila dihadapkan dengan pernyataan sejenis itu. Tetapi setelah melewati proses yang panjang, Keanu malah geram bercampur gemas waktu mendengar celetukan nyeleneh itu.

Bukan sekali dua kali Vezia berbicara ngawur seperti itu. Semua bermula saat Vezia kecanduan baca fanfiction Korea, kemudian menjalar ke drama Korea dan situs kepenulisan yang bernama wattpad. Gadis itu gemar berceloteh tentang kisah-kisah yang ditemuinya dari ketiga media itu, dan bagi Keanu semua ceritanya tidak realistis. Ia bahkan tak pernah paham dan membiarkan suara Vezia masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

Oh, dan jangan lupakan bagaimana menyebalkannya ketika Vezia berkata, "Nu, tadi gue liat gaun pengantin bagus banget, sewain buat gue dong terus temenin gue foto di pelaminan," tapi langsung disambung,"Nanti lo pake jas ya, Nu. Soalnya kalo lo pake jas kayaknya cocok deh jadi visual Rafe di The Trap of Incestuous Marriage." Atau, "Nu, gue mau dong jadi sekertaris lo. Nanti gue temenin kemanapun lo pergi. Tapi pas ujan, payungin gue pake jas yang super mahal ya kayak di Drama Secretary Kim. Kapan lagi gue pake payung yang harganya jutaan."

Yang jelas Vezia itu selalu membuka cerita dengan pernyataan yang bikin Keanu gedek setengah mampus.

"Tau nggak, Nu, kemaren gue begadang baca novel tentang married by accident. Bla ... bla ... bla ..."

Tuh kan, apa Keanu bilang.

Keanu menggeser posisinya ke depan, berniat mengeringkan bagian depan rambut Vezia. Namun, rasanya ada yang ganjil, Vezia tak lagi berceloteh. Belum sempurna Keanu menurunkan pandang demi bertemu mata Vezia, gadis itu lebih dulu berdiri sehingga Keanu refleks terhuyung mundur. Setelah matanya berkedip, yang ditemuinya adalah sepasang netra coklat yang tersemai emosi.

"KEANU!"

Bentakan itu membuat Keanu terkesiap, terlebih saat Vezia merampas hairdryer di tangannya dan mencampakkan benda itu ke atas meja. Vezia yang dihadapinya sekarang bukanlah Vezia yang marah-marah tidak jelas karena ngambek atau marah karena keusilannya. Vezia yang kini menjadi pusat atensinya  adalah Vezia yang melepas sorot nanar melalui sepasang lensa beningnya.

Sebegitu jernihnya sepasang mata itu sampai-sampai air yang membaluri kelopak bawahnya terlihat jelas melalui netra biru gelap Keanu. Ada amarah yang mendekam di sana, bersua dengan kekhawatiran yang memberangus keras. Sisi Vezia yang seperti ini sangat jarang terlepas, bahkan orang-orang terdekatnya pun belum tentu pernah melihat gadis itu seringkih ini.

Tetapi Keanu pernah.

Beberapa tahun lalu dan lebih parah dari ini.

Ia ingat ... kala itu pendengarannya yang lebih dulu berfungsi kembali, bunyi yang merambat di telinganya adalah bunyi grafik elektrokardiogram yang merekam aktivitas jantung , kemudian indera penciumannya yang dilekati selang oksigen disisipi aroma antiseptik. Dan ketika matanya mengerjap berat, pemandangan pertama yang terbingkai dalam penglihatan buramnya hingga menjelas adalah paras kalut Vezia yang dibalut ketakutan.

Keanu mengernyit bingung, "Kenapa, Vey?" tanyanya pelan. Ia sungguh merasa baik-baik saja saat ini.

"MASIH TANYA KENAPA?!!" Suara Vezia meninggi. Sejurus kemudian gadis itu mencengkam lengan Keanu dan membalik punggung pria itu untuk sesaat. "Kenapa punggung kamu bisa biru kayak gini?!"

Saat tangan Vezia terlepas, Keanu menoleh ke belakang demi menatap pantulan punggungnya melalui cermin. Benar saja, ada lebam yang telah membiru di punggung atas sebelah kiri mendekati bahu. Keanu mengumpat dalam hati, memang punggungnya terus berdenyut sakit tadi pagi tetapi ia tidak menyangka kejadian subuh itu meninggalkan bekas semencolok ini.

Endorphins in YOU (Completed)Where stories live. Discover now