19 - Egois

45.3K 3.6K 45
                                    

Mulai dari part ini banyak yang sebel sama kinu wkwk siap2 ajaaa

-

Keanu menyesap minumannya kemudian membenamkan tangan yang satunya ke dalam saku celana sembari mengedarkan pandang pada kerumunan pesta yang sama sekali tak menggugah minatnya. Kalau saja perhelatan yang dekorasinya didominasi warna putih-syampanye ini bukan acara pernikahan Mariska, ia pasti sudah meninggalkan tempat ini.

Seorang Keanu Julian Martin memang bukanlah pemuja keramaian, namun ia juga tak begitu suka senyap. Apalagi kalau sampai memisahkan diri dari seluruh kenalannya seperti sekarang, sudah pasti ada yang mengusik benak pria berkemeja batik itu. Jika biasanya ia menikmati pandangan pemuja para wanita terhadap dirinya dan menyedekahkan ketampanannya secara cuma-cuma terhadap fakir pria tampan, maka kali ini ia sama sekali tak tertarik

"Gue nggak bakal kawin sama Kinu! Gue udah punya calon, liat aja besok gandengan gue siapa, huh!"

Keanu tersenyum samar dengan tatapan kosong yang mengarah pada cairan merah gelap di dalam gelas kaca bening yang ia genggam. Kenapa ia bisa melupakan ucapan Vezia di cafenya kemarin malam sehingga dengan bodohnya tadi pagi setelah mengantar Vezia ke hotel Mikha menginap, satu jam kemudian ia kembali untuk menjemput gadis itu padahal mereka tak berjanji sama sekali.

Kala itu ia melihat Vezia dengan tatapan memuja yang hanya ditujukan untuk seorang Harvey Putra Sudibyo. Dan Keanu sadar, kadar kekagumana Vezia tak pernah memudar pada Harvey, bahkan semakin membesar.

Alunan piano memaksa motorik Keanu untuk mengintruksikan pandang ke arah pelaminan, tepatnya di sisi kiri di mana berdiri sebuah grand piano putih dengan sang pianis yang meramu denting-denting merdu dan terkesan romantis tatkala menyapa pendengaran. Di sanalah Jilvezia berada, berdiri di dekat sang pengantin dengan senyum berlesung pipi yang tersemat cantik di paras cerianya. Begitu jelas terlihat bagaimana gadis itu terpesona oleh permainan piano Harvey, siapapun yang melihat pasti tahu bahwa Vezia memujanya tanpa cela.

Keanu sendiri baru tahu saat berkumpul dengan teman-teman SMA-nya bahwa Harvey bekerja di tempat kursus musik yang sama dengan Vezia. Fakta itu jelas saja membesut kesal di benak Keanu karena Vezia tidak pernah cerita padanya. Hal ini jelas ganjil, karena tak biasanya Vezia yang kerap berceloteh tentang hal yang tidak penting sekalipun, tiba-tiba menyimpan fakta ini sendiri.

"Gue rasa lo sedang berada di titik di mana lo bisa nekat menghamili Vezia supaya dia bisa nikah sama lo."

Keanu memutar kepala ke sumber suara, entah sejak kapan Rio berada di sampingnya.

"Gue nggak segila itu," sanggah Keanu kesal.

"Elo-segila-itu," ucap Rio dengan penekanan di setiap katanya. "Parahnya, keegoisan lo udah berlangsung sejak dulu tapi dengan brengseknya lo nggak pernah sadar."

"Sok tau lo." Keanu menginggalkan Rio dengan raut kesal. Berbicara dengan Rio hanya menyulut emosi dan membuat denyut di kepalanya semakin menjadi.

Keanu meletakkan gelasnya di atas meja panjang berlapis satin putih yang diatasnya berjejer berbagai macam kudapan. Saat ia hendak mengambil piring kecil, tangan seseorang lebih dulu mendahuluinya. Bukannya melanjutkan niat, Keanu malah terperangah menatap seorang wanita yang memindahkan beberapa kue sus ke dalam piringnya dengan gerakan cepat sebelum melenggang pergi.

Wajah wanita itu memang tak begitu jelas karena Keanu hanya melihatnya dari sisi samping, namun sebuah garis bertinta hitam yang menggambarkan detak jantung di pergelangan tangan bawahnya membuat Keanu tahu siapa wanita itu.

"Anak kaum jetset memang beda ya, bro. Pesonanya menggugah selera."

Keanu menoleh pada Rio yang muncu secara gaib di sampingnya dan tahu-tahu sudah sibuk mengunyah makanan. "Lo kenal dia?"

Endorphins in YOU (Completed)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن